Hal lain yang juga menarik adalah tikus yang otaknya dicangkokkan dengan glia yang berasal dari orang normal ternyata performanya lebih prima dan lebih cerdas setelah dilakukan serangkaian uji kecerdasan.
Jadi walaupun neuron otak tikus ini masih memiliki ciri khas tikus, sel glia manusia yang diacangkokkan ini berhasil mengambil alih fungsi otak tikus menjadi lebih baik dan lebih cerdas. Â Artinya pencangkokan ini berhasil memaksimalkan fungsi otak tikus.
Di laboratorium lain yaitu di Amerika Utara para  peneliti berhasil mengembangkan dan menumbuhkan sel otak lainnya yang dinamakan organoid di laboratorium dengan menggunakan sel punca manusia untuk mempelajari perkembangan otak dan penyakit syaraf.
Namun sayangnya seiring dengan pertumbuhan sel otak ini ternyata bagian luarnya mengalami kematian karena kekurangan pasokan darah merah.
Untuk mengatasi kematian sel ini, para peneliti mencangkokkan bagian kecil organoid yang berasal dari otak manusia ke otak tikus hidup dengan harapan akan mendapatkan pasokan makanan dan oksigen  dari tikus.
Dengan cara ini ternyata sel organoid ini tidak saja dapat hidup dan berkembang dengan baik, namun juga neuron nya  berkembang dan berinteraksi dengan neuron tikus.
Berdasarkan hasil pengamatan ternyata tingkah laku tikus normal dan tikus chimera hasil pencangkokan otak manusia ini tidak berbeda.
Keberhasilan para peneliti menghasilkan chimera dengan merekayasa sel otak ini membuat para peneliti  beripikir untuk membuat chimera dengan merekayasa  janin. Penelitian dengan menggunakan janin untuk menghasilkan makhluk  hibrida ini memang terkendala  masalah etika.
Chimera yang  sudah berkembang idenya di zaman Yunani kuno yang dianggap sebagai mitos teryata  kini dapat direalisasikan dengan menggunakan teknologi rekaya sel punca modern.  Ke depan tentunya hanya masalah etika dan moral saja yang dapat membendung percobaan lebih lanjut untuk menghasilkan makhluk hibrida baru.
Rujukan: satu, dua, tiga,empat,lima
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H