Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

150 Tahun Tabel Periodik

2 Februari 2019   08:47 Diperbarui: 2 Februari 2019   10:30 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tulisan tangan Mendelev saat menyusun Tabel Periodik. Sumber: INTERFOTO/Alamy Stock Photo

Tahun 2019 ini PBB mendeklarasikan sebagai the International Year of the Periodic Table untuk merayakan salah satu penemuan penting  yang berpengaruh besar pada kemaslahatan umat manusia.

Tahun ini tepatnya pada bulan Maret 150 tahun yang lalu, seorang ilmuwan Rusia bernama Dmitri Mendeleev yang bekerja di the University of St Andrews berhasil menyusun elemen dalam bentuk susunan yang sangat unik dan penuh makna yang kita kenal sekarang sebagai Tabel Periodik.

Semua orang yang pernah mempelajari ilmu kimia  tentunya kenal dengan Tabel Periodik.  Bagi sebagian orang yang tidak menyukai bidang kimia tabel ini mungkin dianggap menyeramkan, namun sebaliknya tabel ini sangat dicintai pengemar ilmu kimia.

Tahun 2019 dinyatakan PBB sebagai tahun Tabel Periodik. Sumber: UNESCO
Tahun 2019 dinyatakan PBB sebagai tahun Tabel Periodik. Sumber: UNESCO
Semua orang tentunya memiliki kenangan sendiri terkait cara menghafal tabel  ini.  Banyak cara untuk menghafal susunan eleman yang ada di dalam tabel  yang unik ini, bahkan diantara siswa ada yang membuat lagu hanya untuk sekedar menghafal urutan elemen ini.

Terlepas dari kesukaan pemakainya, tabel  ini merupakan salah satu tabel  yang paling popular dan paling penting  dalam bidang sains karena banyak penemuan penemuan terlahir dari tabel yang tampak sederhana namun penuh makna ini.

Setelah melewati berbagai kendala Mendeleev yang hidup di era tahun 1934-1907 ini berhasil menysun Tabel Periodik  pada tahun 1869.  Saat Tebel Periodik disusun baru ada 63 elemen yang disusunnnya secara unik dalam bentuk tabel  yang beraturan berdasarkan masa atomnya.

Mendeleev bukanlah satu satunya ilmuwan yang berusaha membuat Tabel Periodik  ini.  Sebelumnya Banyak ilmuwan telah mencobanya, namun cara Mendelev menyusun elemn ini dianggap yang paling tepat.

Tulisan tangan Mendelev saat menyusun Tabel Periodik. Sumber: INTERFOTO/Alamy Stock Photo
Tulisan tangan Mendelev saat menyusun Tabel Periodik. Sumber: INTERFOTO/Alamy Stock Photo
Dalam proses penyusunannya terungkap bahwa sebenarnya saat itu  Mendeleev tidak mengerti tentang sub sturuktur  atom.  Mendeleev mulai menyusun elemen hanya berdasarkan berat atom saja.

Dalam perkembangannya setelah ditemukan proton, kalangan imuwan menyadari bahwa nomor elemen sama dengan jumlah proton intinya. Oleh sebab itu Tabel Periodik modern disusun berdasarkan nomor atomnya, bukan atas dasar masa atomnya.

Sampai dengan tahun 2015 lalu telah ada 7 versi Tabel Periodik dengan ditambahkannya 4 elemen baru di tahun 2015. Pada tahun 2016  ada 4 elemen baru yang ditambahkan di Tabel Periodik yaitu  nihonium, moscovium, tennessine dan oganesson.

Tabel Periodik terbaru yang diluncurkan bulan Desember tahun 2018 lalu. Sumber: iupac.org
Tabel Periodik terbaru yang diluncurkan bulan Desember tahun 2018 lalu. Sumber: iupac.org

Berkelium elemen ke 117 dalam Tabel Periodik terkini. Sumber: Nature
Berkelium elemen ke 117 dalam Tabel Periodik terkini. Sumber: Nature

Sebagai penghargaan dunia atas jasa Mendeleev, elemen ke 101 dinamakan mendelevium. Banyak kalangan berpendapat bahwa pengabadian nama di Tabel Periodik lebih bergengsi dibandingkan dengan pemenang hadiah nobel.

Data empiris menunjukkan hanya ada 50 ilmuwan yang namanya diabadikan sebagai nama elemen di Tabel Periodik, sedangkan jumlah pemenang hadiah nobel kimia yang tentunya memanfaatkan tabel  ini mencapai 180 orang.

Kini Tabel Periodik untuk sementara dianggap lengkap sampai tentunya ditemukan elemen elemen baru kelak di kemudian hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun