Ketika Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie FREng yang kita kenal sebagai Pak Habibie diangkat menjadi Meteri Menteri Negara Riset dan Teknologi Indonesia ke-4 pada tanggal 29 Maret 1978 lalu wawasan sekaligus impian anak-anak muda Indonesia seolah tersentak dan terjaga.
Saat itu Habibie Effect mewarnai pola pikir generasi muda Indonesia untuk melanglang buana mencari ilmu setinggi mungkin meraih angan dan cita-cita untuk menjadi ilmuwan dunia.
Rasa inferioritas teknologi anak bangsa perlahan namun pasti mulai sirna dalam kurun waktu 20 tahun selanjutnya di era Pak Habibie diberi kepercayaan oleh Pak Harto untuk membangun tidak hanya teknologi dalam arti fisik namun juga membangun sumber daya manusia masa depan Indonesia.
Jarang sekali ada seorang teknokrat di republik ini yang memberikan pengaruh besar pada pola pikir generasi muda. Ketika itu banyak sekali anak-anak sekolah jika ditanya cita-citanya menjawab dengan lantang :" saya akan menjadi seperti Pak Habibie"
Saya ingat betul ketika beliau mendapat kritik terkait pengiriman anak-anak muda Indonesia yang baru lulus SMA untuk diberi beasiswa dan melanjutkan sekolah di luar negeri untuk megambil bidang teknologi penerbangan. Namun beliau tetap meneruskannya untuk membangun generasi unggul Indonesia sedini mungkin.
Hasilnya bisa kita tuai sekarang dimana saat ini  rata rata orang Indonesia meraih gelar doktor baik di dalam maupun di luar negeri sudah di bawah 30 tahunan yang sebelumnya  di atas 45 tahunan.
Bagi seorang ilmuwan kritik memang sudah biasa karena dalam meneliti dan membuat hipotesis alur pikir kritis sangat diperlukan untuk membuat kesimpullan yang valid.
Pola pikir futuristik Pak Habibie ini dilanjutkan dengan membangun grand design pembangunan teknologi anak bangsa dan menghasilkan Puspitek Serpong dan industri pesawat terbang.
Perjalanan karier politik Pak Habibie selama membantu Pak Harto memang tidaklah mulus apalagi di ujung masa bakti Pak Harto gonjang-ganjing politik terjadi karena adanya tuntutan reformasi dan kebebasan berpendapat.
Peralihan kekuasaan dari Pak Harto ke Pak Habibie dinilai cukup mulus karena konflik horizontal masyarakat tidak terjadi, namun peralihan ini memang tidak mudah karena oleh sebagian orang beliau dianggap sebagai seorang oportunis.
Namun gonjang-ganjing politik ini tidak membuat Pak Habibie mengeluh dan juga tidak pernah menyalahkan orang lain apabila ada permasalahan yang sedang dihadapinya.