Persiapan proses mumifikasi dimulai dengan cara mengeluarkan otak dengan cara memasukkan bahan sejenis minuman berakohol kadar tinggi sejenis whisky yang bertujuan agar si otak mencair dan berhasil dikeluarkan dengan mudah.
Selanjutnya setelah organ dalam tubuh dikeluarkan, bagian tubuh dimasukkan ke dalam garam yang meyebabkan tubuh akan mengering.
Setelah tubuh mengering, baru proses pembalsaman dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan tertentu untuk membunuh bakteri dan melindungi tubuh dari pembusukan.
Langkah terakhir yang dilakukan adalah membungkus tubuh yang telah dibalsam ini dengan menggunakan kain linen.
Hal yang paling menarik perhatian ilmuwan adalah bahan yang digunakan dalam proses pembalsaman.
Dari proses penelurusan jejak kimia proses pembalsaman ini ternyata menggunakan bahan dasar:
- Minyak asal tanaman yang kemungkinan besar adalah minyak wijen
- Tanaman atau bagian akar tanaman yang menghasilkan balsam yang dikenal saat ini sebagai tanaman bulrushes
- Gum yang berasal dari tanaman yang berfungsi sebagai gula yang berasal dari tanaman akasia
- Resin yang berasal dari tanaman cemara.
Apabila semua bahan ini dicampurkan maka akan berfungsi sebagai anti mikroba yang mencegah tubuh membusuk.
Pengetahuan tentang kimia dan mikrobiologi yang mengagumkan
Pertanyaan yang paling menggelitik adalah bagaimana orang mesir kuno yang hidup ribuan tahun lalu memiliki pengetahun terkait kimia dan mikrobiologi sehingga dapat menghasilkan resep pembuatan mumi yang menakjubkan ini?
Berhasilnya diungkap rahasia bahan yang digunakan dalam proses mumifikasi menunjukkan bahwa pengetahun orang Mesir kuno akan kimia dan mikrobiologi memang sangat mengagumkan.
Cara penyiapan jasad dan bahan bahan pengawet yang digunakan mendemonstrasikan pemilihan bahan-bahan yang tetap sehingga berfungsi sebagai antimikroba yang sangat efektif sehingga proses pembusukan tidak terjadi.