Ketidak lancaran Naomi dalam berbahasa Jepang memang menjadi ganjalan tersendiri bagi masyarakat Jepang, sehingga beberapa  diantara masyarakat Jepang  yang ditemui di jalan misalnya enggan menganggap Naomi orang Jepang.
Namun pada kenyataannya pemberitaan yang sangat masif terkait prestasi dan kemenangan Naomi ini menunjukkan bahwa dirinya dicintai masyarakat  Jepang karena belum pernah pemberitaan sebesar ini terjadi  pada atlit Jepang yang 100% berdarah Jepang.
Tidak pelak lagi Naomi sebagai anak muda telah merubah definisi  Jepang sebagai suatu ras dan identitas budaya. Prestasi Naomi memicu perdebatan terkait faktor apa saja yang dapat membuat seorang dikatakan sebagai orang Jepang.
Kecintaannya terhadap jepang secara polos dinyatakan  saat diwawancarai dengan sangat lugu mengatakan bahwa  dia mencintai masakan Jepang dan sekaligus menyatakan keinginannya untuk berkunjung ke Jepang dan merayakan ulang tahunnya dengan kakek dan neneknya yang kini tinggal di Nemuro, Hokkaido.
"I had dreams that I would win this tournament, you know. Every time I have a dream, somehow I accomplish it. This tournament was very eye-opening for me. I had a lot of matches that were very tough and I was behind in some of them. I think it showed me that I could win matches from behind, just on willpower alone."
Naomi Osaka kini telah masuk jajaran elit petenis wanita dunia sekaligus memberikan contoh nyata sebagai sosok generasi muda sederhana  dengan prestasi luar biasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H