Tahun 2019 ini PBB mendeklarasikan sebagai the International Year of the Periodic Table untuk merayakan salah satu penemuan penting  yang berpengaruh besar pada kemaslahatan umat manusia.
Tahun ini tepatnya pada bulan Maret 150 tahun yang lalu, seorang ilmuwan Rusia bernama Dmitri Mendeleev yang bekerja di the University of St Andrews berhasil menyusun elemen dalam bentuk susunan yang sangat unik dan penuh makna yang kita kenal sekarang sebagai Tabel Periodik.
Semua orang yang pernah mempelajari ilmu kimia  tentunya kenal dengan Tabel Periodik.  Bagi sebagian orang yang tidak menyukai bidang kimia tabel ini mungkin dianggap menyeramkan, namun sebaliknya tabel ini sangat dicintai pengemar ilmu kimia.
Terlepas dari kesukaan pemakainya, tabel  ini merupakan salah satu tabel  yang paling popular dan paling penting  dalam bidang sains karena banyak penemuan penemuan terlahir dari tabel yang tampak sederhana namun penuh makna ini.
Setelah melewati berbagai kendala Mendeleev yang hidup di era tahun 1934-1907 ini berhasil menysun Tabel Periodik  pada tahun 1869.  Saat Tebel Periodik disusun baru ada 63 elemen yang disusunnnya secara unik dalam bentuk tabel  yang beraturan berdasarkan masa atomnya.
Mendeleev bukanlah satu satunya ilmuwan yang berusaha membuat Tabel Periodik  ini.  Sebelumnya Banyak ilmuwan telah mencobanya, namun cara Mendelev menyusun elemn ini dianggap yang paling tepat.
Dalam perkembangannya setelah ditemukan proton, kalangan imuwan menyadari bahwa nomor elemen sama dengan jumlah proton intinya. Oleh sebab itu Tabel Periodik modern disusun berdasarkan nomor atomnya, bukan atas dasar masa atomnya.
Sampai dengan tahun 2015 lalu telah ada 7 versi Tabel Periodik dengan ditambahkannya 4 elemen baru di tahun 2015. Pada tahun 2016  ada 4 elemen baru yang ditambahkan di Tabel Periodik yaitu  nihonium, moscovium, tennessine dan oganesson.