Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Perceraian Inggris - Uni Eropa Warnai Akhir Tahun 2020

1 Januari 2021   10:35 Diperbarui: 1 Januari 2021   11:10 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tadi malam saya menyempatkan untuk menanti momen bersejarah detik detik penuntasan Brexit dengan mononton siaran langsung dari BBC.

Tepat tanggal 23.00 waktu Inggris malam tadi atau sekitar 3,5 tahun setelah Inggris melakukan referendum keluar dari Uni Eropa, Inggris secara resmi cerai dengan Uni Eropa. 

Tepat pukul 23.00 Inggris resmi cerai dengan Uni Eropa. Photo: BBC
Tepat pukul 23.00 Inggris resmi cerai dengan Uni Eropa. Photo: BBC
Perceraian ini membuat Inggris dan Uni Eropa memasuki era baru dalam hal pengaturan perjalanan, perdagangan, imigrasi dan Kerjasama keamanan.

Paling tidak ada 6 perubahan besar yang mewarnai hubungan Inggris  dengan Uni Eropa setelah secara resmi Brexit dituntaskan tadi malam. Perubahan tersebut adalah:

  1. Warga Inggris dan Uni Eropa tidak lagi bebas keluar masuk dan harus melewati sistem imigrasi yang berbasis perbatasan.
  2. Setiap warga Inggris yang ingin tinggal di negara di Uni Eropa dalam jangka waktu lebih dari 90 hari dalam kurun waktu 180 hari harus memiliki visa
  3. Warga Uni Eropa yang ingin pindah ke Inggris kecuali dari Irlandia akan diberlakukan  sama dengan warga negara lainnya di dunia yang ingin berkunjung ke Inggris.
  4. Orang yang kembali ke Inggris  dari Uni Eropa diperbolehkan membawa barang bebas pajak dengan batasan : 42 liter untuk beer, 18 liter untuk  anggur, 4 liter untuk minuman keras dan 200 batang rokok.
  5. Pihak kepolisian Inggris tidak lagi memilki akses basis data kriminal, sidik jari dan pelarian yang dimiliki oleh Uni Eropa
  6. Pengusaha yang tinggal di Inggris, Scotland dan Wales harus mengisi formular tambahan jika melakukan perdagangannya dengan pengusaha atau perusahaan yang tinggal di Uni Eropa.

Tidak hanya sampai di situ saja masih  ada  hal lain yang krusial yang mewarnai kejadian ini yaitu: Pada akhir January 2021 (1 bulan lagi) Inggris secara resmi akan keluar dari keanggotaan 27 perjanjian kerja sama politik dan perdagangan dengan Uni Eropa.

Jalan Berliku

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson akhirnya berhasil membawa Inggris keluar dari krisis identitas setelah selama kurang lebih 3,5 tahun yang diwarnai jalan terjal dan ketidakpastian.

Brexit tidak serta merta usai setelah referendum, namun harus melalui serangkaian negosiasi yang sangat alot dengan pihak Uni Eropa untuk pengaturan fase baru hubungan kedua belah pihak.

Bahkan Inggris di masa pemerintahan Theresa May dapat dikatakan hampir tidak memiliki harapan karena upaya menuntaskan Brexit tidak hanya mendapat tantangan dari Uni Eropa namun juga dari kelompok kontra  Brexit  di Parlemen yang tidak menginginkan terjadinya Brexit.

Bahkan sampai pada satu titik dimana kelompok kontra  Brexit di parlemen mendorong dilakukannya referendum ulang.

Namun di tengah tengah krisis politik tersebut  akhirnya Theresa May berhasil "digulingkan" secara internal  oleh Boris Johnson  yang memungkinkan Boris Johnson memimpin Inggris menuntaskan Brexit ini.

Seperti yang disebutkan di atas jalan yang ditempuh Boris Johnson tidaklah mulus karena batu penghalang utama yang harus disingkirkan adalah kelompok kontra  Brexit di parlemen yang dipimpin oleh Jeremy Corbyn.

Keberanian Boris Johnson untuk menuntaskan Brexit dengan melakukan pemilu yang lebih dianggap sebagai refandum kedua yang digagas oleh lawan politiknya memang perlu diacungkan jempol karena hanya ada dua kemungkinan.

Jika kalah maka karir politiknya sebagai Perdana Menteri Inggris akan berakhir atau sebaliknya jika menang maka masalah Brexit akan dapat dituntaskan sekaligus mematikan karir politik lawan politiknya Jeremy Corbyn.

Hal pemilu memang memihak pada Boris Johnson yang memberikan kemenangan cukup telak  tidak saja kepada Jeremy Corbyn namun juga kepada partai oposisi yang saat itu semakin menguat di parlemen.

Masa sulit itu sudah berlaku karena hasil pemilu memberikan mandat  penuh pada Boris Johnson untuk menuntaskan Brexit. Hal ini tentu memudahkan Boris Johnson karena pihak yang dihadapinya kini hanya Uni Eropa.

Boris Johnson yang eksentrik berhasil menuntaskan Brexit. Photo: AFP
Boris Johnson yang eksentrik berhasil menuntaskan Brexit. Photo: AFP
Setelah melalui  jalan berliku dan terjal akhirnya Boris Johnson yang eksentrik berhasil memimpin Inggris untuk menuntaskan perceraiannya dengan Uni Eropa.

Inggris memang memiliki sejarah dan kebanggaan akan tradisi monarki  dan budayanya yang luar biasa.  Oleh sebab itu masuknya Inggris dalam Uni Eropa dianggap sebagai mengurangi kebanggan tersebut.  Hal ini tercermin dengan jelas ketika Brexit dilaksanakan yang hasilnya menginginkan Inggris keluar dari Uni Eropa.

Inggris merasa perekonomiannya makin terpuruk dan lapangan pekerjaan semakin sempit karena adanya  invasi berupa arus deras warga Uni Eropa terutama dari negara negara eks Eropa Timur yang  "mengambil" jatah pekerjaan bagi warga Inggris.

Oleh  sebab itu tidak heran jika Boris Johnson menyatakan "kemerdekaan sekarang ada di tangan kita dan kita sekarang dapat melakukan apa yang kita mau dengan cara yang berbeda dan lebih baik" sesaat setelah Inggris resmi cerai dengan Uni Eropa tadi malam.

Tantangan Ke depan

Peristiwa bersejarah bagi Inggris ini memang bukanlah berarti segala permasalahan akan hilang dan tuntas karena beberapa masa peralihan masih harus segera diselesaikan di awal tahun 2021 ini.

Walaupun pihak pro Brexit menyatakan bahwa peristiwa ini merupakan hari  bersejarah karena peristiwa ini memerdekakan kembali Inggris sehingga  persatuan dan demokrasi Inggris lebih baik, namun sebaliknya pihak kontra Brexit seperti Skotlandia menyatakan ingin bergabung kembali dengan Uni Eropa setelah nantinya akan melakukan referendum secara terpisah.

Brexit memang peristiwa bersejarah yang mewarnai penghujung tahun 2020 ini.  Banyak kalangan yang menyatakan pisahnya Inggris dengan Uni Eropa memang sangat mengagetkan dan menilai bahwa baik Uni Eropa maupun Inggris menjadi lebih lemah karena terlalu banyak mengalami kehilangan banyak hal.

Namun bagi Inggris walaupun saat ini masih mengalami ancaman kemerdekaan dari Irlandia dan Skotlandia, paling tidak peristiwa ini melegakan karena akhirnya  terlihat cahaya terang  di ujung terowongan panjang yang selama ini gelap.

Brexit memang telah membuat warga  Inggris terpecah, namun proses demokrasi harus berlangsung dan Inggris telah menuntaskannya dengan baik secara demokratis.

Kini keraguan akan kepemimpinan Boris Johnson tentunya akan berkurang karena kepiawaiannya dalam melakukan negosiasi dan menghadapi lawan politiknya dengan cara yang dianggap oleh banyak warga Inggris sebagai "eksentrik".

Dalam kondisi sulit memang diperlukan tokoh "eksentrik" yang memiliki pola pikir out of the box yang dapat membawa keluar negara  dari krisis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun