Apapun alasan yang dikemukakan oleh pemerintah Perancis sampai dikeluarkannya undang undang pelarangan penggunaan burka di tempat umum tidak akan terlepas pada upaya pemerintah Perancis untuk mengeliminasi kelompok  ekstrimis di Perancis yang dalam berbagai tindakannya memang telah memakan korban jiwa dan mengejutkan dunia.
Politik pelarangan menggunaan burka di Perancis tentunya bukanlah ditujukan untuk membela kaum wanita  yang dianggap terkungkung dengan menggunakan burka seperti yang digembar gemborkan sebelumnya, namun lebih fokus kepada mencegah berkembangnya radikalisme di Perancis.
Serangkaian serangan terorisme yang melanda Perancis di tahun 2019 memang telah memicu gerakan anti islam di negara ini. Sebagai contoh setalah terjadi penyerangan di salah satu markas polisi Perancis, dikeluarkan daftar yang berisi ciri ciri radikalisme seperti. Salah satu diantaranya yang terkait diri radikalisme adalah menolak cipika cipiki ala perancis jika bertemu.
Namun kini di tengah pandemik korona justru pemerintah Perancis menyarankan agar pemduduknya untuk tidak melakukan cipika cipiki ala Perancis untuk mencegah penyebaran korona.
Di saat pandemi korona melanda Perancis simbul yang tadinya dianggap sebagai ciri radikalisme ternyata memiliki manfaat tersendiri disamping tentunya sebagai bagian dari aturan berpakaian dan berprilaku sebagai muslim.
Pemakaian burka dan menghindari cipika cipiki ala Perancis kini terbukti merupakan salah satu tindakan preventif yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran virus korona.
Akankah paradoks  burka vs masker ini akan menjadi medan baru pembahasan kebebasan berpakaian wanita Perancis pasca pandemi korona reda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H