Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Terobosan Teknologi Pengeditan Gen, Bagaimana Indonesia Mengadopsinya?

8 Januari 2021   09:04 Diperbarui: 8 Januari 2021   12:47 1246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teknik pengeditan gen pada tanaman dan perbandingannya. Sumber:https://doi.org/10.1016/j.cj.2018.07.004

Teknologi pengeditan gen (gene editing)  yang diterapkan pada tanaman dan ternak untuk keperluan peningkatan kualitas dan produktivitas pangan merupakan tren teknologi terbaru yang tidak dapat dihindari lagi.

Melalui teknik mengedit gen ini para ilmuwan secara teknologi dapat melakukan pengaturan kembali  DNA tanaman maupun ternak  untuk menghasilkan varietas baru (sumber)

Terobosan Baru

Biologi molekuler merupakan salah satu bidang ilmu yang  paling dinamis sehingga hampir setiap saat ditemukan hal hal baru.

Sejak ditemukannya struktur DNA di tahun 1953, tampaknya perkembangan bidang ilmu biologi molekular ini sangat dinamis dan cepat.  Dalam perjalanannya di era tahun 70 an misalnya ditemukan teknologi bayi tabung dan tikus hasil rekayasa genetik.   Di tahun 1980 an memungkinkan para ilmuwan berhasil menemukan teknik mengcopy gen sehingga berujung di tahun  90 an dihasilkannya domba kloning sel somatik.

Di tahun 2003 melalui berbagai perkembangan teknologi ini  gen manusia berhasil dipetakan.  Perkembangan yang sangat pesat ini ternyata tidak berhenti sampai disini saja karena di tahun 2012 lalu ditemukan teknik pengeditan gen yang dikenal dengan CRISPR-Cas9 yang membuka kembali kotak pandora ilmu pengetahuan dan teknologi.

Teknik pengeditan gen pada tanaman dan perbandingannya. Sumber:https://doi.org/10.1016/j.cj.2018.07.004
Teknik pengeditan gen pada tanaman dan perbandingannya. Sumber:https://doi.org/10.1016/j.cj.2018.07.004
Teknologi pengeditan gen ini tidak melibatkan tenik rekayasa genetik  (genetic engineering) dengan cara mengintroduksikan materi genetik dari spesies yang berbeda, namun hanya melakukan perubahan dan pengaturan kembali gen suatu individu sebagaimana halnya teknologi yang selama ini telah lama diterapkan yaitu pemuliaan secara konvensional.

Teknologi pengeditan gen memang memungkinkan para ilmuwan secara akurat melakukan perubahan DNA yang memungkinkan dihasilkannya varietas tanaman dan ternak baru yang ke depan berperan besar dalam menciptakan  produksi produksi pangan yang berkelanjutan.

Peran besar teknik pengeditan gen ini memang sudah diakui dunia, sehingga tidak heran penemu teknik pengeditan gen ini atau yang dikenal sebagai gunting gen Crispr-Cas9 Emmanuelle Charpentier dan  Jennifer Doudna dianugerahi hadiah nobel pada tahun 2020 lalu karena teknologi ini dianggap sebagai teknologi terobosan.

Emmanuelle Charpentier (kiri) dan Jennifer Doudna (kanan) penemu teknik gene editing. Photo : GettyImages
Emmanuelle Charpentier (kiri) dan Jennifer Doudna (kanan) penemu teknik gene editing. Photo : GettyImages
Teknologi baru ini memungkian para pemulia tanaman dan ternak menghasilkan tanaman maupun ternak yang dapat bertahan di lingkungan ekstrim, marjinal  dan tahan penyakit. Disamping itu dengan menggunakan  teknik pengeditan gen ini dapat diproduksi pangan yang lebih sehat.

Keberadaan teknologi baru ini memang memunculkan harapan baru akan kekurangan pangan dan ketahanan pangan dunia yang di tahun 2050 dunia dikhawairkan tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan yang meningkat tajam.

Kontroversi

Teknologi pengeditan gen ini memungkinkan dilakukannya  perubahan bagian DNA target yang spesifik dari satu organisme.

Berdasarkan asal usul DNA yang diedit, teknologi pengeditan gen dikategorikan sebagai teknologi yang berbeda dengan Rekayasa Genetik (Genetic Engineering) karena teknologi ini hanya melakukan pengaturan kembali DNA yang ada pada suatu individu, sedangkan rekayasa genetik melakukan pengaturan dan mengkombinasikan DNA yang berasal dari organisme yang berbeda.

Kontroversi perbedaan antara rekayasa genetik  dan pengeditan gen ini memang terus berlanjut, sehingga  pada tahun 2018 lalu misalnya pengadilan di Eropa memutuskan bahwa kedua teknologi ini sama dan penerapannya di negeri Eropa harus berdasarkan prosedur yang sangat ketat.

Bagi kalangan tertentu teknologi pengeditan gen ini menimbulkan kekhawatiran akan dampak negatif  dari teknologi  ini pada manusia dan lingkungan.

Jika kita analisis lebih dalam lagi, maka teknologi pengeditan ini sebenarnya meniru teknik pemuliaan secara konvensional yang pada intinya menyeleksi tanaman dan ternak yang memiliki tingkat produktivitas yang tinggi dan juga dapat bertahan di lingungan tertentu.

Hanya saja bedanya jika pemuliaan konvensional melakukannya ini melalui seleksi dan persilangan yang melibatkan seluruh genome, teknologi gen editing memfokuskan hanya pada potongan DNA yang benar benar  terkait langsung dengan sifat tanaman dan hewan yang akan diperbaiki

Dengan membandingkan kedua teknologi ini sebagian besar ilmuwan yang saat ini bekerja menggunakan teknologi pengeditan gen menilai bahwa dari segi etik teknologi pengeditan gen masalahnya   lebih sedikit jika dibandingkan dengan teknologi rekayasa genetik yang memproduksi tanaman dan ternak yang materi genetik nya melalui rekayasa.

Jadi pada intinya teknologi pengeditan gen ini masih erat hubungannya dengan hukum alam yang secara alami, perlahan namun  pasti mempengaruhi tanaman dan ternak sehingga terjadi perobahan agar dapat bertahan di lingkungan yang selalu berubah.

Teknologi pengeditan gen ini bahkan sudah digunakan dalam bidang pengobatan dan juga menimbulkan harapan besar sebagai salah satu teknologi terobosan untuk memecahkan masalah yang dihadapi bidang pertanian yang terkait dengan keamanan pangan, perubahan iklim dan pertanian yang berkelanjutan.

Sebagai contoh dengan menggunakan teknologi ini pemulia tanaman dan ternak dengan melakukan pengeditan gen yang terkait langsung dengan ketahanan  terhadap penyakit dapat menghasilkan tanaman dan ternak yang tahan penyakit, sehingga dapat secara signifikan mengurangi penggunaan pestisida dan obat obatan yang tidak saja berdampak pada lingkungan namun juga pada kesehatan manusia.

Penggunaan teknologi pengeditan gen  ini tentunya akan berdampak besar pada pengurangan penggunaan antibiotik, pestisida dan secara langsung  meningkatkan animal welfare dan tentunya menghasilkan pangan yang lebih sehat dan mengurangi limbah.  Melalui teknologi ini masa simpan buah buahan, sayuran, produk peternakan dapat diperpanjang.

Di tahun 2050 ketika populasi meningkat tajam sementara produksi pangan  diperkirakan akan kesulitan  untuk memenuhinya akibat kendala penyakit, degradasi lingkungan dan perubahan iklim yang drastis, maka teknologi pengeditan gen ini menjadi harapan baru karena tanaman dan ternak sebagai sumber pangan dapat diedit gen nya untuk menghasilan tanaman dan tenak yang tahan pada kondisi lingkungan yang semakin memburuk ini.

Melalui teknologi pengeditan gen dapat dihasilkan sapi yang tidak bertanduk. Sumber: Alison Van Eenennaam/University of California, Davis, CC BY-SA
Melalui teknologi pengeditan gen dapat dihasilkan sapi yang tidak bertanduk. Sumber: Alison Van Eenennaam/University of California, Davis, CC BY-SA
Jika kita tengok sedikit ke belakang, keberadaan teknologi rekayasa  genetik memang menjanjikan, namun sampai saat ini baik petani maupun konsumen banyak yang tidak mau menanam dan mengkonsumsi tanaman hasil rekayasa genetik karena khawatir akan dampak buruknya pada lingkungan dan kesehatan. Oleh sebab itu tampaknya teknologi pengeditan gen ini dapat mengisi kekosongan dan menghilangkan kehawatiran ini.

Teknologi baru memang selalu menghadapi tantangan karena pasti ada pro dan kontranya.  Oleh sebab itu walaupun secara teknik teknologi pengeditan gen ini memimik apa yang terjadi di alam dan tidak memasukkan gen baru karena hanya mengedit gen yang ada, namun tetap saja perlu dipagari oleh peraturan yang memadai agar dampak negatif  nya di masa mendatang dapat diminimalisir.

Di Indonesia teknologi ini sudah mulai diterapkan terutama pada tanaman pangan dan tingkat keamanan dan regulasinya sudah mulai didiskusikan dan dirumuskan sekitar 3 tahun yang lalu dan sampai saat ini masih dalam tahap pembahasan yang mendalam.

Bagi Indonesia kemajuan dan perkembangan teknologi  gen editing ini memang tidak dapat dihindari dan ke depan seharusnya Indonesia dapat berperan dalam pengembangan dan penerapan teknologi ini. Jika Indonesia terlambat mengantisipasinya, maka bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi pasar produk pangan hasil teknologi ini dari luar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun