Di Tengah gaya hidup modern saat ini, memang banyak cara yang dilakukan orang untuk menjaga kesehatannya.  Dari sekian banyak cara tersebut,  pengaturan  pola makan yang sering dikenal sebagai diet semakin popular.Â
Namun sayangnya dari sekian  banyak orang yang membatasi asupan nutrisi tertentu dalam melakukan diet ini  tidak banyak yang memahami dampak jangka panjangnya  dari apa yang dilakukannya.
Salah satu diet yang cukup popular saat ini adalah membatasi asupan karbohidrat dengan asumsi bahwa jika asupan karbohidrat dibatasi maka peluang asupan energi ini untuk ditimbun menjadi lemak akan berkurang, sehingga berat badan dapat dijaga dan merupakan cara yang efektif untuk mengurangi berat badan.
Pola makan manusia jaman batu yang hampir semua asupan nutrisi nya berasal dari hewan buruan memang telah mengalami perubahan drastis dalam 10.000 tahun terakhir seiring dengan berkembangnya teknologi pertanian modern yang menghasilkan biji bijian, leguminosa dan produk susu.
Perubahan pola asupan gizi yang berasal dari produk pertanian yang umumnya mengandung karbohidrat tinggi ternyata tidak memberi kesempatan bagi tubuh kita untuk beradaptasi pada perubahan ini.
Memperpendek umur
Banyak studi yang memang menunjukkan bahwa diet karbohidrat  efektif untuk mengurangi berat badan, namun sayangnya dampak jangka panjang dari pengurangan asupan karbohidat ini belum banyak diungkap.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh peneliti dari Brigham and Women's Hospital di  Boston US berhasil mengungkap dampak jangka panjang diet karbohidrat ini.
Hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal ternama  Lancet Medical Journal pada hari Kamis lalu dengan menggunakan meta data ini melibatkan 15.000 orang sebagai subjek penelitian dengan rentang usia 45-64 tahun yang datanya diikuti terus selama kurun waktu 25 tahun.
Hasil peneltian ini menunjukkan bahwa resiko kematian pada kelompok orang yang melakukan diet rendah karbohidrat dan tinggi karbohidrat ternyata lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok orang yang mengkonsumsi karbohidrat dengan tingkat moderat.
Sebaliknya diet yang mengandalkan asupan energinya 70% asal karbohidrat seperti pasta, nasi, kue, minuman bergula dll digolongkan sebagai  diet tinggi karbohidrat
Studi lain yang melibatkan 400.000 orang dari 20 negara juga menunjukkan hasil yang hampir sama.
Orang yang melakukan diet karbohodrat  rendah dan mengantikan asupan energinya dengan mengkonsumsi lebih banyak daging (sapi, ayam, domba, kambing dan babi) resiko kematian yang lebih tinggi.
Sebaliknya orang yang melakukan diet karbohirat dan menggantikan asupan energinya dari protein tanaman seperti leguminosa  dan kacang kacangan resiko kematiannya sedikit meningkat jika dibandingkan dengan orang yang mengkonsumsi karbohidart dengan level moderat.
Secara umum penelitian ini menyimpulkan bahwa diet rendah karbohidrat memperpendek harapan hidup selama 4 tahun.
Dalam melakukan diet ternyata memfokuskan perhatian pada nilai gizi saja tidaklah cukup namun juga harus memperhatikan asal asupan gizinya apakah dari tanaman atau hewan.
Jika kita melakukan diet rendah karbohidrat kita perlu memperhatikan bahan makanan yang kita gunakan untuk mengganti kekurangan energinya. Â Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari dampak buruknya dalam jangka panjang.
Kekurangan  asupan energi pada diet rendah karbohidrat sebaiknya diganti dengan bahan makanan yang mengandung lemak  asal tanaman seperti advocat dan kacang kacangan dan protein  asal pruduk kedelai dan lentil.
Pada prinsipnya pola gizi seimbang dan diiringi dengan gerak dan olahraga yang cukup baik bagi kesehatan kita.
Rujukan:Satu, Dua,Tiga, Empat,lima
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H