Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ketika Super model Halima Aden Mendengarkan Suara Hatinya

15 Januari 2021   08:58 Diperbarui: 15 Januari 2021   09:11 909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halima merupakan model ber hijab pertama yang menjadi cover majalah Voque. Photo: Pinterest

Karir Halima Aden dalam dunia modeling tegolong cemerlang, karena wanita dengan latar belakang etnis Somalia ini menyandang predikat sebagai supermodel pertama yang  menggunakan hijab.

Namun di saat karirnya mencapai puncak ada berita yang mengejutkan yaitu pengunduran dirinya sebagai supermodel di bulan Nopember 2020 lalu dengan alasan utama karir yang digelutinya tidak berkesesuaian dengan suara hati dan agama yang dianutnya yaitu Islam.

Halima Aden yang kini berusia 23 tahun memang sangat kental akan sentuhan budaya  di wilayah tempat tinggalnya di St Cloud, Minnesota Halima memang dibesarkan di lingkungan masyarakat Somalia.

Halima yang  dilahirkan di camp pengungsian Kakuma di Kenya ini mencatat sejarah karena dirinya merupakan wanita supermodel pertama yang menjadi cover di majalah model bergengsi Voque.

Photo: theatm.org
Photo: theatm.org
Halima merupakan model ber hijab pertama yang menjadi cover majalah Voque. Photo: Pinterest
Halima merupakan model ber hijab pertama yang menjadi cover majalah Voque. Photo: Pinterest
Dalam menjalani karirnya sebagai supermodel Halima memang sangat selektif memilih pakaian yang akan diperagakannya yang tentunya disesuaikan dengan hijab yang digunakannya.  Kebanyakan pakaian yang diperagakannya berupa pakaian panjang dan tertutup.

Di tahun 2017  dalam menandatangani kontrak dengan IMG yang merupakan agen modelling terbesar dunia  Halima menambahkan salah satu klausul bahwa dirinya tidak akan melepaskan hijabnya karena hijab yang digunakan merupakan  bagian dari kepatuhan dan keyakinan  agama yang dianutnya.

Penambahan klausul dalam kontrak ini memang sangat jarang terjadi karena biasanya seorang model dalam meniti karirnya ke puncak akan menyetujui saja apa yang tertulis dikontak.

Di saat kriris seperti ini Halima memutuskan akan menolak kontrak jika masalah pemakaian  hijab dalam menjalankan profesinya sebagai model ini tidak dicantumkan dalam kontrak.

Namun dalam menjalani karirnya sebagai model Halima mulai memasuki wilayah abu abu karena tuntutan karirnya.

Jenis pakaian yang harus diperagakannya mulai tidak selektif dan hijabnya semakin kecil dan dalam beberapa peragaan Halima harus memperlihatkan bagian leher dan dada atasnya.  Terkadang Halima harus memakai  celana  Jean yang ketat dan menggunakan bahan untuk sekedar menutupi kepalanya.

Walaupun di dalam kontraknya tercantum Halima akan memiliki raung ganti tersendiri, namun dalam beberapa kesempatan Halima diminta untuk mengganti pakaiannya di kamar mandi, bukan diruang tersendiri.

Dunia model memang  sangat akrab dengan pesta dan acara yang biasanya  terjadi percampuran antara laki laki dan wanita.  Disinilah Halima mulai merasakan ketidak nyamannya karena di saat dirinya memproteksi dirinya namun lingkungan mengharuskan hal hal yang tidak sesuai dengan perasaan dan keyakinannya yaitu berdekatan dengan laki laki.

Di saat masih kecil ketika masih tinggal di Camp pengungsian Kakuma Halima memang dididik ibunya untuk bekerja keras dan saling tolong menolong.  Nilai yang ditanamkan oleh ibunya ini terus dipeliharanya ketika Halima sudah pindah ke Minnesota ketika dia berusia 7 tahun.

Dibesarkan di tengah tengah komunitas Somalia di Minnesota membuat Halima tumbuh dengan nilai nilai budaya yang sangat kental.

Ada sepenggal cerita yang cukup menarik ketika Halima masih duduk dibangku sekolah, dirinya terpilih sebagai murid terpopuler yang menggunakan hijab, karena sebelumnya belum pernah ada siswa yang memakai hijab yang mencapai prestasi ini.

Dalam merayakan  prestasinya ini teman temannya memaksa  untuk mengunjungi rumahnya dan Halima melarangnya.

Pelarangan  ini memang berasalan  karena Halima sudah tau ibunya akan memarahinya.  Apa yang dikhawatirkan Halima memang terjadi, ibunya marah dan mematah mahkota yang didapatkannya dari sekolah dengan mengatakan bahwa dirinya terlalu fokus pada teman dan kontes kecantikan.

Pengalaman ini tidak menyurutkan bakat dan niat Halima untuk menjadi model.  Terbukti di tahun 2016 Halima mengikuti kontes Miss Minnesota.  Di acara tersebut Halima tercatat sebagai wanita menggunakan hijab pertama yang berhasil mencapai semi final.

Langkah dan pilihan yang diputuskan oleh Halima ini tentunya membuat ibunya semakin gundah  karena ibunya menganggap pilihan Halima ini bertentangan dengan jati diri Halima sebagai seorang berkulit hitam, muslim dan pengungsi.

Walaupun karir Halima di dunia modelling semakin cemerlang ibunya terus menasehati dirinya untuk manjalani karir dan mencari pekerjaan yang lebih sesuai dengan jati dirinya.

Konflik antara kainginan  Ibunya dengan pengembangan karirnya sedikit mereda ketika melalui agen modelling IMG Halima dianggal  menjadi duta UNICEF  yang memungkinkan dirinya menghabiskan sebagian waktunya di camp pengungsi anak.

Halima bersama Ibu, adik dan sepupunya. Photo: Giliane Mansfeldt Photography:
Halima bersama Ibu, adik dan sepupunya. Photo: Giliane Mansfeldt Photography:
Ibunya memang tidak  pernah memandang Halima sebagai seorang supermodel ataupun cover girls namun lebih memandang dan mengharapkan dirinya sebagai seorang gadis yang harus menjadi inspirasi bagi wanita muda lainnya.

Di tahun 2018 dalam menjalankan perannya sebagai duta UNICEF, Halima berkesempatan mengunjungi kembali Camp pengungisan Kakuma dimana  dia dilahirkan.

Ada hal yang sanagt menyentuh perasaannya ketika Halima menanyakan kepada anak anak di pengungsian apakah anak anak tersebut masih menyanyi dan menari untuk menyambut tamu.

Di saat itu anak anak pengungsi menjawab bahwa mereka masih melakukannya, namun kali ini mereka menari dan menyanyi bukan untuk menyambut tamu namun menyambut Halima.

Halima di vover majalah Kingkong. Photo: Pinerest
Halima di vover majalah Kingkong. Photo: Pinerest
Gejolak perasaannya sebagai seorang super model ternyata terus berlanjut.  Di tahun 2019 Halima menjadi Cover di  majlah Kingkong dengan tema hiasan kepala warna merah dan hijau mencolok dengan dilengkapi perhiasan yang besar yang menutupi wajahnya kecuali bagian hidung dan mulutnya sebagai gambaran sebuah topeng.

Halima memang menyukai hasil jadi cover ini, namun yang membuatnya gundah adalah di dalam majalah tersebut juga memuat gambar pria  tanpa busana. Dua sisi yang saling bertentangan inilah yang terus membuat Halima gundah.

Di bulan Nopember ketika melakukan video conference dengan anak anak pengungsi di Camp Kukuma yang merayakan hari anak sedunia Halima menyatakan bahwa dirinya tidak dapat lagi meneruskan  perannya sebagai duta UNICEF.

Halima hanya menghabiskan waktunya selama 3,5 tahun sebagai duta UNICEF selanjutnya memilih wahana kegiatan sosial untuk mendidik anak anak yang tidak beruntung melalui wadah LSM.

Aktivitas yang sangat padat dalam dunia model memang menjadi kendala tersendiri bagi Halima, karena dirinya tidak dapat berkumpul dengan keluarga di saat saat hari besar agama.  Terbukti bahwa di tahun pertama karirnya Halima masih dapat merayakan Ramadhan  dan idul fitri bersama keluarga, namun selanjutnya bergeser hanya 3 tahun sekali saja dirinya dapat berkumpul dengan keluarga di saat saat yang sangat penting ini.

Pandemi Covid-19 ini merupakan titik balik bagi Halima karena dengan pembatasan kegiatan ini membuat dirinya dapat menghabiskan waktunya lebih banyak bersama ibu dan keluarganya.

Pandemi ini membawa hikmah tersendiri bagi Halima, karena berhasil mendengarkan suara hatinya dan menetukan pilihan yang sesuai dengan keyakinan dan suara hatinya.

Melalui pilhan ini Halima akan mewujudkan niatnya sebagai relawan karena dirinya merasakan bahwa  dunia lebih membutuhkan dirinya sebagai Halima dari Kakuma dibanding dengan Halima sebagai supermodel, di dunia inilah hatinya akan merasa lebih damai karena akan memberikan manfaat bagi masyarakat yang memerlukannya.

Sumber: satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun