Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ketika Super model Halima Aden Mendengarkan Suara Hatinya

15 Januari 2021   08:58 Diperbarui: 15 Januari 2021   09:11 909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia model memang  sangat akrab dengan pesta dan acara yang biasanya  terjadi percampuran antara laki laki dan wanita.  Disinilah Halima mulai merasakan ketidak nyamannya karena di saat dirinya memproteksi dirinya namun lingkungan mengharuskan hal hal yang tidak sesuai dengan perasaan dan keyakinannya yaitu berdekatan dengan laki laki.

Di saat masih kecil ketika masih tinggal di Camp pengungsian Kakuma Halima memang dididik ibunya untuk bekerja keras dan saling tolong menolong.  Nilai yang ditanamkan oleh ibunya ini terus dipeliharanya ketika Halima sudah pindah ke Minnesota ketika dia berusia 7 tahun.

Dibesarkan di tengah tengah komunitas Somalia di Minnesota membuat Halima tumbuh dengan nilai nilai budaya yang sangat kental.

Ada sepenggal cerita yang cukup menarik ketika Halima masih duduk dibangku sekolah, dirinya terpilih sebagai murid terpopuler yang menggunakan hijab, karena sebelumnya belum pernah ada siswa yang memakai hijab yang mencapai prestasi ini.

Dalam merayakan  prestasinya ini teman temannya memaksa  untuk mengunjungi rumahnya dan Halima melarangnya.

Pelarangan  ini memang berasalan  karena Halima sudah tau ibunya akan memarahinya.  Apa yang dikhawatirkan Halima memang terjadi, ibunya marah dan mematah mahkota yang didapatkannya dari sekolah dengan mengatakan bahwa dirinya terlalu fokus pada teman dan kontes kecantikan.

Pengalaman ini tidak menyurutkan bakat dan niat Halima untuk menjadi model.  Terbukti di tahun 2016 Halima mengikuti kontes Miss Minnesota.  Di acara tersebut Halima tercatat sebagai wanita menggunakan hijab pertama yang berhasil mencapai semi final.

Langkah dan pilihan yang diputuskan oleh Halima ini tentunya membuat ibunya semakin gundah  karena ibunya menganggap pilihan Halima ini bertentangan dengan jati diri Halima sebagai seorang berkulit hitam, muslim dan pengungsi.

Walaupun karir Halima di dunia modelling semakin cemerlang ibunya terus menasehati dirinya untuk manjalani karir dan mencari pekerjaan yang lebih sesuai dengan jati dirinya.

Konflik antara kainginan  Ibunya dengan pengembangan karirnya sedikit mereda ketika melalui agen modelling IMG Halima dianggal  menjadi duta UNICEF  yang memungkinkan dirinya menghabiskan sebagian waktunya di camp pengungsi anak.

Halima bersama Ibu, adik dan sepupunya. Photo: Giliane Mansfeldt Photography:
Halima bersama Ibu, adik dan sepupunya. Photo: Giliane Mansfeldt Photography:
Ibunya memang tidak  pernah memandang Halima sebagai seorang supermodel ataupun cover girls namun lebih memandang dan mengharapkan dirinya sebagai seorang gadis yang harus menjadi inspirasi bagi wanita muda lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun