Bagi ilmuwan yang bergerak dalam bidang paleontology menemukan fosil usia jutaan tahun  pastilah merupakan kebanggaan yang luar biasa. Hasil temuan ini  tentunya akan berkontribusi sangat besar  terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
Fosil usia jutaan tahun tentunya  sangat bermanfaat dalam merekonstruksi kehidupan flora dan fauna yang hidup jutaan tahun yang lalu dan juga sekaligus memberikan gambaran bagaimana wajah bumi yang kita tinggali ini jutaan tahun yang lalu.
Temuan fosil yang terperangkap dalam resin yang berusia 99 juta tahun lalu  di Myanmar baru baru ini oleh  gabungan peneliti  dari University of Florida, Amerika dan  dari  University of Geo-sciences  Tiongkok  yang dipublikasikan di Science Reports ini memang sangat berharga dan sangat langka.
Fosil purba yang ditemukan ini  membuka kembali pintu menuju dunia yang hilang.  Empat fosil purba  yang terperangkap dalam resin ini masih sangat lengkap dan terawetkan selama puluhan juta tahun. Fosil yang sangat unik ini terdiri dari katak, tanaman, laba laba dan serangga lainnya ini diperkirakan hidup di penghujung era dinosaurus.
Para peneliti sebelumnya memperkirakan bahwa katak mulai ada di bumi sekirat 200 juta tahun yang lalu.  Oleh sebab itu,  penemuan fosil katak lengkap ini memberikan gambaran bagi kita bagaimana kehidupan di hutan basah di era Cretaceous  di penghujung era dinosaurus sebelum perubahan besar menimpa bumi yang mengakibatkan terjadi kepunahan masal sebagian  besar mahluk hidup.
Penemuan fosil katak ini membuktikan bahwa hutan hujan di wilayah Maynmar di negara bagian Kachin ini  sebelum terjadi kepunahan masal sangat kaya akan keragaman flora dan fauna.
Penemuan fosil ini dinilai sangat berharga karena berhasil menguak hubungan antara katak dengan hutan tropis sekitar 100 juta tahun lalu sebelum mengalami kelangkaan akibat perubahan iklim yang sangat drastis.
Disamping itu penemuan fosil katak purba yang dinamakan    Electrorana limoa ini ternyata menguatkan hipotesis bahwa katak  yang kita jumpai saat ini tidak banyak berubah penampilannya jika dibandingkan dengan katak purba yang hidup ratusan juta tahun yang lalu walaupun pada suatu masa telah mengalami proses kepunahan masal.
Keberadaan katak ini juga menguatkan hipotesis bahwa katak hidup di habitat yang lembab dan hangat yang merupakan ciri khas hutan tropis dimana  banyak ditemukan danau air tawar.
Katak memang tampak sederhana, namun sangat berharga bagi manusia untuk mempelajari proses evolusi yang berlangsung selama jutaan tahun lalu sekaligus memberikan rangkaian gambaran rangkaian perubahan iklim yang terjadi.
Bukan tidak mungkin penemuan fosil fosil purba ini memberikan gambaran sekaligus strategi  kita terkait bagaimana kelangsungan makhluk hidup  di masa mendatang  di muka bumi ini ketika perubahan iklim dunia semakin memburuk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H