Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Hiu, Pemburu yang Kini Diburu

1 Oktober 2018   09:40 Diperbarui: 1 Oktober 2018   09:57 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin tidak banyak mengetahui bahwa setiap tahunnya sekitar 100 juta ikan hiu Jadi korban manusia bukan sebaliknya. Ikan hiu yang selama ini digambarkan sebagai "human enemy" ternyata justru menjadi korban pemuas nafsu makan manusia.

Laporan yang dibuat oleh Marine Police menunjukkan  peningkatan yang luar biasa terkait angka penangkapan ikan hiu dunia, yaitu mencapai 1,4 juta ton dalam kurun waktu 6 dekade terakhir ini.  Angka sebasar in menunjukkan peningkatan hampir dua kali lipat, jika dibandingkan dengan angka penangkapan decade  sebelumnya.

Tingginya angka penangkapan ikan hiu ini membuat para pelestari satwa liar khawatir karena jika kecenderungan angka ini semakin meningkat, maka akan mengancam keberadaan ikan hiu di masa mendatang. Sebagai contoh, ikan hiu gergaji yang tadinya jumlahnya berlimpah di lautan , kini sudah mulai ternacam punah.

Penuruan populasi ikan hiu yang sangat drastis ini juga menimpa ikan hiu putih.  Sebagai contoh di Afrika selatan pada tahun 1991 ada sekitar 10.000-15.000 ikan hiu putih di perairan Afrika Selatan, namun kini jumlahnya diperkirakan hanya sekiat 300-600 ekor saja.

Mengapa mereka diburu?

Nilai ekonomi  daging ikan hiu yang terasa lebih kasar dan kurang bercita rasa memang sangat rendah karena cita rasanya kurang pas dengan selera pencinta kuliner kelas atas. Namun sirip hiu justru menjadi kuliner kelas atas bagi orang Tiongkok dan Vietnam.

Mereka diburu hanya untuk mendapatkan siripnya. Photo: Scuba Diver Life
Mereka diburu hanya untuk mendapatkan siripnya. Photo: Scuba Diver Life
Sup sirip hiu kuliner kalangan atas. Photo: change.org
Sup sirip hiu kuliner kalangan atas. Photo: change.org
Sup sirip hiu pada mulanya diperuntukkan  sebagai bagian dari hidangan kalangan kelas atas di Tiongkok pada acara perkawinan.  Namun dengan perkembangan ekonomi yang sangat pesat  yang menyebabkan peningkatan daya beli membuat semakin banyak orang dapat menikmati kuliner ini.

Popularitas sup sirip hiu ini di Tiongkok meningkat dua kali lipat hanya dalam kurun waktu lima tahun saja pasa periode tahun 1985-2001.  Sirip ikan hiu dianggap oleh sebagai orang memiliki khasiat tertentu sebagai peningkat kebugaran.  Disamping itu tingkat kesulitan untuk mendapatkan sirip hiu ini membuat harganya melambung tinggi.  Sebagai gambaran semangkuk sup sirip hiu berkualitas harganya mencapai US$100.

Menuju kepunahan

Secara biologi ikan hiu digolongkan sebagai ikan yang lambat pertumbuhannya, hal ini berarti  untuk mencapai usia dewasa dengan ukuran tubuh tertentu, ikan hiu memerlukan waktu yang lama. Dengan tidak terkendalinya perburuan ikan hiu, dikhawatirkan dalam waktu singkat ikan hiu ini akan menjadi hewan langka.

Dari hasil dokumentasi, banyak ikan hiu yang ditangkap di tengah laut langsung dipotong sirip nya dan dikembalikan lagi ke laut.  Jadi dapat dibayangkan dengan kondisi tanpa sirip ikan hiu ini tidak akan dapat bertahan lama hidup.

Hongkong dikenal sebagai titik pusat peerdagangan sirip ikan hiu yang sudah dikeringkan yang skala nya mencapai 50% dari total perdagangan sirip hiu dunia.

Angka ini memang sangat mengkhawatirkan karena 33% dari sirip hiu kering yang diperdagangkan di Hongkong berasal dari jenis ikan hiu yang terancam punah berdasarkan daftar yang dikeluarkan oleh the International Union for Conservation of Nature.

Upaya Pelestarian

Tingginya angka permintaan akan sirip hiu yang memicu perburuan ikan hiu yang tidak terkendali membuat dunia didesak  untuk melakukan tindakan nyata agar ikan hiu ini tidak punah.

Upaya pelestarian ikan hiu memang tidak saja menyangkut perubahan sikap  para penggemar kuliner, namun juga otoritas negara negara yang penduduknya menggemari kuliner ini. Di dunia saat ini tercatat sudah lebih dari 20 negara membatasi atau bahkan melarang perburuan ikan hiu.

Upaya yang dilakukan dunia untuk menjaga keberadaan ikan hiu ini tampaknya mulai membuahkan hasil walaupun belum sampai pada tingkat yang memuaskan. Pemerintah Tiongkok misalnya saat ini melarang penyajian sup sirip hiu di acara resmi pemerintahan dan perusahan penerbangan dilarang untuk menyajikan kuliner ini.

Sebagai contoh sejak tahun 2001 konsumsi sirip hiu di Tiongkok menurun sebanyak 50-70%.  Disamping itu dalam kurun waktu 2011-2014 angka impor sirip hiu Tiongkok menurun sebesar 81%.

Salah satu restoran elit penyaji kuliner sirip hiu terbesar dunia di Hongkong sudah mengumumkan akan berhenti menyajikan kuliner ini mulai tahun 2020 mendatang.

Perdagangan sirip hiu di Hongkong. Sumber: South China Morning Post
Perdagangan sirip hiu di Hongkong. Sumber: South China Morning Post
Negara yang menjadi rantai perdagangan sirip hiu ini juga melalui melakukan tindakan nyata.  Sebagai contoh bulan ini India menahan kapal berisi 8 ton sirip hiu dalam perjalanannya dari Tiongkok menuju Hongkong.

Muatan kapal yang ditangkap ini nilainya mencapai US6,2 juta dan diperkirakan untuk mencapai jumlah muaran sirip ikan hiu sebanyak ini telah membunuh sekitar 15.000 - 16.000 ikan hiu.

Salah satu restoran di Jepang yang menyajikan kuliner sirip hiu. Sumber :National Geographic Blog - National Geographic Society
Salah satu restoran di Jepang yang menyajikan kuliner sirip hiu. Sumber :National Geographic Blog - National Geographic Society
Upaya lain yang dilakukan dunia adalah menggalakkan wisata alam dengan atraksi utama melihat ikan hiu di alam liarnya. Setiap tahunnya diperkirakan lebih dari 600 ribu turis yang melakukan hal ini dengan total pendapatan mencapai US314 juta. Hal ini cukup menggembirakan karena diperkirakan angka wisatawan ini akan meningkat dua kali lipat dalam 20 tahun ke depan.

Bentuk wisata lainnya adalah wisata menyelam untuk melihat ikan hiu dan saat ini sudah lebih dari 20 negara melakukannya.  

Sebagai contoh di kepulauan Bahama wisata jenis ini dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini semakin diminati dan telah menghasilkan pendapatan lebih dari US$800 juta. Wisata sejenis di Australia menghasilkan pendapatan lebih dari US25,5 juta setiap tahunnya.

Wisata menyelam bersama ikan hiu di Afrika Selatan. Photo: South African Tourism
Wisata menyelam bersama ikan hiu di Afrika Selatan. Photo: South African Tourism
Ikan hiu di alam bebasnya memang tercatat sebagai ikan "top predator", namun akibat keserakahan manusia membuat hewan perkasa ini tidak berdaya dan menuju kepunahan jika tidak dilakukan usaha bersama untuk menyelamatkannya.

Data empiris menunjukkan bahwa jika dikelola dengan baik usaha wisata melihat ikan hiu di alam bebasnya menghasilkan jumlah uang yang tidak sedikit.

Bukankah akan lebih baik menikmati keindahan dan keperkasaan ikan hiu ini selagi mereka hidup dibandingkan dengan menikmatinya dalam semangkuk kecil sup sirip hiu?

Rujukan:satu,dua, tiga, empat, lima

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun