Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Cold Chain, Kunci Sukses Program Vaksinasi Covid-19 di Indonesia

12 Desember 2020   15:35 Diperbarui: 14 Desember 2020   08:27 1978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Esky yang menggunakan dry Ice. Sumber: Pfizer

Vaksin Covid-19 yang diproduksi dari berbagai perusahan dan negara telah mulai memasuki tahap awal kedatangan dan pendistribusian serta penyimpanan. 

Mungkin banyak orang yang membayangkan bahwa penanganan vaksin ini semudah seperti kita membeli obat sakit kepala yang dapat disimpan di suhu ruang dengan masa kadaluwarsa panjang sehingga kita dapat menentukan dengan mudah kapan digunakannya.

Saat ini paling tidak ada 4 titik sumber distribusi vaksin yaitu Amerika, Eropa, Tiongkok dan Rusia. Berdasarkan hasil penelitian suhu yang paling ideal untuk menyimpan vaksin sebelum didistribusikan dan digunakan adalah -70 oC (minus 70 oC)

Perlu jaminan Cold Chain yang prima

Sebagai gambaran betapa masifnya skala pengiriman, penyimpanan dan pendistribusian vaksin covid-19 kita ambil contoh saha produk vaksin Covid-19 produksi Pfizer yang saat ini memasuki fase pengiriman.

Pada tahap awal direncanakan akan ada sebanyak 100 juta dosis vaksin yang dikirim ke Amerika dan 200 juta dosis akan dikirim ke negara negara eropa serta 40 juta dosis akan dikirim ke Inggris. Tahun ini saja perusahaan ini akan mendistribusikan sebanyak 50 juta dosis dan tahun depan akan mengirim sebanyak 1,3 milyar dosis.

Jika dalam jumlah sedikit mungkin vaksin ini dapat dengan mudah dikirim dan disimpan pada suhu ideal tersebut.

Coba bayangkan jika jumlah vaksin yang akan didistribusikan dan dipakai mencapai puluhan dan bahkan ratusan juta tentunya akan memerlukan manajemen penyimpanan dan pendistribusian vaksin yang prima agar program vaksinasi ini berhasil.

Jadi sangat jelas kedatangan vaksin baru permulaan langkah saja, namun rangkaian langkah berikutnya sebelum vaksin digunakan memerlukan perencanaan yang sangat akurat.

Tiga pilihan penyimpanan Vaksin

Penyimpanan vaksin covid-19 pada ultra low freezers dengan suhu -70 oC dapat menjaga efektivitas vaksin sampai 6 bulan. Photo: Pfizer
Penyimpanan vaksin covid-19 pada ultra low freezers dengan suhu -70 oC dapat menjaga efektivitas vaksin sampai 6 bulan. Photo: Pfizer
Vaksin memang dapat disimpan dengan berbagai cara namun metode penyimpanan yang berbeda akan menentukan masa kadaluwarsa vaksin.

Pilihan pertama dalam menyimpan dengan fasilitas penyimpanan yang dinamakan ultra-low temperature freezers dengan suhu -70 oC. Metode penyimpanan ini sampai sekarang adalah yang terbaik karena di suhu sangat rendah ini vaksin dapat dijaga kualitasnya sampai dengan 6 bulan.

Hal ini tentukan akan membuka wawasan kita semua bahwa vaksin Covid-19 itu walaupun disimpan pada suhu yang tepat masa simpannya sangat singkat.

Pilihan kedua jika fasilitas ultra low temperature freezers ini tidak tersedia adalah menyimpannya di dalam kontainer khusus yang dinamakan esky yang pada prinsipnya berupa boks dengan menambahkan dry ice di sekelilingnya sehingga suhu di dalam dapat dijaga tetap rendah. Dengan menggunakan metode penyimpanan ini vaksin Covid-19 akan dapat bertahan selama 15 hari.

Esky yang menggunakan dry Ice. Sumber: Pfizer
Esky yang menggunakan dry Ice. Sumber: Pfizer
Pilihan ketiga adalah menyimpan vaksin di freezer biasa yang hanya dapat mempertahankan masa simpan vaksin hanya sampai 5 hari saja.

Gambaran masa simpan vaksin di atas membuka wawasan kita bahwa dalam pelaksanannya manajemen penyimpanan vaksin dan pendistribusiannya akan sangat rumit dan memerlukan fasilitas yang sangat memadai agar program vaksinasi ini dapat berjalan dengan lancar.

Tantangan dan Kendala

Cold chain prima salah satu kunci penentu suksesnya vaksinasi Covid-19 di Indonesia. Sumber: MSF
Cold chain prima salah satu kunci penentu suksesnya vaksinasi Covid-19 di Indonesia. Sumber: MSF
Kita tentunya dapat membayangkan wilayah Indonesia yang sangat luas dengan keragaman fasilitas serta ketersediaan listrik yang berbeda untuk wilayah yang berbeda tentunya akan menambah kerumitan manajemen penyimpanan dan penyebaran vaksin ini.

Kesalahan cara penyimpanan vaksin tentunya dapat saja membubarkan program vaksinasi nasional karena vaksin yang disuntikkan dapat saja rusak dan tidak efektif lagi sebelum digunakan.

Penyimpanan dan distribusi vaksin yang sangat rumit ini hanya dapat ditangani dengan ilmu supply chain dan logistic yang handal.

Jika kita asumsikan bahwa vaksin Covid-19 mulai digunakan pada tahun 2021 mendatang maka tantangan terbesar saat ini bukanlah bagaimana cara mendatangkan vaksin tersebut ke Indonesia, namun bagaimana cara menyimpan dan mendistribusikannya jika vaksin tersebut ketika sudah berada di Indonesia.

Kesuksesan program vaksinasi ini akan sangat tergantung bagaimana pemerintah bisa menjamin tidak terputusnya Cold Chain mulai dari produsen vaksin sebagai titik awal sampai vaksin tersebut digunakan.

Jika cold chain ini gagal maka vaksin akan mengalami degradasi dan dapat saja terkontaminasi oleh bakteri yang akan menimbulkan permasalahan baru.

Sebagai gambaran kerumitan salah satu simpul cold chain ketika vaksin akan digunakan. Vaksin beku harus di thawing terlebih dulu dari suhu penyimpanan -70 oC menjadi suhu simpan di freezer biasa. Jika sudah di thawing maka masa simpan vaksin ini hanya 5 hari saja.

Sebagai gambaran kerumitan salah satu simpul cold chain ini kita gunakan contoh berikut. Pfizer sebagai salah satu produsen vaksin mengemas produk vaksinnya dalam satuan 1000 vial dan setiap vial berisi 5 dosis vaksin. Jadi dalam satu box akan berisi 5.000 dosis vaksin. 

Jika box vaksin ini sudah dibuka maka vaksin harus dibuka dalam waktu kurang dari 1 menit untuk selanjutnya disimpan dalam refrigerator dan harus digunakan dalam waktu 5 hari.

Pemerintah perlu menjamin sistem manajemen penyimpanan dan pendistribusian vaksin yang efesien dan efektif. Perlu segera diputuskan dimana titik distribusi vaksin setelah tiba di Indonesia. 

Jika titik simpul vaksinasi dilakukan di rumah sakit, maka perlu dipastikan semua rumah sakit yang menjadi titik simpul pendistribusian vaksin harus memiliki fasilitas ultra low temperature freezer.

Akan sangat mustahil jika titik distribusi ini akan dilakukan di puskesmas karena umumnya tidak memiliki fasilitas penyimpanan yang memadai. Fasilitas penyimpanan yang dimiliki oleh puskesmas umunya adalah freezer biasa yang hanya dapat menyimpan vaksin selama 5 hari dengan efektif.

Indonesia diprediksi akan menghadapi tantangan besar dalam penyimpanan vaksin ini dalam jumlah yang sangat besar mengingat Indonesia adalah negara tropis. Kalaupun akan menggunakan fasilitas penyimpanan ultra low temperature freezer berarti akan memerlukan jumlah dan kapasitas yang sangat besar.

Kita perlu belajar dari distribusi produk segar yang akhirnya tidak dapat mencapai supermarket sebagai titik penjualan karena cold chain nya terputus dan menyebabkan produk rusak sebelum mencapai konsumen. Persentase produk segar yang rusak akibat terputusnya cold chain ini mencapai 25%.

Perlu dipikirkan dengan sangat cermat cara yang paling efektif dalam pendistibusian vaksin. Jika dilakukan melalui darat akan menggunakan fasilitas apa? demikian juga apabila didistribusikan menggunakan pesawat sampai mencapai titik distribusi akan menggunakan fasilitas apa?

Pemerintah Indonesia harus sesegera mungkin membuat perencanaan yang cermat agar cold chain vaksin Covid-19 ini dapat dijamin aman dan tidak bermasalah dan tentunya untuk melakukan hal tersebut bukanlah hal yang mudah.

Mungkin pengalaman mendistribusikan surat suara atau kotak suara di masa pilkada atau pilpres dapat dijadikan pelajaran. Pendistribusian ini sangat bermasalah jika menyangkut daerah terpencil yang fasilitas transportasi tidak mamadai dan sulit dijangkau.

Pendistribusian vaksin tentunya akan jauh lebih sulit karena memerlukan fasilitas penyimpanan yang memadai baik selama transportasi maupun setelah tiba di titik distribusi.

Pendistribuan vaksin dalam jumlah kecil ke berbagai daerah yang pernah dilakukan selama ini kemungkinan pernah dan dapat dilakukan, namun pendistribusian dalam skala besar tentunya akan menjadi permasalahan tersendiri.

Pengunaan esky untuk menyimpan dan mendistribusikan vaksin mungkin merupakan salah satu pilihan untuk diterapkan di Indonesia, namun tantangan yang muncul adalah setiap 14 hari dry ice perlu diganti dan setiap 7 hari harus dilakukan refil dry ice. Disamping itu untuk mendapatkan dry ice ini juga akan cukup sulit terutama di wilayah yang terpencil.

Perlu diketahui bahwa dry ice sangat sulit untuk disimpan, oleh sebab itu dry ice tidak dapat diproduksi dalam jumlah yang banyak dan disimpan untuk waktu yang lama sebelum digunakan. Oleh sebab itu dry ice harus diproduksi terus menerus dalam mendukung pendistribusian vaksin ini.

Hal lain yang juga perlu dipertimbangan faktor alam sebagai salah satu faktor penentu sukses tidaknya penyebaran vaksin ini. Indonesia di awal tahun akan mengalami musim hujan. Jika curah hujan mengalami anomali maka bukan tidak mungkin banjir dan tanah longsong menjadi penghambat pendistribusian vaksin ini.

Perancangan manajemen yang prima terkait penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian vaksin Covid-19 akan sangat menentukan keberhasilan program vaksinasi Covid-19 di Indonesia dimana Cold Chain yang prima merupakan kunci penentunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun