Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Efektifkah Aplikasi Contact-Tracing di Tengah Pandemi Virus Korona?

21 April 2020   17:56 Diperbarui: 23 April 2020   16:29 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cara kerja contact tracing. Ilustrasi: En24 News

Di tengah-tengah mewabahnya virus Korona berbagai upaya tengah dilakukan untuk menghentikan laju penuraran virus ini, termasuk salah satunya dikembangkannya aplikasi contact-tracing untuk mendeteksi level penularan di suatu di wilayah, sekaligus memberikan peringatan pada penggunanya dan menginformasikan apakah pengguna pernah melakukan kontak dengan orang yang diduga terpapar virus korona.

Sebagai contoh saat ini Apple dan Google sudah mengembangkan aplikasi ini di samping itu Kemenkominfo juga telah meluncurkan aplikasi pelacak korona.

Pada dasarnya aplikasi contact tracing ini dibuat dengan tujuan memberikan peringatan kepada penggunanya bahwa apakah dirinya pernah melakukan kontak dengan orang yang tertular virus korona.

Dengan menggunakan aplikasi ini maka penggunanya akan diberikan peringatan melalui smartphone-nya bahwa dirinya pernah melakukan kontak dengan orang yang tertular virus korona.

Dengan cara ini pula pengguna yang diberi peringatan akan lebih waspada sekaligus mengambil langkah langkah yang harus dilakukan agar dirinya tidak terpapar virus korona dan melakukan tindakan medis jika diperlukan.

Namun pertanyaan yang muncul sekarang adalah seberapa efektif aplikasi contact tracing ini dalam memberikan peringatan kepada perorangan sebagai bagian dari masyasrakat yang menggunakannnya akan tingkat bahaya virus korona yang sedang mewabah di wilayahnya.

Bagaimana cara kerjanya?

Aplikasi ini pada dasarnya mendeteksi dan mencatat jarak antar pengguna smartphone dengan menngunakan Bluetooth dalam periode waktu tertentu ketika penggunanya mengaktifkan smartphone nya.

Jika nantinya dalam catatan interaksi tersebut ada orang yang terdeteksi terinfeksi maka data interaksi tersebut akan digunakan dan diolah sehingga dapat memberikan peringat kepada siapa saja yang pernah berdekatan dengan orang terinfeksi tadi dan memberikan peringatan langsung melalui smartphone-nya.

Cara kerja contact tracing. Ilustrasi: En24 News
Cara kerja contact tracing. Ilustrasi: En24 News
Cara kerja contact tracing. Ilustrasi: Institute for global change
Cara kerja contact tracing. Ilustrasi: Institute for global change
Aplikasi juga akan mengkategorikan level peringatan dalam beberapa macam. Misalnya orang yang memiliki resiko tinggi akan dianjurkan untuk tinggal di rumah atau pada level lain cukup diberikan peringatan dan dapat beraktivitas di luar.

Contact tracing ini dimungkinkan karena aplikasi yang dibuat menggabungkan beberpa teknologi sekaligus seperti Global Positioning System (GPS), Bluetooth, kode Quick Response (QR) serta teknologi lainnnya.

Aplikasi ini memang memiliki keterbatasan mengingat pada umumnya pendeteksian sinyal antar smartphone maksimal hanya menjangkau jarak 30 meter. Pada jarak kurang dari 2 meter smartphone juga akan mengalami kesulitan untuk memberikan peringatan satu dengan lainnya.

Keterbatasan ini membuat aplikasi contact tracing mengalami keterbatasan dalam akurasi data dan peringatan yang akan diberikannya pada pengguna.

Di samping itu jika aplikasi ini digunakan pada wilayah yang tidak terkontrol seperti misalnya di dekat ventilator, wilayah berangin dan lingkungan lainnya yang mengganggu sinyal maka akurasinya juga akan berkurang.

Di luar hal-hal teknis yang dapat mengurangi akurasinya, aplikasi ini sangat rawan dipalsukan dan disalahgunakan untuk memberikan hasil tracing palsu yang akan digunakan untuk menipu si pengguna.

Penggumpulan data oleh aplikasi ini tentu saja akan menyangkut pengumpulan berbagai data pribadi yang dikhawatirkan akan bocor dan digunakan untuk kepentingan lainnya.

Oleh sebab itu pembuat aplikasi ini diharuskan hanya akan menggunakan data untuk kepentingan tracking orang selama pandemi virus korona ini saja dan tidak diperbolehkan untuk menggunaknnhya untuk kepentingan lainnya.

Terlepas dari kehawatiran akan akurasi dan bocornya data pengguna ada hambatan lainnya yaitu tidak semua smartphone dapat menggunakan aplikasi contact tracing ini.

Menurut catatan dari sekitar 3,4 milyar smartphone yang ada didunia saat ini sekitar 25% nya tidak dapat menggunakan Bluetooth Low Energy (LE) yang disyaratkan oleh aplikasi yang dibuat Google dan Apple.

Dengan keterbatas teknis ini tentunya efektivitas pendeteksian penyebaran virus korona melalui contact tracing ini juga akan berkurang karena ada sebagian data penderita di masyarakat yang tidak terpetakan.

Terlepas dari kelebihan dari segala kekurangnnya, keberadaan aplikasi contact tracing ini tentunya akan memberikan andil dalam mengurangi laju penyebaran virus korona yang sedang mewabah saat ini melalui pemberitahuan secara pribadi kepada penggunanya untuk lebih waspada.

Paling tidak keberadaan aplikasi contact tracing ini berperan memberikan edukasi pada penggunanya akan bahaya virus korona ini dan pentingnya secara kumunal menghentikan laju penyebaran virus ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun