Pihak interpol menyatakan bahwa penemuan kasus pembuatan vaksin palsu di Afrika Selatan dan Cina ini merupakan fenomena gunung es dimana jaringan lain yang belum terbongkar akan jauh lebih besar lagi.
Dalam mengantisipasi meluasnya produksi dan penyebaran vaksin palsu ini pihak interpol pada bulan Desember lalu telah memperingatkan dan menyebar informasi pemalsuan vaksin ini ke 194 negara anggotanya.
Pihak interpol tidak saja memberikan peringatan namun juga memberikan cara untuk melacak vaksin palsu ini.
Tidak tanggung tangung jaringan ini sebelum memproduksi vaksin palsu mempelajari dengan cermat kemasan vaksin Covid-19 yang asli, sehingga dapat meniru dengan sangar mirip produksi vaksin palsu yang dibuatnya.
Jaringan ini menurut pihak kepolisian Cina telah bernasil membuat 58 ribu dosis vaksin palsu dan melibat 70 orang untuk memperoduksinya.
Dengan melakukan pemalsuan ini jaringan ini berhasil meraup uang sebesar US$2,8 juta dengan hanya bermodalkan solusi  campuran garam dengan air mineral saja yang modal pembuatannya sangat murah.
Bulan lalu pihak kepolisan Meksiko juga berhasiil menangkap 6 pelaku yang mengedarkan vaksin palsu di wilayah perbatasan. Â Para pelaku ini menawarkan satu dosis vaksin palsu seharga US$ 2.000.
Dunia kini sedang fokus bagaiman secepatnya dapat memvaksin masyarakatnya secepat mungkin mengingat saat ini bedasarkan data yang dikeluarkan oleh   Johns Hopkins University pandemic menunjukkan bahwa Covis-19 telah memakan korban 2,5 juta jiwa dan menginfeksi  sebanyak 115 juta orang.
Sejak dimulainya program vasinasi dunia tercatat 10 negara  yang paling tinggi tingkat  pemberian vaksin per 100 orang penduduknya (sumber : Our World of Data dan BBC)
Kesepuluh negara yang tersebut adalah :
- Israel (92,5)
- Uni Arab Emirate (60,8)
- Inggris (31,3)
- Amerika (22,0)
- Turki (10,1)
- Jerman (7,2)
- Perancis (6,9)
- Brazil  (3,9)
- Cina (2,8)
- India (1,0)