Minggu ini berita dunia dihiasi dengan mundurnya Ketua Olimpiade Tokyo 2021 Yoshiro Mori yang cukup mengejutkan.
Selama ini Yoshiro Mori dianggap dapat mengelola komite Olimpiade Tokto dengan sangat baik termasuk ketika terkendala pandemi Korona.
Olimpiade Tokyo yang seharusnya dilaksanakan di tahun 2020 diundur ke bulan Juli tahun 2021. Namun ketika pesta olahraga terakbar dunia akan dilaksanakan, justru ada permasalahan lain yang membuat Yoshiro Mori tidak lagi dapat bertahan sebagai Ketua Olimpiade Tokyo.
Tidak ada yang dapat menyangkal bahwa jabatan sebagai Ketua Olimpiade Tokyo ini merupakan jabatan yang sangat bergengsi karena tentunya akan menjadi pusat perhatian tidak saja di Jepang namun juga di dunia.
Yoshiro Mori ternyata tidak tersandung korupsi ataupun kesalahan pengelolaan perencanaan dan persiapan Olimpiade Tokyo ini namun justru tersandung masalah lain yang bagi sebagian orang mungkin dianggap sebagai sesuatu hal yang sederhana.
Yoshiro Mori yang berusia 83 tahun ini dikritik habis-habisan akibat ucapannya yang menyatakan bahwa wanita terlalu banyak bicara dan jika berdiskusi dengan anggota wanita komite yang dipimpinnya disebutkan memakan waktu lama.
Ucapan yang terlontar ini dianggap oleh berbagai kalangan sebagai ungkapan yang mendeskreditkan wanita dan dinilai kurang pantas diucapkan oleh seorang Ketua Olimpiade Tokyo.
Jika ditelisik lebih dalam lagi Komite Olimpiade Tokyo yang salah satu tugasnya adalah menyeleksi atlet Jepang yang akan berlaga di Olimpiade Tokyo ini jumlah anggotanya ada 40 orang, 5 diantaranya adalah wanita.
Jumlah wanita yang ada di Komite Olimpiade Tokyo ini memang sangat minim, oleh sebab itu tidak heran komite ini ke depan akan meningkatkan jumlah anggota wanita yang ada di komite ini sampai 40%.
Salah satu ucapan Yoshiro Mori yang dianggap menyinggung kaum wanita adalah:
" Jika kita meningkatkan jumlah wanita di komite ini, kita harus menjamin bahwa waktu berbicara yang diberikan sebaiknya dibatasi karena mereka jika sudah berbicara sulit untuk berhenti dan hal ini sangat mengganggu."
Sebenarnya segera setelah kasus ini mencuat Yoshiro Mori sudah langsung meminta maaf atas ucapannya yang kurang pas tersebut, namun saat itu dirinya masih belum mengundurkan diri.
Ketika dirinya dikritik karena ucapannya, Yoshiro Mori tidak berusaha mencari dalil untuk membenarkan diri, namun langsung meminta maaf dan memikirkan dalam-dalam dampak dari ucapannya tersebut bukan bagi dirinya namun bagi hal yang lebih besar lagi yaitu pelaksanaan Olimpiade Tokyo yang akan diselenggarakan bulan Juli mendatang ini.
Sebagai tanggung jawab moral pada pertemuan komite olimpiade Tokyo yang diselenggarakan hari Jumat lalu, Yoshiro Mori menyatakan:
"Bagi saya pelaksanaan Olimpiade Tokyo merupakan hal yang terpenting. Oleh sebab itu pelaksanaannya tidak boleh terganggu oleh kehadiran saya yang akan menjadi hambatan. Oleh sebab itu saya memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai Presiden Olimpiade Tokyo."
Akibat ucapannya ini sponsor utama olimpiade seperti Toyota mengkritisi ucapannya terhadap wanita dan menyatakan kecewa dengan Yoshiro Mori.
Tidak hanya sponsor, namun sekelompok pengacara wanita juga mengkritisi dan memprotes ungkapannya tersebut.
Sebagai contoh Gubernur Tokyo Yuriko Koike yang juga wanita memutuskan untuk tidak menghadiri pertemuan Komite Olimpiade Tokyo sebagai bentuk dari protes terhadap ucapan Yoshiro Mori ini.
Tercatat sebanyak 400 relawan juga mengundurkan diri dari keterlibatannya di Olimpiade Tokyo sebagai respon dari ucapan Yoshiro Mori.
Dari segi karakter Yoshiro Mori memang bukanlah seorang diplomat ulung karena seringkali berbicara blak-blakan tanpa tedeng aling-aling dan tidak biasa berpura-pura.
Kepada surat kabar Mainichi Yoshiro Mori menceritakan bahwa setelah kejadian tersebut istrinya memarahi dirinya dan mengatakan bahwa dirinya telah menyampaikan sesuatu yang buruk dan tidak pada tempatnya yang membuat wanita marah.
Istrinya juga menyatakan bahwa ucapannya akan menyengsarakan keluarga terutama dirinya. Ternyata tidak hanya istrinya saja yang marah namun putri dan cucunya juga memarahi dirinya
Bagi seorang pemimpin etika dan moralitas memang harus selalu dijaga karena akan sangat menentukan kualitas kepemimpinannya.
Hal yang perlu dicontoh dari Yoshiro Mori adalah tanggung jawab yang ditunjukkannya dan juga prioritas yang lebih tinggi bagi kepentingan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kepentingan dirinya.
Jepang memang terkenal sebagai salah satu negara yang menelurkan pimpinan yang berkualitas dan penuh tanggung jawab yang akan segera mengundurkan diri jika melakukan kesalahan.
Semoga cerita ini memberikan pelajaran moral yang berharga bagi kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H