Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Tikus Berotak Manusia, Mungkinkah?

2 Agustus 2018   13:28 Diperbarui: 3 Agustus 2018   16:03 1207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan di atas bagi sebagian orang boleh jadi dianggap sebagai khayalan atau fiksi ilmiah semata, tapi bagi para perekayasa sel punca dan sel otak bukanlah sesuatu yang mustahil.

Ide menggabungkan beberapa mahluk hidup dalam satu individu sudah lama sekali berkembang.  Dalam mitos Yunani kuno hal ini dinamakan Chimera yang digambarkan sebagai perpaduan antara api dan amarah

Mahluk gabungan atara singa dan ular saat itu dipercaya ada dan untuk memusnahkan monster tersebut perlu turun tangan manusia setengah dewa dengan cara menancapkan tombak saktinya ke tenggorokan makhluk tersebut.

Mitos Chimera sudah ada sejak jaman Yunani kuno. Photo: Owlcation
Mitos Chimera sudah ada sejak jaman Yunani kuno. Photo: Owlcation
Kini kisah keberhasilan pembentukan chimera berhasil dilakukan di laboratorium dengan menggunakan tikus yang otaknya dimasukkan sel otak manusia. Hal yang paling menakjubkan setelah beberapa saat sel otak manusia berhasil berkembang dan mengivasi sel otak tikus sehingga sebagian besar otak tikus tersebut adalah sel selnya adalah otak manusia.

Bagaimana hal ini terjadi?

Para peneliti yang berhasil menciptakan chimera tikus berotak manusia ini adalah para ahli otak dan sistem syaraf pusat dari the Centre for Translational Neuromedicine  di the University of Copenhagen dan the University of Rochester.

Para peneliti ini memfokuskan kerjanya pada  bagian sel otak yang dinamakan Glia yang dapat ditemukan di otak dan sistem syarat pusat.

Glia ini berperan penting untuk menjaga kesehatan fungsi sistem syaraf.  Glia ini terkait dengan kejadian penyakit degeratif seperti multiple sclerosis, Parkinson, schizophrenia serta autis.  Disamping itu sel glia seperti Astrocytes berperan penting melindungi sistem syaraf pusat karena menyediakan makanan bagi otak.

Untuk menghasilkan tikus Chimera ini para peneliti mengambil sel kulit yang sehat dari anak naka yang orangtuanya menderita schizophrenia.  Dengan mengunakan teknologi sel punca, sel ini berhasil diubah menjadi sel glial progenitor yaitu sel yang akan berubah menjadi glia dan selanjutnya dicangkokkan ke otak tikus.

Hal yang paling menakjubkan adalah setelah beberpa lama dicangkokkan, sel glial progenitor berkembang dan menginvasi serta mengambil alih sel sel otak tikus.  Ketika sel glia tikus mati ternyata sel glia tikus ini diganti dengan sel glia yang berasal dari manusia.

Hasilnya setelah beberapa lama semua sel glia otak tikus ini digantikan dengan sel glia manusia.  Dengan kata lain bahwa otak tikus ini kini telah diganti dan berubah menjadi sel sel yang berasal dari otak manusia  schizophrenia tikusnya akan menampilkan tingkah laku yang abnormal juga.

Hal lain yang juga menarik adalah tikus yang otaknya dicangkokkan dengan glia yang berasal dari orang normal ternyata performanya lebih prima dan lebih cerdas setelah dilakukan serangkaian uji kecerdasan.

Jadi walaupun neuron otak tikus ini masih memiliki ciri khas tikus, sel glia manusia yang diacangkokkan ini berhasil mengambil alih fungsi otak tikus menjadi lebih baik dan lebih cerdas.  Artinya pencangkokan ini berhasil memaksimalkan fungsi otak tikus.

Di laboratorium lain yaitu di Amerika Utara para  peneliti berhasil mengembangkan dan menumbuhkan sel otak lainnya yang dinamakan organoid di laboratorium dengan menggunakan sel punca manusia untuk mempelajari perkembangan otak dan penyakit syaraf.

Namun sayangnya seiring dengan pertumbuhan sel otak ini ternyata bagian luarnya mengalami kematian karena kekurangan pasokan darah merah.

Untuk mengatasi kematian sel ini, para peneliti mencangkokkan bagian kecil organoid yang berasal dari otak manusia ke otak tikus hidup dengan harapan akan mendapatkan pasokan makanan dan oksigen  dari tikus.

Dengan cara ini ternyata sel organoid ini tidak saja dapat hidup dan berkembang dengan baik, namun juga neuron nya  berkembang dan berinteraksi dengan neuron tikus.

Berdasarkan hasil pengamatan ternyata tingkah laku tikus normal dan tikus chimera hasil pencangkokan otak manusia ini tidak berbeda.

Keberhasilan para peneliti menghasilkan chimera dengan merekayasa sel otak ini membuat para peneliti  beripikir untuk membuat chimera dengan merekayasa  janin. Penelitian dengan menggunakan janin untuk menghasilkan makhluk  hibrida ini memang terkendala  masalah etika.

Chimera yang  sudah berkembang idenya di zaman Yunani kuno yang dianggap sebagai mitos teryata  kini dapat direalisasikan dengan menggunakan teknologi rekaya sel punca modern.  Ke depan tentunya hanya masalah etika dan moral saja yang dapat membendung percobaan lebih lanjut untuk menghasilkan makhluk hibrida baru.

Rujukan: satu, dua, tiga,empat,lima

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun