Bulan April yang lalu sehari setelah hari pemungutan suara, Benyamin Netanyahu akhirnya dinyatakan sebagai pemenang pemilu walaupun dengan angka yang sangat tipis sekali yaitu kurang dari 1,5 %.
Kemenangan Netanyahu saat itu tidak lepas dari pernyataan saingan beratnya dalam pemilu yaitu Benny Gantz yang sehari setelah pemungutan suara walaupun dengan suara yang sangat tipis secara terbuka di depan umum mengakui kemenangan Netanyahu.
Tidak ada keributan dan huru hara usai pemungutan suara maupun usai penyampaian hasil pemilu.
Partai Likud yang dipimpin oleh Netanyahu dengan kemenangan sangat tipis ini hanya memenangkan 35 kursi dari total 120 kursi yang ada di parlemen Istrael. Kemenangan Netanyahu tidak lepas dari lebih banyaknya jumlah partai koalisi yang mendukungnya jika dibandingkan dengan partai Blue and White Party yang dipimpin oleh Benny Gantz mantan Kepala Militer Istrael yang memperoleh jumlah kursi yang sama.
Kemenangan yang diperoleh oleh Netanyahu ini ternyata hanya sesaat saja dinikmatinya, karena dalam pejuangan membentuk memerintahan koalisi Netanyahu harus melakukan negosiasi dan lobby dengan partai lain untuk mendapatkan dukungan 61 kursi di parlemen.
Rupanya kemenangan yang sangat tipis ini menjadi kendala tersendiri bagi Netanyahu untuk membentuk pemerintahan koalisinya yang terbukti setelah hampir sebulan setengah gagal membentuk pemerintahan koalisinya.
Kondisi inilah yang memicu parlemen melakukan voting hari Rabu malam tadi dan hasilnya yang mendukung Netanyahu hanya 45 suara sedangkan yang 74 lainnya tidak mendukung. Hasil ini memang dapat diprediksi karena Partai Likud dan koalisinya hanya memenangkan 35 kursi saja.
Kekalahan pemungutan suara di parlemen inilah yang akhirnya memicu pemilu lanjutan yang akan diselenggarakan pada tanggal 17 September 2019 mendatang.
Kejadian seperti ini adalah yang pertama kali dalam sejarah Israel dimana pememang pemilu gagal membentuk pemerintahan koalisi dan memicu pemilu lagi
Sebenarnya jika Netanyahu berhasil membentuk pemerintahan koalisinya dia akan tercatat sebagai Perdana Menteri Istrael yang paling lama menjabat, yaitu 5 kali.
Dalam situasi politik seperti ini Netanyahu akan tetap sebagai Perdana Menteri Israel sampai dengan pemilu September mendatang.
Dengan peta politik yang relatif sama kuat, diperkirakan Netanyahu akan mendapat perlawanan lagi dari Benny Gantz dan hasil pemilu mendatang tidak akan jauh berbeda dengan hasil pemilu April lalu.
Bagi Netanyahu perjalanan ke depan memang masih panjang dan terjal karena jika dia menang dia harus membentuk pemerintahan dengan jumlah kursi paling sedikit 61 kursi dari 120 kursi yang ada di Knesset patlemen Israel. Artinya tidak ada pilihan lainnya dia harus berjuang meningkatkan jumlah suaranya pendukungnya di parlemen.
Apalagi saat ini Natanyahu dibayangi kasus penyuapan dan penyogokan yang menimpa dirinya dan dituduh menggunakan kekuasaan untuk menghindari dirinya untuk diproses secara hukum.
Gonjang ganjing politik Istrael ini ternyata tidak diikuti oleh keributan dan huru hara politik karena baik politisi maupun pendukung masing masing partai menyerahkan sepenuhnya pada mekanisme yang berlaku yang tentunya sudah disepakati bersama aturan mainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H