Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Korban Jiwa Covid-19 di Amerika Mencapai 200 Ribu, Apa Maknanya?

23 September 2020   15:15 Diperbarui: 23 September 2020   15:26 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: thailandmedical.news

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa angka mortalitas akibat Covid 19 di Amerika hari ini telah mencapai angka 200.000 orang.

Sekitar bulan Januari 2020  di awal meledaknya pandemic Covid-19 masih tampak kepercayaan diri Amerika dalam mengatasi pandemi ini dengan menyatakan siap menghadapi kondisi terburuk dari pandemi  ini.

Saat itu terdeteksi seorang warga negara bagian Washington  berusia 35 tahun pulang seusai mengunjungi keluarganya di Wuhan yang disinyalir sebagai kasus pertama  Covid-19 di Amerika.

Sampai dengan tanggal 26 Februari pun setelah dideteksi adanya korban covid-19 di Amerika, Trump menyatakan amerika sangat siap menghadapi pandemi ini karena  memiliki fasilitas kesehatan terbaik di dunia.  Saat itu Trump bahkan mendeklarasikan bahwa Amerika negara paling  siap di dunia menghadapi pandemi korona.

Angka kematian akibat Covid -- 19  di Amerika dalam kurun 7 bulan di tahun 2020 ini diperkirakan lebih linggi lagi, yaitu mencapai 2015 ribu, padahal ramalan Johns Hopkins angka kematian selama priode ini hanya mencapai 150.000. Jadi jelas sekali bahwa baik dari segi jumlah orang yang terjangkit maupun orang yang meninggal di Amerika jauh di atas perkiraan semula.

Angka sebesar ini mengingatkan rakyat Amerika tentang korban serangan 9/11 yang saat itu dianggap memakan korban jiwa besar.  Jika dibandingkan, maka angka 200.000 ini setara dengan serangan 9/11 setiap hari selama 67 hari. Jika dibandingkan dengan penduduk di Salt Lake City or Huntsville, Alabama, maka angka 200.000 ini setara dengan penduduk seluruh kota ini.

Hal yang lebih mengkhawatirkan bahwa angka ini belumlah ujung dari angka kematian akibat Covid-19, karena diprediksi sampai akhir tahun ini angka ini dapat saja mencapat 400.000 dengan rata rata angka kematian per harinya mencapai 770 orang.

Prediksi ini sangat masuk akal karena vaksin yang digadang gadang  akan segera diluncurkan diperkirakan baru tersedia di tahun 2021.  Kondisi yang mendukung lainnya adalah dibukanya sekolah dan universitas dan musim dingin yang akan segera datang.

Lonjakan kasus dan angka kematian akibat Covid-19 di Amerika ini memang tergolong luar biasa karena 5 bulan lalu angka ini masih relatif  rendah yaitu sekitar 5% dari total kasus dan korban jiwa di dunia.  Namun saat ini angka itu melonjak tajam mencapai 20% dari kasus dan kematian di dunia.

Sebagai perbandingan saat ini hanya ada 5 negara lainnya yang menempati urutan tertinggi angka kematian per kapita, yaitu Peru, Bolivia, Chile, Spain  dan  Brazil dengan angka sekitar 137.000, selanjutnya diikuti oleh India (89.000) dan Mexico (74.000).

Jumlah kasus dan angka kematian yang terjadi di Amerika ini tidak saja mengagetkan  dunia tapi juga menyentak Amerika.

Amerika yang dikenal  sebagai negara kaya yang memiliki sistem jaminan kesehatan yang sangat  baik, fasilitas penelitan yang prima, dana penelitian  yang berlimpah, memiliki jumlah ilmuwan terkenal yang sangat bayak, fasilitas laboratorium yang sangat memadai dan cadangan obat obatan yang berlimpah ternyata kewalahan  menghadapi pandemi Covid-19 ini.

Jika dibedah lebih dalam lagi terjata jumlah orang yang tertular dan yang meninggal lebih banyak di kalangan masyarakat tertentu di Amerika seperti pada penduduk asli Amerika, kulit hitam, Hispanik yang  mencermintkan terjadinya disparitas ekonomi dan pelayanan kesehatan di Amerika.

Amerika memang telah melakukan persiapan menghadapi pandemi ini dengan berbagai cara, namun tampaknya di tengah tengah kesiapan Amerika ini  terdapat  titik titik lemah yang yang menjadi pintu masuk serangan Covid 19.

Paling tidak ada tiga titik lemah yang menyebabkan terjadinya lonjakan luar biasa kasus dan korban Covid 19 ini, yaitu (1)  lemahnya pengawasan orang keluar masuk Amerika di bandara, (2) travel ban terlalu  lambat diterapkan dan (3) terlambat menyadari  bahwa orang yang menyebarkan virus korona ini tidak hanya  dari orang yang terjangkit saja namun juga dapat disebarkan juga oleh orang tanpa gejala.  

Hal yang sangat menyedihkan virus ini menghantam wilayah di mana terdapat orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah seperti di panti jompo.  Jumlah korban di panti jompo saja mencapai 78 ribu jiwa.

Dengan kondisi dimana sebanyak 30 juta penduduk amerika ternyata tidak memiliki asuransi kesehatan maka virus ini menyerang dengan ganasnya pada kelompok masyarakat etnis tertentu yang umumnya tidak memiliki asuransi kesehatan karena  perekonomiannya tergolong lemah.

Sikap Trump yang menyatakan bahwa peningkatan jumlah orang yang terjangkit di Amerika karena jumlah testing yang dilakukan juga meningkat juga berperan dalam keacuhan sebagian warga amerika terhadap pandemi ini.  Sebagian masyarakat Amerika terbawa arus meremehkan bahaya pandemi ini.  Demikian juga perbedaan sikap dan kebijakan pimpinan di negara bagian dalam mempersiapkan dan mengantisipasi gelombnag serangan pandemi ini menyebabkan pertahanan Amerika sebagai negara terhadap serangan Covid-19 ini menjadi melemah.

Amerika juga terlambat  dalam mengantisipasi bahwa pandemi ini akan lebih mematikan pada penderita yang memiliki riwayat penyakit sebelumnya seperti jantung dan diabetes.

Melihat lonjakan angka orang yang terjangkit dan angka kematian ini menunjukkan bahwa walaupun Amerika memiliki kemampuan, dana dan fasilitas yang sangat memadai, namun tanpa disertai  strategi national yang jitu  dalam mengantisipasi dan menghadapi serangan pandemi ini menyebabkan Amerika kewalahan menghadapi pandemi ini.

Pandemi Covid-19 yang menghantam Amerika saat ini menjadi lembaran kelam  bagi perjalanan sejarah dunia kesehatan di Amerika yang akan tercatat dalam sejarah bahwa sarana prasarana, dana dan fasilitas yang memadai tanpa diikuti oleh antisipasi dan perencanaan yang matang  dan kesiapan ternyata belum cukup memadamkan pandemi ini.

Mudah mudahan apa yang terjadi di Amerika menjadi pelajaran bagi negara negara lain termasuk Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun