Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Cangkok Rahim, Asa Baru Wanita

6 Desember 2018   19:46 Diperbarui: 6 Desember 2018   21:18 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bayi pertama di dunia yang lahir dari hasil pencangkokan rahim dengan donor wanita yang telah meninggal dunia. Photo: Hospital das Clnicas da Faculdade de Medicina da USP

Setelah menjalani operasi wanita ini mengalami perawatan intensif selama 2 hari dan selanjutnya dibawah pengawasan khusus tim dokter  selama 6 hari. 

Selama proses pencangkokan ini wanita tersebut harus mengkonsumsi 5 macam obat yang berfungsi untuk menekan kekebalan tubuhnya sehingga tidak ada penolakan rahim.  Di samping itu wanita ini diberi perlakuan pengobatan antimikroba, anti pembekuan darah dan aspirin selama perawatan.

Hal yang cukup menakjubkan adalah tidak adanya tanda tanda  penolakan uterus yang dicangkokan  setelah 5 bulan pasca pencangkokan dan mengalami menstruasi secara teratur.

Tujuh bulan pasca pencangkokan, sel telur yang telah dibuahi di tanamkan ke uterus wanita tersebut  dan menunjukkan kehamilan 10 hari kemudian.

Secara umum proses kehamilan yang dialami oleh wanita ini berjalan dengan sangat baik dan akhirnya setelah 35 minggu 3 hari wanita ini melahirkan bayi perempuan dengan merat 2,55 kg melalui bedah Caesar.

Bayi perempuan ini dilahirkan dari rahim hasil cangkok rahim. Photo:www.itv.com
Bayi perempuan ini dilahirkan dari rahim hasil cangkok rahim. Photo:www.itv.com
Keberhasilan pencakokan rahim yang sangat spektakuler   ini tentu saja menimbulkan asa baru bagi wanita yang memiliki kesulitan memperoleh anak dan juga kesulitan mencari donor rahim dari wanita yang masih hidup.

Jadi tidak berlebihan jika keberhasilan pencangkokan rahim dengan donor orang yang sudah meninggal dunia yang dipublikasikan  di The Lancet tanggal  4 desember 2018 lalu ini dianggap sebagai lompatan teknologi dalam bidang reproduksi manusia.

Rujukan:satu, dua, tiga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun