Setelah menjalani operasi wanita ini mengalami perawatan intensif selama 2 hari dan selanjutnya dibawah pengawasan khusus tim dokter  selama 6 hari.Â
Selama proses pencangkokan ini wanita tersebut harus mengkonsumsi 5 macam obat yang berfungsi untuk menekan kekebalan tubuhnya sehingga tidak ada penolakan rahim. Â Di samping itu wanita ini diberi perlakuan pengobatan antimikroba, anti pembekuan darah dan aspirin selama perawatan.
Hal yang cukup menakjubkan adalah tidak adanya tanda tanda  penolakan uterus yang dicangkokan  setelah 5 bulan pasca pencangkokan dan mengalami menstruasi secara teratur.
Tujuh bulan pasca pencangkokan, sel telur yang telah dibuahi di tanamkan ke uterus wanita tersebut  dan menunjukkan kehamilan 10 hari kemudian.
Secara umum proses kehamilan yang dialami oleh wanita ini berjalan dengan sangat baik dan akhirnya setelah 35 minggu 3 hari wanita ini melahirkan bayi perempuan dengan merat 2,55 kg melalui bedah Caesar.
Jadi tidak berlebihan jika keberhasilan pencangkokan rahim dengan donor orang yang sudah meninggal dunia yang dipublikasikan  di The Lancet tanggal  4 desember 2018 lalu ini dianggap sebagai lompatan teknologi dalam bidang reproduksi manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H