Entah apa yang merasuki pikiran orang orang yang melepaskan tembakannya ke arah mobil yang sedang dikendarai Nakamura bersama stafnya ketika sedang menuju tempat kerjanya, namun yang jelas Dr. Tetsu Nakamura yang juga dikenal oleh penduduk lokal sebagai "Paman Murad" ini sudah meninggalkan dunia yang fana ini.
Dunia tersentak dengan kematian Nakamura  dan tidak habis fikir mengapa orang sebaik Nakamura yang menghabiskan waktunya puluhan tahun membantu dan mengobati masyarakat setempat dan juga membangun saluran air yang sangat vital bagi kehidupan masyarakat ini hidupnya dihabisi secara tragis oleh orang yang sampai saat ini belum diketahui dari kelompok mana di tengah tengah carut marut pertikaian perang saudara di Afganistan.
Nakamura mengabdikan dirinya kepada masyarakat Afganistan dan Pakistan secara tulus menjadi relawan ketika di tahun 1980 kedua negara yang tengah berkecamuk perang saudara ini dilanda wabah leprosy.
Tidak hanya sampai disitu saja, Â dampak ketidak stabilan membuat wilayah ini mengalami kekeringan yang mematikan dan memakan korban jiwa lebih banyak dari korban serangan penyakit.
Jiwa relawan yang telah mandarah daging membuat semangat Nakamura menggelora di tengah tengah keterbatasan infrastuktur dan peralatan.
Semangat samurai Nakamura berhasil membangun sistem saluran air yang sangat vital bagi penduduk setempat dengan mengadopsi sistem irigasi  kuno Jepang  yang telah berusia lebih dari 200 tahun yang memerlukan sangat sedikit pemeliharaan.
Kerja keras Nakamura dengan fasilitas seadanya berhasil membangun sistem saluran irigasi yang berhasil merubah wilayah seluas 60.000 are menjadi wilayah pertanian yang subur.
Secara sabar Nakamura yang memiliki latar belakang dokter ini memeriksa penduduk satu persatu dan mengobatinya sehingga masyarakat dapat hidup lebih sehat.
Pada hari Rabu lalu tepatnya tanggal 4 Desember, Nakamura diserang oleh orang bersenjata api ketika dirinya sedang menuju tempat kerjanya di Jalalabad, ibukota provinsi Nangarhar di Afghanistan Timur. Serangan brutal ini menewaskan Nakamura dan 5 orang staf relawan lainnya.