Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengapa Covid-19 Sangat Mematikan di Italia?

24 Maret 2020   07:19 Diperbarui: 25 Maret 2020   16:40 4292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penanganan penderita Covid-19 di salah satu rumah sakit di Italia. Photo:Flavio Lo Scalzo/Reuters

Jika dilihat dari data berbagai macam sumber yang terkait dengan jumlah penderita dan jumlah korban Covid-19 di berbagai negara di luar Tiongkok, maka sampai saat ini rekor dipegang oleh Italia.

Berikut beberapa data yang berhasil dikumpulkan sampai dengan hari Senin, tanggal 24 Maret 2020.

  • Dalam 3 hari terakhir terakhir angka kematian melonjak cepat dari 433,  627 dan 797 orang
  • Angka terakhir total kematian 6,078 dan jumlah orang yang terinfeksi 63.928 orang dengan persentase angka kematian 9% (catatan: bandingkan dengan angka kematian di Tiongkok 3,8% dan di Jerman 0,3%)
  • Angka kematian tertinggi (68%) terjadi di kota Milan
  • Tanggal 15 Maret lalu Italia hanya melakukan test untuk sebanyak 125.000 orang, sedangkan sebagai pembanding Korea Selatan melakukan sebanyak 340.000 ribu test padahal di negara Korea Setalan ini kasus terinfeksi hanya 9000 orang dengan angka kematian hanya 0,6%
  • Di Lombardy dokter dan pekerja kesehatan bekerja menghadapi pasien Covid-19 tanpa perlengkapan perlindungan diri yang memadai sehingga sampai saat ini di kota tersebut saja sudah ada 14 korban dari kalangan dokter dan secara total telah menginfeksi 3.700 perawat dan dokter

Tidak pelak lagi dengan angka kematian setinggi itu membuat Italia saat ini menjadi episenter baru penyebaran Covid-19 di luar Tiongkok. Hal yang lebih mengkhawatirkan pada pakar epidemiologi menduga bahwa puncak serangan covid-19 di Italia belum lah tercapai. Artinya jumlah orang yang terinfeksi dan korban jiwa akan terus meningkat tajam.

Tidak hanya di italia, spanyol dan Jerman diperkirakan juga akan menyusul dalam hal jumlah orang yang terinfeksi dan jumlah orang yang meninggal dunia.

Menurut pakar kesehatan Italia, salah satu kebijakan yang sangat fatal yang menyebabkan meledaknya Covid-19 di Italia adalah lambatnya melakukan test dan kebjikan yang melakukan tes hanya fokus pada orang yang menunjukkan gejala seperti demam dan batuk kering saja.

Gagal fokus pada penderita yang belum menunjukkan gejala ini memang seperti bom waktu mengingat masa inkubasi virus ini cukup lama yaitu minimal 14 hari. Sehingga dalam waktu 14 hari ini penderita yang belum terdeteksi sudah banyak berintraksi dengan orang lainnya dan menyebarkan virus ini secara cepat dan tidak terkendali.

Struktur populasi italia juga berperan dalam menyumbang tingginya angka kematian ini, karena 85,6 % korban yang meninggal dunia akibat virus Covid-19 ini berusia diatas 70 tahun.

Struktur populasi Italia saat ini menunjukkan bahwa 23 % dari total populasi usianya di atas 65 tahun. Angka ini sekaligus menunjukkan bahwa Italia memiliki jumlah orang usia lanjut yang tertinggi kedua setelah Jepang.

Kelompok usia lanjut di Italia ini memang sangat rentan terserang virus Covid-19 karena mereka jika telah berkali kali dirawat akibat sakit sebelumnya maka tidak lagi menjadi perioritas menjalai extensive care.

Hal ini juga disebabkan karena sistem jaminan kesehatan di Italia berlaku secara universal dan gratis, sehingga perioritas penanganan pasien ditentukan oleh riwayat perawatan penyakit sebelumnya. Dengan sistem seperti ini banyak pasien Covid-19 meninggal dunia yang memiliki riwayat sakit sebelumnya.

Sistem kehidupan sosial di Italia memang berbeda dengan umumnya di negara Eropa lainnya.  Para usia lanjut tidak diam di panti Jompo namun umumnya masih bebas dan tinggal bersama keluarganya, sehingga dalam kesehariannya berinteraksi dengan keluarga dan anak anak serta kalangan muda.

Kondisi dan gaya hidup seperti inilah yang menurut para pakar menjadi salah satu faktor mengapa penyebaran virus ini sedemikian cepatnya di Italia.

Jika ada orang usia lanjut yang tertular dan belum terdeteksi, maka dengan sangat cepat menyebar tanpa terdeteksi tidak saja kepada anggota keluarganya juga kepada orang lain.

Kesukaaan warga Italia berkumpul dan bercengkerama di kedai kopi juga diduga juga menjadi faktor lainnya yang menyebabkan cepatnya penyebaran virus ini di Italia.

Lambatnya pemerintah Italia dalam mengambil kebijakan menghentikan penyebaran virus ini juga menjadi salah satu faktor meledaknya virus ini. Coba bandingkan Tiongkok sangat cepat mengambil keputusan untuk mengisolasi wilayah yang terdampak di penghujung tahun 2019, sebaliknya italia baru mengambil kebijakan yang sama setelah virus meledak tidak terkendali.

Sebenarnya bukan hanya Italia saja yang diprediksi akan menjadi negara dengan jumlah korban tertinggi juga negara lainnya di Eropa seperti Spanyol, hal ini disebabkan karena lambatnya pemerintah mengambil kebijakan  drastis karena alasan pertimbangan  ekonomi.

Amerika Serikat  kini juga dikhawatirkan akan menjadi episenter baru penyebaran Covid-19 ini mengingat jumlah korban terpapar dan korban jiwa  meningkat tajam.

Banyak negara yang saat ini masih memberikan anjuran melakukan social distancing pada penduduknya dibanding dengan mengambil langkah drastis seperti melakukan  lock down. Jadi sebenarnya puncak pandemic  di negara Eropa kini hanya tinggal menunggu waktu saja.

Kekhawatiran lain nya terkait wabah Covid-19 di Italia ini adalah datangnya gelombang kedua pandemi virus korona ini, karena sampai saat ini kurva jumlah korban dan penderia belum sama sekali menunjukkan perlambatan.

Sementara itu kemampuan fasilitas kesehatan dalam menangani penderita virus covid-19 di Italia sudah mulai mencapai kapasistas maksimum.  Artinya jika kapasistas kesehatan sudah jenuh maka para korban Virus Covid-19 ini tidak akan lagi dapat tertangani dengan baik dan akan secara cepat meningkatkan jumlah orang yang terpapar dan juga korban jiwa.

Sebagai contoh di kota dan wilayah Italia yang paling terdampak, kini sudah kehabisan fasilitas perawatan dan tempat tidur. Di  pusat kota Milan kini sudah kekurangan jumlah tempat tidur dan ruang isolasi untuk merawat secara intensif korban Covid-19, sehingga beberapa hotel dan ruang pameran kini diubah menjadi rumah sakit darurat  untuk penanganan  korban covid-19 ini.

Pihak Italia kini memang sedang berharap harap cemas menunggu saat kurva jumlah penderita dan korban Covid-19 ini melambat dan selanjutnya menurun.

Harapan itu memang ada, namun tampaknya masih harus menunggu perkembangan berminggu minggu ke depan karena banyak wilayah  utara Italia wabah ini telah menyebar sebelum program tes dilakukan, sehingga diperkirakan telah menyebar di dalam populasinya.

Italia merupakan salah satu contoh negara yang selama ini tidak pernah diprediksi akan terdampak sedemikian buruknya oleh pandemic Covid-19.

Kini tidak ada satupun negara didunia yang dapat menyatakan bahwa negaraknya akan terbebas dari pandemi ini, tinggal menunggu waktu saja.  Keberhasilan penanganan pandemi ini memang akan sangat tergantung kecepatan dan ketepatan kebijakan pemerintah dan partisipasi aktif masyarakatnya.

Semoga dapat menjadi pelajaran yang berharga bagi Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun