Hari Jumat pagi waktu Jepang, hukuman mati di negeri matahari terbit ini kembali menggeliat.
Pelaksanaan hukuman mati terhadap teroris kelompok sekte "Hari Kiamat" ini memang menjadi pemberitaan  di Jepang dan juga bagi dunia, karena tidak saja menghukum mati satu orang namun 7 orang.
Orang yang dihukum mati ini adalah anggota sekte Aum Shinrikyo termasuk pimpinannya  yang bernama Shoko Asahara dengan cara digantung.  Dengan telah dilaksanakannya hukuman mati ini masih ada 6 orang anggota sekte yang menunggu pelaksanaan hukuman mati. Pimpinan sekte ini  ketika  pelaksanaan hukuman mati jumat lalu berusia 63 tahun setelah upaya hukum  selama 23 tahun habis.
Jika dibuka catatan sejarah hukuman mati di Jepang, maka kita akan menemukan fakta bahwa Jepang telah melakukan mortarium hukuman mati namun berakhir pada tahun 2010 lalu. Sejak berakhirnya moratorium ini sudah ada 8 pelaksanaan hukuman mati sebelum pelaksanaan hukuman mati anggota kelompok Hari Kiamat ini.
Sebelumnya tampaknya rencana hukuman  mati ini dirahasiakan karena terbukti media tidak mendeteksi rencana pelaksanaan hukuman mati ini.  Pelaksanaannya baru diketahui ketika Menteri Kehakiman Jepang menjelaskan pelaksanaan hukuman mati ini dan  mengapa kelompok ini dihukum mati.
 Kenapa mereka dihukum mati?
Pada tahun 1995 lalu anggota kelompok ini melakukan serangan dengan menggunakan gas Sarin kepada penumpang kereta bawah tanah di Tokyo.
Akibat serangan tersebut 13 orang meninggal dunia dan berdampak pada  5000  korban karena gas Sarin memang termasuk kedalam gas yang mematikan dan mengakibatkan mual, tercekik, kelumpuhan  dan kebutaan.
Serangan yang dilakukan anggota sekte ini dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 1995 dengan cara melepaskan gas Sarin di kereta bawah tanah.  Mereka meninggalkan tas tas berisi  gas syaraf berbentuk cairan  yang sebelumnya sudah ditusuk tusuk agar dapat melepaskan gas tersebut.
Beberapa saksi mata  menyatakan bahwa mereka melihat tas yang bocor dan menimbulkan bau menyengat dan terasa pedih dimata. Setelah itu hanya dalam hitungan  detik saja para penumpang kereta tercekik dan mengalami kelumpuhan serta meninggal dunia.
Siapa sebenarnya mereka?
Pengikut kelompok yang bernama Aum Shinrikyo  percaya bahwa hari kiamat akan segera datang dan orang orang di luar kelompok ini akan masuk neraka.  Satu satunya jalan untuk menyelamatkan orang di luar kelompok ini agar tidak masuk neraka adalah dibunuh oleh anggota kelompok ini.
Menurut ajaran kelompok ini bahwa penyerangan yang dilakukan oleh kelompok ini merupakan tindakan suci yang akan membantu dan manaikkan status arwah korban ke level yang tertinggi.
Beberapa bulan setelah serangan kereta bawah tanah di Tokyo ini, anggota kelompok sekte ini sebenarnya mencoba  beberapa kali melakukan serangan lanjutan termasuk menggunakan gas hidrogen sianida di berapa station kereta lainnya.
Kelompok sekte yang mendeklarasikan sebagai kebenaran sejati ini mulai muncul kepermukaan di era tahun 1980 an. Pada tahun 1989 kelompok ini mendapatkan pengakuan pemerintah Jepang dan sejak itu pengikutnya mencapai ribuan orang tidak hanya dari Jepang saja namun juga dari berbagai negara. Bahkan dipercaya dengan telah dilakukan hukuman mati terhadap Shoko Asahara  sekalipun, pengikutnya masih banyak.
Dalam perjalanannya anggota kelompok ini semakin mempercayai akan ketibaan hari kiamat yang sudah dekat akibat perang global dan hanya anggota kelompoknya saja yang akan selamat.
Sayangnya setelah kejadian serangan kereta bahwa tanah ini sekte ini menjelma menjadi dua kelompok sempalan yang dinamakan kelompok Aleph dan Hikati no Wa dan kedua kelompok bentukan ini dianggap legal namun dalam pengawasan ketat pihak berwenang.
Kedua kelompok bentukan ini ternyata juga mendunia, karena  terbukti anggotanya ada di beberpa negara termasuk di negara Uni Soviet sebelum negara ini mengalami perpecahan. Bahkan pada tahun 2016 lalu pihak berwenang Rusia melakukan penangkapan kepada anggota kelompok ini di kota Moskow dan St Petersburg.
Jepang memang tercatat sebagai negara yang masih melakukan hukuman mati terutama pada para penjahat kelas berat yang melakukan tindakan pembunuhan. Namun tidak seperti di Indonesia pelaksanaan hukuman mati di Jepang tidak memimbulkan kegaduhan  karena dilakukan secara diam diam setelah semua upaya hukum yang merupakan hak tersangka sudah habis.
Palaksanaan hukuman mati pun dilakukan ditempat rahasia dan tanpa memberitahukan sebelumnya kepada pihak keluarga dan pengacara.
Di Jepang pelaksanaan hukuman mati bukanlah merupakan panggung bagi pihak pihak yang ingin mengambil keuntungan dan popularitas dari pelaksanaan hukuman mati ini, namun murni sebagai upaya hukum paling akhir.
Oleh sebab itu,  pelaksanaan hukuman mati kelompok sekte ini langsung diumumkan oleh Menteri Kehakiman saja  setelah beberapa saat  pelaksanaan hukuman mati dengan cara menjelaskan semua proses hukum yang telah dilakukan dan bagaimana hukuman mati dilaksanakan
Semoga Indonesia dapat belajar dari pelaksanaan hukuman mati di Jepang ini.
Rujukan :satu, dua, tiga, empat,lima
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI