Sejak awal PBB dan juga dunia internasional memang mengutuk kudeta yang dilakukan oleh pihak militer sekaligus menekan pihak militer untuk mengembalikan kekuasaannya kepada rakyat Myanmar.
Bahkan kini dunia internasional sudah mengambil langkah seperti misalnya membekukan semua aset dan harta pihak militer yang melakukan kudeta dan akan memberi sangsi yang lebih tegas jika suara dunia internsioanl diabaikan.
Keberanian Kyaw Moe Tun yang mengejutkan dunia memang memberikan angin segar bahwa di zaman sekarang kudeta sudah tidak ada tempatnya lagi di bumi ini.
Namun kini rakyat Myanmar sedang menunggu langkah kongkrit dari dunia internasional untuk mengakhiri kudeta militer dan juga tindakan represif pihak militer terhadap para demonstran yang kini turun ke jalan yang telah memakan lebih dari 50 korban jiwa.
Dunia internasional memang kini terbelah dalam hal sikap terhadap kudeta militer ini.
Sebagai contoh Cina dan negara negara ASEAN menganggap bahwa kudeta militer yang terjadi di Myanmar adalah urusan dalam negeri dan berharap bahwa krisis politik ini dapat diselesaikan melalui diplomasi.
Sementara di level PBB pemberhentian Duta Besar Myanmar oleh pihak militer merupakan awal dari jalan panjang menyelesaikan krisis politik ini.
Pemberhentian duta besar ini menimbulkan pertanyaan lanjutan apakah PBBÂ masih mengakui dirinya sebagai wakil Myanmar?
Jika tidak apakah Kyaw Moe Tun masih akan tinggal di New York? Jika pulang ke negaranya sudah dapat dipastikan Kyaw Moe Tun akan mendapat hukuman berat karena dianggap sebagai musuh pihak militer.
Saat ini ada tiga negeri penentu sikap apa yang akan diambil oleh PPB, yaitu Amerika, Rusia dan Cina.
Paling tidak Kyaw Moe Tun telah berani dengan lantang menyuarakan hati Nurani rakyatnya yang kini sedang berjuang dan rela mengorbankan nyawa demi tegaknya kembali demokrasi rakyat sipil.