Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mimpi yang Kandas di Kapal Horor Long Xing 629

11 Juni 2020   20:19 Diperbarui: 11 Juni 2020   20:14 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak ada yang salah dengan Sepri dan Ari dua pemuda desa di Sumatera yang menginginkan perbaikan nasibnya dengan bekerja di kapal penangkap ikan asing Long Xing 629 milik perusahaan Tiongkok Dalian Ocean fishing Co Ltd.

 Juga tidak ada yang salah bagi kedua pemuda ini ketika mereka  tertarik dengan janji pencari pekerja yang merekrutnya menjadi awak kapal karena besarnya upah yang dijanjikan.

Siapa yang tidak tergiur dengan jaminan asuransi dan gaji sebesar US$400 per bulan yang tentunya menjadi daya tarik tersediri bagi 22 pemuda Indonesia untuk bergabung di kapal Long Xing 629 menangkap ikan di bulan Februari akhir tahun lalu

Sepri (kiri) dan Ari (kanan) yang meninggal di tengah laut. Sumber: BBC.
Sepri (kiri) dan Ari (kanan) yang meninggal di tengah laut. Sumber: BBC.
Kedua pemuda ini tampaknya tidak menyadari sama sekali kisah horor yang melekat pada  kapal penangkap ikan berbendera Tiongkok Long Xing 629 yang memiliki reputasi buruk dalam memperlakukan awak kapalnya dalam bekerja.

Pemilik kapal penangkap ikan ini terkenal dengan reputasi eksplotasi awak kapalnya dengan jam kerja di luar batas kemanusiaan.  Sekitar 5 tahun lalu sekitar 4000 awak kapal penangkap ikan yang sebagian besar berkebangsaan Myanmar pernah diselamatkan di pulau terpencil Indonesia juga mengalami perlakukan yang hampir sama di kapal penangkapan ikan yaitu perbudakan sebagaimana yang terjadi di kapal penangkap ikan the Long Xing 629.

Hanya bertahan  sekitar 10 bulan saja akhirnya Sepri dan awak kapal lainnya dari Indonesia meninggal dunia di bulan Desember tahun lalu, disusul dengan sahabatnya  Ari yang juga meninggal dunia sekitar 3 bulan kemudian.

Kematian dan kerasnya lingkungan kerja mungkin saja merupakan bagian dari perjalanan hidup dua pemuda ini, namun perlakukan setelah kedua pemuda meninggal inilah yang benar benar menyentuh nilai kemanusiaan.

Menurut kisah awak kapal lainnya yang berhasil menyelamatkan diri dari horor di kapal Long Xing 629 ini menceritakan bahwa bagaimana awak kapal Indonesia meminta belas kasihan Kapten kapal agar jenasah pemuda Indonesia yang meninggal ini di simpan di tempat pendingin untuk selanjutnya dimakamkan secara manusiawi secara Islam apabila kapal ini sudah merapat ke darat.

Namun Kapten kapal berargumen bahwa jenasah ini jika dibawa ke darat  juga akan ditolak. Hal maksimal yang dapat dilakukan oleh rekan rekan senasib kedua pemuda ini adalah memandikan dan mensholatkan dan mendoakannya sebelum akhirnya jenasah kedua  rekan mereka ini yang mereka cintai dibuang  ke laut.

Pembuangan jenasah ke laut. Sumber: BBC
Pembuangan jenasah ke laut. Sumber: BBC
Kebocoran dan beredarnya video pembuangan  jenasah pemuda ke laut inilah yang menimbulkan kehebohan yang luarbiasa  sekaligus mengungkap horor yang terjadi di kapal penangkap ikan Long Xing 629.

Horor yang terjadi di kapal ini tidak saja menyangkut jam kerja paksa yang mencapai 18 jam, namun juga perlakukan fisik seperti dipukul dan ditendang akibat tidak jalannya komunikasi karena  awak kapal tidak dapat berbahasa mandarin. 

Kendala bahasa iniah membuat awal kapal bingung dan frusttasi karena tidak mengerti apa yang diperintahkan.

Juga masih menurut cerita awak kapal yang selamat, mereka makan hanya dengan menu umpan ikan dan minum air destilasi air laut yang buruk kualitasnya , sementara kapten kapal minum air mineral.

Derita kedua pemuda ini sampai menemui ajalnya juga dirasakan oleh keluarga, karena sejak pamit meninggalkan kampung halaman untuk bekerja di kapal penangkap ikan sekitar setahun yang lalu pihak keluarga tidak pernah menerima kabar lagi sampai akhirnya mendapat kabar buruk anaknya sudah meninggal dunia dan jenasahnya dibuang ke laut.

Kenangan dan pengalaman buruk ini terus mengantui keluarga bukan sebaliknya kenangan indah yang diimpikan oleh kedua pemuda ini berupa perubahan nasib dan perekonomian keluarga.

Perusahan pengerah tenaga kerja yang merekrut kedua pemuda ini menjanjikan uang kompensasi sebesar Rp. 250 juta, namun pihak keluarga tentunya ingin jawaban yang lebih jelas apa yang sebenarnya terjadi pada anggota keluarganya yang kini telah tiada.

Kematian kedua pemuda dengan cara tragis ini memang telah menjadi pembiracaan pemerintah Indonesia dan Tiongkok terkait perbudakan yang terjadi di kapal penangkap ikan milik Tiongkok ini.

Paling tidak kematian tragis kedua pemuda ini memberikan pelajaran yang luar biasa bahwa ucapan dan janji pencari kerja tidak selamanya benar dan banyak kejadian sebaliknya, janji manis ini seringkali berujung bencana.

Kejadian tragis yang menimpa tenaga kerja Indonesia dengan tingkat keterampilan rendah sudah sering kali terjadi dan dalam beberapa kasus justru pekerja yang berada dalam posisi lemah dan menerima apa adanya.

Semoga kejadian horor di kapal Long Xing 629 segera mendapat kejelasan dan  memberikan hukuman yang setimpak bagi pihak pihak yang bertanggungjawab mempraktekkan perbudakan modern yang bertentangan dengan nilai nilai kemanusiaaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun