Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pelajaran Berharga dari Serunya Pemilu Israel

30 Mei 2019   09:04 Diperbarui: 30 Mei 2019   13:36 1147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan April yang lalu sehari setelah hari pemungutan suara, Benyamin Netanyahu akhirnya dinyatakan sebagai pemenang pemilu walaupun dengan angka yang sangat tipis sekali yaitu kurang dari 1,5 %.

Kemenangan Netanyahu saat itu tidak lepas dari pernyataan saingan beratnya dalam pemilu yaitu Benny Gantz yang sehari setelah pemungutan suara walaupun dengan suara yang sangat tipis secara terbuka di depan umum mengakui kemenangan Netanyahu.

Tidak ada keributan dan huru hara usai pemungutan suara maupun usai penyampaian hasil pemilu.

Partai Likud yang dipimpin oleh Netanyahu dengan kemenangan sangat tipis ini hanya memenangkan 35 kursi dari total 120 kursi yang ada di parlemen Istrael. Kemenangan Netanyahu tidak lepas dari lebih banyaknya jumlah partai koalisi yang mendukungnya jika dibandingkan dengan partai Blue and White Party yang dipimpin oleh Benny Gantz mantan Kepala Militer Istrael yang memperoleh jumlah kursi yang sama.

Kemenangan yang diperoleh oleh Netanyahu ini ternyata hanya sesaat saja dinikmatinya, karena dalam pejuangan membentuk memerintahan koalisi Netanyahu harus melakukan negosiasi dan lobby dengan partai lain untuk mendapatkan dukungan 61 kursi di parlemen.

Rupanya kemenangan yang sangat tipis ini menjadi kendala tersendiri bagi Netanyahu untuk membentuk pemerintahan koalisinya yang terbukti setelah hampir sebulan setengah gagal membentuk pemerintahan koalisinya.

Kondisi inilah yang memicu parlemen melakukan voting hari Rabu malam tadi dan hasilnya yang mendukung Netanyahu hanya 45 suara sedangkan yang 74 lainnya tidak mendukung. Hasil ini memang dapat diprediksi karena Partai Likud dan koalisinya hanya memenangkan 35 kursi saja.

Kekalahan pemungutan suara di parlemen inilah yang akhirnya memicu pemilu lanjutan yang akan diselenggarakan pada tanggal 17 September 2019 mendatang.

Kejadian seperti ini adalah yang pertama kali dalam sejarah Israel dimana pememang pemilu gagal membentuk pemerintahan koalisi dan memicu pemilu lagi

Sebenarnya jika Netanyahu berhasil membentuk pemerintahan koalisinya dia akan tercatat sebagai Perdana Menteri Istrael yang paling lama menjabat, yaitu 5 kali.

Benny Gantz (kiri) dan Netanyahu (kanan) akan kembari bertarung pada pemilu September mendatang. Photo: brookings.edu
Benny Gantz (kiri) dan Netanyahu (kanan) akan kembari bertarung pada pemilu September mendatang. Photo: brookings.edu
Netanyahu memilih opsi untuk mempertaruhkan nasibnya dengan melakukan pemilu lagi dibanding dengan jika Presiden Israel Reuven Rivlin memilih anggota parlemen lain untuk membentuk pemerintahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun