Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Megalodon antara Mitos dan Kenyataan

12 Agustus 2018   07:42 Diperbarui: 12 Agustus 2018   09:08 2636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perbadingan ukuran megalodon, hiu putih dan manusia.Sumber: Sharkopedia - Discovery

Masih ingat film "Jaws" yang diluncurkan pada tahun 1975? Film yang disutradarai oleh Steven Spielberg ini berhasil menjadi film blockbuster sekaligus menimbulkan teror ketakutan dan kepanikan bagi yang pernah menontonnya.

Film yang menggambarkan ikan hiu raksasa yang menteror wisatawan di sekitar pantai ini sekaligus membangkitkan kembali mitos ikan hiu raksasa yang di jaman pra sejarah pernah hidup dan berjaya di perairan bumi ini.

Setelah keberhasilan film Jaws, kini dunia hiburan kembali mengangkat tema sejenis yaitu Megalodon dengan ukuran raksasanya.

Ikan hiu purba raksasa yang di dalam dunia ilmiah dinamakan Megalodon ini walaupun sangat langka dipercaya masih hidup dan bertahan hidup di era modern ini.

Megalodon ini mengalami kelangkaan sekitar 2,6 juta tahun yang lalu bersamaan waktunya dengan evolusi ikan-ikan hiu putih mulai berevolusi dan mulai menguasai perairan bumi.

Berdasarkan temuan fosil yang sebagian besar berupa gigi, Megalodon dipekirakan memilik panjang sekitar 16-18 meter yang tentunya ukurannya sangat besar jika dibandingkan dengan ikan hiu putih yang ada saat ini yaitu berukuran hanya sekitar 5 meter panjangnya.

Kalaupun Megalodon ini masih dapat bertahan hidup diperkirakan megolodon ini menghuni laut dalam di laut dekat pantai daratan china dengan kedalaman 200 meter.

Ada hal yang menggelitik para ilmuwan terkait Megalodon ini. Dengan ukurannya yang sangat besar ini maka Megalodon tentunya memerlukan makanan yang sangat banyak dan juga kemungkinan sangat sulit bergerak cepat seperti kerabatnya hiu putih yang hidup saat ini.

Kalangan ilmuwan menggolongkan hiu putih sebagai predator oportunistik karena hiu ini memamangsa mangsanya di saat memiliki kesempatan bukan berburu mangsa secara aktif.

Dengan membandingkan cara makan ini diperkirakan Megalodon memiliki tingkah laku makan yang berbeda dengan hiu putih, Megalodon diperkiran aktif mencari mangsa apa saja yang dapat dimangsa untuk memenuhi kebutuhan asupan gizi yang sangat besar akibat ukurannya yang raksasa ini.

Dengan tingkah laku makan seperti ini Megalodon tidak saja memangsa penghuni laut yang hidup juga diperkirakan memangsa bangkai juga.

Perbandingan fosil gigi megalodon (atas) dengan gigi hiu putih yang hidup saat ini. Sumber: Science Photo Library
Perbandingan fosil gigi megalodon (atas) dengan gigi hiu putih yang hidup saat ini. Sumber: Science Photo Library
Fosil gigi megalodon. Photo: RocknCrystals
Fosil gigi megalodon. Photo: RocknCrystals
Hipothesis ini memperkuat dugaan Megalodon tidak muncul kepermukaan dekat pantai untuk mencari mangsanya.

Kalau pun memangsa manusia, ukuran tubuh manusia sangat kecil dan tidak memiliki keuntungan untuk dikejar dan dimangsa jika dibandingkan dengan energi yang harus dikeluarkan untuk memburu manusia ini.

Kelangkaan Megalodon saat ini memang terkait erat dengan kelangkaan makanannya. Perubahan iklim global yang terjadi sekitar 2,6 juta tahun lalu berdampak besar pada perubahan ekosistim bumi yang tentunya berpengaruh pada ketersediaan makanan Megalodon ini.

Perubahan iklim yang sangat drastis ini mengakibatkan sekitar 36% populasi hiu, kura kura, burung laut dan mamalia laut lainnya mengalami kelangkaan.

Kondisi ekologi yang semakin memburuk inilah yang diperkirakan memicu cabang evolusi hiu raksasa ke arah hiu dengan ukuran yang lebih kecil karena lebih sukses dalam bertahan hidup dan bereproduksi ditengah tengah kelangkaan sumber makanan.

Tidak pelak lagi keberadaan film Megalodon ini membangkitkan asa bagi pelestari alam untuk memberikan kesadaran bahwa hewan laut langka pra sejarah ini walaupiun sangat sulit untuk ditemukan diperkirakan masih dapat bertahan hidup setelah melalui rangkaian peristiwa alam yang pernah menimpa bumi ini.

Disisi lain, diharapkan pengangkatan tema magaladon ini sekaligus memberikan kesadaran kepada manusia bahwa hewan yang dicap memiliki reputasi buruk sebagai pembunuh manusia ini ternyata merupakan makhluk yang rapuh dalam status mengalami kepunahan yang jika makanan tersedia tidak akan memangsa manusia.

Rujukan: satu, dua,tiga, empat,lima, enam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun