Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Terapi Plasma Melawan Virus Korona, Efektifkah?

23 April 2020   20:50 Diperbarui: 23 April 2020   21:03 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini para  ilmuwan di berbagai belahan dunia tengah berpacu untuk mengembangkan dan menemukan panangkal virus korona.  Salah satu nya adalah terapi plasma yang sudah dicoba di Tiongkok, Iran, Amerika, Inggris dan berbagai negara lainnya.

Terapi plasma ini merupakan bagian dari serangkaian treatmen yang diberikan pada pasien korona disamping tentunya upaya untuk mempertahankan pasien agar tetap dapat bertahan melawan virus ini meliputi pemberian cairan, oksigen, ventilator dan juga antibiotik untuk mengurangi infeksi yang diakibatkan oleh virus ini,

Terapi plasma dinilai akan memberikan dampak yang dapat diujicobakan lebih cepat dibanding dengan mengembangkan vaksin yang memerlukan waktu paling tidak 18 bulan ke depan.

Memang masih banyak keraguan dan kesimpangsiuran terkait terapi plasma ini apakah memang benar efektif digunakan sebagai salah satu cara melawan virus korona.

Apa tu Terapi  Plasma ?

Terapi plasma bukanlah sesuatu yang baru karena menurut catatan  sejarah  pernah dilakukan di era tahun 1800 an di Jerman untuk melawan penyakit dipterid.   Saat itu Emil von Behring menginjeksikan antibody dipteria yang diambil dari binatang yang telah sembuh dari dipteri ke anak  penderita dipteri  dan menunjukkan hasil yang menggembirakan.

Pada tahun 1918 terapi plasma juga pernah dilakukan pada penderita flu Ketika terjadi pandemi flu Spanyol yang menewaskan jutaan orang dan pada tahun 1934 terapi plasma ini tercatat pernah digunakan untuk melawan campak.

Pada intinya terapi plasma meliputi Tindakan pemberian plasma yang diambil dari darah orang yang pernah terpapar virus korona  kepada penderita dengan tujuan untuk meningkatkan antibodi yang diharapkan dapat melawan keganasan  virus korona.

Plasma merupakan bagian dari darah yang berbentuk cairan yang proporsinya mencapai 55% dari volume darah secara keseluruhan.  Jika dipisahkan plasma ini dari sel darah merah, maka plasma akan terlihat seperti cairan bening yang berwarna kekuningan.  Plasma pada intinya terdiri dari air, garam dan ensim.

Plasma berfungsi untuk mengangkut nutrient, hormon dan protein yang sangat diperlukan oleh tubuh kita. Disamping itu plasma juga berfungsi untuk membuang limbah sel yang tidak lagi digunakan oleh tubuh. Plasma yang berbentuk cairan ini tentunya sangat vital dalam mengalirkan sel darah ke seluruh tubuh.

Terapi plasma atau yang dalam istilah kedokteran dikenal sebagai "Terapi Plasma Konvalesen"  ini  dimulai dengan cara mengambil darah dari pasien korona yang telah sembuh.  Pada darah pasien yang sudah sembuh dari virus korona ini akan mengandung antiobodi yang digunakan untuk melawan virus korona.

Antibodi ini akan memiliki protein imun yang  spesifik yang dihasilkan dari pasien yang terkena infeksi virus korona.  Antibodi ini akan berfungsi untuk menyerang virus korona dan menghancurkannya sebelum virus ini menginfeksi lebih lanjut ke bagian tubuah lainnya.

Plasma darah yang diambil dari darah pasien yang telah sembuh ini selanjutnya diberikan pada pasien virus korona melalui transfusi.

Terpai plasma meliputi pemberian plasma yang diambil dari darah pasien yang sudah sembuh dari virus korona. Photo: Omfut
Terpai plasma meliputi pemberian plasma yang diambil dari darah pasien yang sudah sembuh dari virus korona. Photo: Omfut
Menurut pakar Kesehatan, pasien yang sudah menunjukkan gejala virus korona berat seperti kesulitan bernafas dan pneumonia biasaya produksi antibodinya akan sangat lambat jika dibanding dengan pasien yang menunjukkan gelaja mior virus korona.  Oleh sebab itu transfusi plasma ini akan membantu pasien virus korona untuk meningkatkan andibodi untuk melawan virus korona.

Walaupun terapi plasma pernah memberikan  hasil yang menggembirakan di masa lalu, saat ini efektvitasnya masih dipertanyakan Ketika berkembang penyakit baru yang mematikan yang disebabkan oleh virus seperti  Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan virus korona yang menyebarannya sangat cepat di masyarakat dan mematikan. 

Jatuhnya banyak korban akibat virus korona ini terkait dengan belum berkembangnya imunitas dan belum ditemukannya vaksin untuk melawan virus korona ini.

Terapi pasien virus korona di Tiongklok. Photo: WHO
Terapi pasien virus korona di Tiongklok. Photo: WHO
Menurut catatan dari pengalaman menangani penderita virus korona di Tiongkok, terapi  plasma ini lebih efektif dalam menekan angka kematian jika dibandingkan dengan memberian obat obatan yang juga masih dalam tahap uji coba.

Demikian juga di Iran disebutkan bahwa terapi plasma ini dapat menekan tingkat kematian pasien virus korona sampai 55%.

Terapi plasma memang menjanjikan namun ujicobanya masih dalam skala kecil.  Jadi untuk membuktikan efektivitas terapi plasma sebagai salah satu cara untuk mengangani pasien virus korona memang dipelukan uji coba dalam skala lebih besar yang melibatkan lebih banyak lagi pasien virus korona.

Semoga berbagai upaya untuk menangkal virus korona ini dapat segera memberikan hasil

Rujukan: satu, dua, tiga, empat, lima

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun