Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Belajar dari Kecerdikan Tiongkok di Perang Dagang US-Tiongkok

4 Agustus 2018   06:47 Diperbarui: 4 Agustus 2018   08:04 1646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: ameinfo.com

Sejak kampanye Trump memang sudah memberikan sinyal kuat bahwa dirinya akan melakukan "sesuatu" terhadap situasi defisit perdagangan US -- Tiongkok.  Bahkan Trump mengatakan bahwa ekonomi US "diperkosa" oleh Tiongkok.

Setelah terpilih menjadi presiden Trump membuktikan ucapannya dengan memberlakukan tarif tambahan produk ekspor Tiongkok yang selama ini dianggap tidak adil yang menyebabkan ketidak seimbangan neraca perdagangan kedua negara.

Namun ada sesuatu yang kurang diperhitungkan oleh US bahwa Tiongkok kini merupakan satu kekuatan utama ekonomi dunia dan memiliki kemampuan untuk membalas serangan kebijakan dagang US ini.

Segera setelah US memberlakuan tarif khusus untuk produk  Tiongkok  yang diekspor ke US, dalam hitungan hari Tiongkok membalasnya dengan mengenakan tarif dengan besaran serupa sebesar volume ekspor yang dikenakan tarif oleh US.

Dilihat dari sigapnya Tiongkok untuk membalas tindakan US, tampaknya Tiongkok memang telah menyiapkan tindakan balasannya secara matang dan dipersiapkan jauh hari sebelum terjadinya perang dagang.

Hal yang paling menarik untuk dibahas, adalah justru Tiongkok membalas mengenakan produk barang pertanian US yang Tiongkok sangat bergantung padanya.

Orang awam mungkin berpikir tindakan Tiongkok untuk mengenakan tarif produk pertanian dari US merupakan tindakan yang di luar akal sehat karena tentunya akan mengguncang ketahanan pangan nasional Tiongkok.

Kita ambil contoh saja kedelai yang merupakan bahan pokok makanan dan juga industri pakan ternak.  Sebelum perang dagang Tiongkok tercatat  sebagai negara pengkonsumsi kedelai terbesar di dunia mengantungkan andalan pasokan kedelai dari US yaitu mencapai 62%.

Dengan mengenakan tarif impor kedelai dari US sebesar 25% kita dapat membayangkan bahwa harga kedelai dalam negeri Tiongkok akan merangkak naik dan terdapat kemungkinan mengacaukan ketahanan kedelai dalam negeri Tiongkok.

Justru disinilah letak kecerdikan Tiongkok dalam melakukan perang dagang dengan US.  US memang tercatat sebagai salah satu negara yang mengandalkan pendapatannya dari ekspor produk pertanian utamanya kedelai dan jangung.

Dengan mengenakan tarif  sebesar 25% terhadap produk pertanian maka Tiongkok tidak saja menyeimbangkan situasi perang dagangnya, namun justru sekaligus menyerang balik  secara halus dengan "mematikan" usaha pertanian US dengan harapan akan terjadi gejolak pertanian di dalam negeri US akibat penurunan drastis ekspor produk pertanian US ke berbagai negara termasuk Tiongkok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun