Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pandemi Korona Memburuk, Dunia Menuju Ekuilibrium Baru

14 Juli 2020   09:34 Diperbarui: 14 Juli 2020   09:32 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika negara di dunia mulai melonggarkan lockdown, banyak masyarakat menyambut suka cita era new normal ini dengan harapan sebentar lagi pandemi ini akan berakhir.

Namun tampaknya harapan ini hanya harapan semu saja karena hanya dalam waktu sekitar sebulan saja negeri di dunia mengendurkan lockdown, tren pandemi korona meningkat tajam di luar dugaan banyak kalangan.

Secara terbuka badan kesehatan dunia WHO  memprediksi  bahwa pandemi korona akan semakin memburuk jika negara di dunia menganggap enteng pendemi ini dan tidak memikirkan kembali kebijakannya mengendurkan lockdown yang pernah diberlakukan.

Berdasarkan hasil evaluasi WHO banyak sekali negara didunia mengambil kebijakan yang salah dalam menghadapi pandemi korona ini yang akhirnya berakibat fatal dengan semakin memburuknya pandemi yang menimpa negara tersebut.

Ambil saja contoh Amerika negara yang semula menganggap enteng pandemi ini dengan menyatakan bahwa Amerika sangat siap menghadapi pandemi ini dan dalam waktu singkat akan dapat mengatasi pandemi ini kini kewalahan menghadapi gelombang kedua pandemi ini.

Di tengah perjalanan mengatasi pandemi korona ini, Amerika bahkan menyatakan perang secara terbuka dengan WHO yang dianggap lebih berpihak pada Tiongkok dalam menghadapi pandemi ni.

Hasilnya kini Amerika menjadi episenter baru sekaligus menempati peringkat pertama dunia sebagai negara dengan jumlah orang terjangkit dan jumlah orang yang meninggal akibat pandemi ini.

Di Amerika, sampai  ini jumlah orang yang terjangkit Covid-19 sudah mencapai lebih dari 3.3 juta (hampir seperempat dari  jumlah total penderita dunia) orang dengan jumlah kematian sudah mencapai lebih dari  135,000  orang

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa penyataan pimpinan negara di dunia banyak yang membingungkan rakyatnya.

Disadari tidak mudah menentukan pilihan yang tegas antara membela kepentingan ekonomi negaranya atau menangani pandemi korona ini secara tuntas dengan tentunya ada korbanan sektor ekonomi negara.

Digesernya arah kebijakan ke arah kepentingan ekonomi dengan cara melonggarkan lockdown memang mulai berdampak pada menggeliatnya ekonomi, namun pada saat yang bersamaan tren pandemi korona yang sempat mulai menurun langsung melonjak tajam lagi.

Menurut WHO pandemi korona ini seharusnya dipandang sebagai musuh nomor satu dan musuh bersama, namun pada kenyataan banyak negara di dunia menganggap enteng pandemi ini dan berakitbat terupuruknya negara tersebut karena kewalahan menangani pandemi ini.

Bahkan WHO memperediksi bahwa pandemi korona ini tidak akan pernah lagi membawa dunia  pada situasi seperti sebelum terjadinya pandemi. Bahkan jika tidak ditangani secara seriun pandemi ini akan semakin memburuk.

Contoh lain negara yang menganggap enteng pandemi korona ini adalah Brazil dan berakibat negara ini menjadi episenter baru pandemi korona dengan jumlah korban jiwa dan orang yang terjangkit menduduki peringkat kedua setalah Amerika.

Gelombang pandemi diperkirakan akan bergeser ke Amerika lain dan Afrika.  Saat ini saja jumlah kematian akibat pandemi korona di Amerika Latin sudah mencapai 145 ribu orang.

Hantaman gelombang pandemi ini diperkirakan akan semakin dasyat di kawasan Afrika karena disamping  kemiskinan negara negara di Afrika banyak yang sedang dilanda konflik dan perang saudara yang mebuat pandemi ini akan semakin buruk.

Tidak pelak lagi pandemi korona ini akan memiliki dampak ekonomi yang luar biasa yang akan membuat negara miskin di dunia akan menjadi lebih miskin lagi.

Harapan bahwa dalam waktu dekat dunia akan dapat menghapus virus ini dari muka bumi kini menjadi sangat tidak realistis karena pengembangan vaksin untuk mengatasi virus ini masih memerlukan waktu lebih  lama dari yang diperkirakan.

Sementara itu masyarakat harus dapat beradaptasi dan hidup bersama virus korona dengan cara mengubah cara hidup agar dapat menghindari terjangkit virus ini.

Sampai saat ini tidak diketahui dengan pasti apakah orang yang sudah sembuh dari virus ini akan menimbulkan kekebalan sehingga akan membentuk kekebalan komunal (herd immunity) dan seberapa lamu kekebalan ini akan dapat bertahan.

Hasil penelitan dari King's College London menunjukkan bahwa kekebalan yang terbentu setelah orang terpapar virus korona ini hanya dapat bertahan dalam waktu singkat. Artinya setelah sembuh orang akan dapat tertular virus korona lagi.

Tren memburuknya pandemi korona ini tentunya sangat relevan dengan Indonesia  yang juga menunjukkan tren yang sama yaitu semakin meningkat.

Setelah sempat ketakutan selama beberapa bulan, kini sebagian dari masyarakat sudah menganggap virus korona sebagai sesuatu yang biasa.  Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan karena  akan menjadi salah satu faktor penentu meningkatnya jumah penderita.

Klaim  para ilmuwan Indonesia yang menyakan bahwa virus ini dapat diatasi dengan herbal yang pada mulanya dipercaya oleh masyakat kini tidak lagi digubris msayarakat.

Penyataan ilmiah yang cenderung cerobah dan tergesa gesa terkait ditemukannya obat pembasmi virus korona  membuat situasi semakin rumit karena masyarakat dicekoki dengan harapan sumir yang belum ada bukti ilmiahnya.

Pernyataan beberapa ilmuwan dunia dan juga WHO yang menyatakan bahwa virus Covid-19 ini tidak akan pernah hilang lagi di bumi ini memang sangat realistis mengingat cara penyebarannya dan kebiasaan hidup masyakat yang mendukung penyebaran virus ini.

Ke depan akan terjadi perubahan gaya hidup masyarakat pada intinya cara hidup lebih yang dapat membantu memutus mata rantai penyebaran virus ini. Tanpa adanya perubahan cara hidup ini pandemi ini akan semakin meluas dan bukan tidak mungkin negara kewalahan mengatasinya.

Prediksi gelombang kedua pandemi korona yang lebih buruk  ini memang mendekati kenyataan dan bukan tidak mungkin akan datang gelombang gelombang selanjutnya.

Dunia kini sedang menuju equilibrium baru yang tentunya sangat berbeda dengan kondisi sebelum merebaknya virus Covid-19.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun