Hari minggu lalu para pendukung dan pencinta salah satu klub sepakbola terbesar Inggris Manchester United melakukan unjuk rasa besar besaran dengan mendobrak dan menduduki stadion lapangan sepakbola legendaris Old Trafford.
Unjuk rasa para penggemar Manchester United ini dapat dipandang sebagai revolusi yang sedang berjalan yang salah satunya dipicu oleh munculnya ide European Super Leaque (ESL) dimana Manchester United digadang gadang sebagai salah satu yang akan ikut di dalamnya.
Para pendukung fanatik Manchester United menuntut agar pemilik klub sepak bola bergengsi ini untuk melepas klub sepakbola ini karena kebijakan yang diambilnya untuk ikut dalam ESL.
Kemarahan para supporter dan pencinta Manchester United ini tampaknya memang sudah memuncak karena Old Trafford yang terkunci akibat Pandemi ini berhasil didobrak dan para pendukung masuk ke tengah lapangan menduduki stadion ini.
Mengapa Mereka Meradang?
Sepak bola di Inggris memang sudah mandarah daging dan merupakan bagian dari budaya. Klub sepakbola ternama tidak saja berdiri sendiri sebagai klub sepakbola semata namun memiliki sisi lain yaitu supporter yang sangat menentukan ketenaran dan penghasilan klub sepakbola.
Bersatunya penggemar dan pencinta untuk menyerukan perubahan dalam cara klub Liga Premier dimiliki dan dijalankan ini menjadi sinyal yang mengidikasikan adanya sesuatu yang tidak beres. Paling tidak sisi penggemar yang sudah menjadi bagian dari budaya sepakbola Inggris ini telah terabaikan.
Hal ini tercermin juga dari ungkapan mantan pemain Manchester United Gary Neville yang meminta keluarga Glazer sebagai pemilik Manchester United untuk menjual saham mereka di klub tersebut.
Penyerbuan dan pendudukan Old Trafford ini walaupun salah dari segi hukum paling tidak memberikan sinyal sekaligus tekanan kepada pemilik Manchester United terkait arah kebijakan yang diambilnya yang bertentangan dengan suara hari penggemarnya.
Tidak hanya sampai disitu, unjuk rasa ini mengakibatkan ditundanya pertandingan akbar antara Manchester United melawan Liverpool karena disamping menduduki Old Trafford pengunjuk rasa ini juga melakukan untuk rasa di Lowry Hotel tempat para pemain tinggal sebelum diadakannya laga ini.
Polisi mengatakan para penggemar memang memiliki hak untuk melakukan unjuk rasa namun sebagian dari pengunjuk rasa tidak berniat melakukannya dengan damai.
Peristiwa unjuk rasa dengan menduduki stadion kebanggaan Old Trafford dan demonstrasi di Lowry Hotel yang belum pernah terjadi sebelumnya ini merupakan puncak dari kemarahan yang sudah lama terpendam pada keluarga Graze pemilik klub yang berbasis di USA.
Ketidakpuasan penggemar dan pencinta Manchester United ini dimulai dengan pengambil alihan klub sepak bola tenama dunia ini pada tahun 2005 yang dianggap telah membebani klub dan membuat MU terpuruk.
Kemarahan yang selama ini terjadi akhirnya tersulut dan meledak ketika klub mengumumkan akan menjadi bagian dari kompetisi Liga Super Eropa yang tidak diinginkan oleh penggemarnya.
Penggunakan kaos berwana kuning dengan tulisan 'United Against Greed'Â oleh pengunjuk rasa ini mencerminkan kemarahan yang terjadi di grass root pencinta Manchester United.
Mereka menuntut membatalan European Super League (ESL) dan permintaan maaf pemilik MU atas kebijakan yang telah diambil.
Dalam pernyataan resminya Manchester United Supporters Trust (MUST) menuntut agar penggemar diberi kesempatan untuk memiliki sebagian dari saham kepemilikan dan juga suara yang lebih berarti di Manchester United.
Secara eksplisit mereka menuntut pemerintah untuk bertindak agar para penggemar ini dapat diberi kesempatan untuk membeli saham, sehingga para pemilik saham mayoritas MU ini tidak mengambil kebijakan yang mengabaikan keinginan penggemarnya dan juga menyalah gunakan kewenangannya.
Sudah saatnya pemerintah Inggris mendengarkan suara penggemar sepakbola dan mengembalikan sepakbola sebagai permainan rakyat bukan permainan pemilik saham.
Jika ditelisik lebih dalam lagi, unjuk rasa supporter dan pencinta Manchester United ini dapat dianggap sebagai refleksi api dalam sekam yang selama ini telah membara dan sekaligus dianggap sebagai revolusi yang sedang terjadi di dunia sepak bola Inggris.
Unjuk rasa ini tidak saja mewakili supporter MU namun dapat saja menjadi suara sebagian besar pencinta sepakbola Inggris yang menginginkan sepakbola dikembalikan sebagai olahraga rakyat yang memiliki budaya tersendiri.
Keberadaan ESL dan keikutsertaan MU didalamnya dan kompetisi lainnya yang akan membuat sepakbola dikuasai oleh klub raksasa dengan kekuatan dana yang sangat besar saja namun pada saat bersamaan akan membunuh dan melenyapkan secara perlahan klub sepak bola yang tidak memiliki modal yang kuat.
Ide European Super Leaque yang kini sudah goyah karena ketidak setujuan penggemar dan pencinta sepak bola menunjukkan bahwa dalam dunia sepak bola bukan hanya pemilik klub yang menjadi aktor utama dalam menentukan keberhasilan dan kecermelangan suatu klub sepak bola, namun juga ada suara pencinta dan penggemar yang menjadi sangat penting.
Jika kedua hal ini tidak seimbang maka akan terjadi ketidak haromonisan dan akhirnya akan merugikan nama besar klub sepakbola seperti yang sedang dialami oleh Manchester United saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H