Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ramai-ramai Nyampah Plastik Usai Masa Kampanye

15 April 2019   13:07 Diperbarui: 15 April 2019   13:19 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa kampanye baru saja usai, namun banyak orang tidak sadar masa kampanye tersebut meninggalkan dilema berupa  sampah plastik yang berperan pencemaran lingkungan.

Melalui pengamatan sepintas saja, kita dapat membayangkan berapa besar jumlah sampah plastik yang bertambah selama masa kampanye yang berupa spanduk, baliho dll mulai dari ukuran kecil sampai dengan ukuran raksasa.

Ketika alat peraga  ini mulai dibereskan oleh petugas dengan menurunkannya dan mengumpulkannya di mobil bak terbuka, baru kita sadari sebagian besar  alat bantu kampanye ini akan berakhir nasibnya sebagai sampah plastik.

Bagai sebagian orang mungkin saja sampah plastik  ini  masih dapat dimanfaatkan, namun sebagian besar sampah plastik ini akan   berakhir di tempat penampungan sampah.

Tidak seperti kebiasaan sebelumnya yaitu membuat spanduk dengan bahan kain yang setelah habis masa penggunaannya masih dapat dimanfaatkan, alat peraga yang terbuat dari plastik ini kecil peluangnya dapat dimanfaatkannya kembali karena sebagian besar sengaja dilubangi  agar angin tidak merobohkan alat peraga.

Demikian juga karena sudah terlanjur berlubang maka ketika alat peraga ini dibersihkan oleh petugas sebagian besar robek ketika ditarik dan diturunkan.

Belum lagi alat peraga kampanye yang dipasang ditempat yang sulit dijangkau seperti di atas pohon, diatas menara listrik atau ditempat yang sulit dijangkau lainnya, tentu saja akan dibiarkan dalam waktu yang lama.

Di tengah tengah kampanye pengendalian penggunaan plastik dalam kehidupan, tanpa kita sadari masa kampanye ini berkontribusi cukup besar dalam menambah sampah plastik.  Tidak hanya menambah jumlah sampahnya namun juga penyebarannya karena kampanye dilakukan di hampir seluruh pelosok tanah air.

Jika diperhatikan lebih lanjut sangat jarang kandidat atau partai politik  secara sadar memiliki tanggung jawab menurunkan kembali alat peraga yang terbuat dari plastik setelah usai masa kampanye, karena sebagian besar alat peraga kampanye ini diturunkan oleh petugas khusus pemerintah propinsi, kota dan daerah.

Bagi sebagian orang mungkin masalah ini dianggap sebagai masalah kecil, namun bagi kelestarian lingkungan masa kampanye ini telah menghasilkan pencemar  dan sampah plastik yang merusak lingkungan.

Memang harus diakui dengan  kemajuan teknologi digital printing pembuatan spanduk dan baliho ini lebih mudah dan murah dibandingkan dengan spanduk yang terbuat dari kain.  Namun dalam jangka panjang dampak sampah plastik masa kampanye ini cukup besar dalam menurunkan kualitas lingkungan.

Sudah waktunya pihak penyenggara pemilu mendatang memikirkan dan mewajibkan peserta pemulu untuk membuat alat peraganya yang ramah lingkungan termasuk kertas suara yang dapat diaur ulang dan bahan kertasnya dari kayu yang ditebang secara legal.

Mari kita berdemokrasi dengan cara yang lebih ramah lingkungan untuk mewariskan bumi yang lebih bersih pada anak cucu kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun