Serangan bunuh diri hari Kamis lalu yang memakan korban sebanyak 42 tentara India yang sedang melakukan konvoi parade militer di wilayah Kashmir yang ada di bawah kekuasaan India seolah membuka luka lama ketidakharmonisan hubungan diplomatik India Pakistan yang penuh dinamika sejak keduanya memproklamasikan sebagai negeri terpisah selepas pemerintahan kolonial Inggris.
Ketidak harmonisan hubungan diplomatik antara kedua negara ini memang tampaknya tidak pernah reda. Di salah satu sisi India menuduh Pakistan  melindungi gerakan garis keras yang sering melakukan serangan terror, sedangkan Pakistan menolak tuduhan ini dan berbalik menuduh India telah seringkali melakukan serangan ofensif ke wilayah Kahsmir yang dikuasai Pakistan.
Wilayah Kashmir memang seringkali bergejolak seolah  membuka kembali  luka lama dengan adanya serangan teror kelompok garis keras dan gerakan pro kemerdekaan yang memakan korban jiwa baik di kalangan India maupun Pakiskan.
Kashmir memang sudah lama menjadi daerah abu abu dan ajang kekerasan dan pertarungan pengaruh India dan Pakistan. Â Sejak keduanya menyatakan sebagai negara terpisah wilayah Kashmir seolah menjadi duri dalam daging bagi kedua negara yang saling berebut pengaruh.
Peristiwa berdarah di wilayah ini memang bukan sekali ini saja terjadi. Â Sebagai contoh di tahun 2016 lalu serangan kelompok garis keras telah menewaskan 19 tentara India.Â
Kashmir yang merupakan wilayah perbatasan yang memisahkan kedua negara ini memang secara administratif dibagi tiga wilayah yaitu wilayah yang dikuasai India, Pakistan dan Tiongkok.
Pemerintah Pakistan beberapa kali secara terbuka menyatakan bahwa keberadaan tantara India di wilayah Kashmir ini seringkali masuk ke wilayah Kashmir yang ada di bawah kekuasaan Pakistan dengan dalih mengejar kelompok garis keras yang selama ini menimbulkan  terror, sementara pemerintah India menuduh Pakistan melindungi dan membesarkan kelompok garis keras ini.
Gerakan kemerdekaan Kashmir untuk memisahkan diri dari India memang menjadi masalah politik tersendiri bagi India karena seringkali respon yang diberikan India terhadap gerakan dan juga kelompak garis keras ini dinilai oleh banyak kalangan melanggar hak azasi manusia.
Gerakan kemerdekaan Kashmir untuk lepas dari kekuasaan India dan Pakistan pernah meledak di tahun 1989 lalu yang menimbulkan korban tidak sedikit. Â India pernah tercatat melakukan serangan ofensif untuk menumpas pemberontakan ini di era tahun 2000 an.
Tidak dapat dipungkiri bahwa gejolak di wilayah Kashmir ini tidak saja menyangkut masalah politik, namun menyangkut masalah agama sebagai masalah fundamental. Di era pemerintahan Modi, wilayah  Kashmir ini kembali memanas karena adanya serangan terhadap minoritas Hindu di wilayah konflik ini yang sebagaian besar beragama Islam.
Konflik agama ini seolah  mengingatkan kembali konflik agama  terbesar di dunia yang memakan korban jutaan manusia di era awal India dan Pakistas sebagai negara terpisah yang pemisahannya oleh pemerintah kolonial Inggris lebih berbasis Agama dibandingkan dengan pertimbangan wilayah dan budaya.
Pemisahan wilayah  yang menjadi negara berbasis agama juga terjadi dengan Bangladesh yang tadinya menjadi satu dengan India di bawah pemerintah kolonial Inggris,
Pertanyaan yang muncul saat ini apakah perbedaan pandangan politik yang sedemikan besarnya antara Modi sebagai penguasa India dan Imran Khan sebagai penguasa baru Pakistan akan menimbulkan konflik yang lebih besar lagi?
Jalur diplomatik yang digunakan kedua negara tampaknya sampai saat ini tidak efektif karena perbedaan pandangan politik kedua negara yang sedemikian besarnya.
Amerika yang selama ini merupakan sahabat dekat India dan tidak cocok dengan Pakistan secara terbuka mengutuk serangan mematikan ini dan berjanji akan mengambil langkah untuk membantu India dalam menumpas aksi terorisme di wilayah Kashmir ini.
Amerika mengambil langkah nyata dengan menawarkan kepada India drone pengintai tanpa awak kepada India dan juga pesawat pengangkut serta pesawat tempur F16 dan F18. Namun jika dilihat lebih dalam lagi hubungan India dan Amerika masih terganjal karena India tidak 100 % membeli peralatan militernya dan juga mendukung penuh kebijakan luar negeri Amerika.
India tercatat masih membeli minyak dari Iran yang merupakan musuh bebuyutan Smerika  dan juga senjata terkini dari Rusia yaitu Russian S-400 ground-to-air missile system.
Dunia kini menunggu dan mengantisipasi pergolakan di wilayah sengketa Kashmir yang semakin memanas. Â Gejolak politik dan ketidakstabilan di wilayah ini bukan tidak mungkin menjadi titik baru gejolak yang akan mempengaruhi stabilitas kawasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H