Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan featured

Kim Jong Un Korban Keganasan Media?

27 April 2018   10:20 Diperbarui: 25 April 2020   16:30 1353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa jam lalu peristiwa bersejarah yang belum pernah terbayang sebelumnya oleh dunia terjadi di semenanjung Korea di Zona demarkasi antara Korea Selatan dan Korea Utara terpatnya di Panmunjom.

Pimpinan Korea Utara Kim Jong Un yang diprotret oleh media dunia terutama oleh Amerika sebagai sosok yang sangat jahat melangkah mantap dengan tersenyum menyebarangi wilayah Korea Selatan untuk selanjutnya berjabat tangan hangat dengan presiden Korea selatan Moon Jae-in.

Ketika kedua pimpinan Korea ini bercakap cakap sambil berjabat tangan bahkan ketika akan menuju tanah Korea Selatan mereka kembali bergandengan kembali ke wilayah demarkasi sama sebelum melangkah kembali ke tanah Korea Selatan sekali tidak tercermin apa yang digambarkan oleh media terkait dengan pimpinan Korea Utara ini.

Kim Jong Un bergandengan tangan dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in ketika melangkah ke tanah Korea Selatan. Photo: Getty Images
Kim Jong Un bergandengan tangan dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in ketika melangkah ke tanah Korea Selatan. Photo: Getty Images
Senyum dan keramahan pimpinan Korea Utara ini tampak alami dan tidak memungkinkan dimunculkan bahasa tubuh yang alamiah ini oleh orang selama  ini digambarkan sebagai orang  berkarakter sangat jahat.

Dunia memang sudah terlanjur  memvonis pimpinan Korea Utara sebagai pimpinan "setan" yang merupakan musuh dunia dan musuh kemanusiaan.  Bahkan pemerintah Amerika di bawah pemerintahan Bush menggambarkan Korea Utara sebagai poros "setan".

Keterkejutan dunia dimulai dengan bersedianya pimpinan Korea Utara Kim Jong Un melakukan pertemuan di tanah Korea Selatan yang secara de facto masih dalam status perang. Keterkejutan dunia ini memang dapat dimengerti karena kunjungan ini merupakan kunjungan pertama kali oleh pimpinan Korea Utara sejak Perang Korea tahun 1953.

Keterkejutan dunia kembali terjadi ketika dari bahasa tubuh kedua pimpinan Korea Utara ini mencerminkan  suasana gembira dan saling percaya setelah mereka berdua melewati pasukan perang tradisional Korea dengan bendera kebesarannya.

Suasana santai dan ramah ketika kedua pimpinan Korea melewati pasukan perang tradisioonal Korea. Photo: Getty Images
Suasana santai dan ramah ketika kedua pimpinan Korea melewati pasukan perang tradisioonal Korea. Photo: Getty Images
Dunia sebelumnya dikejutkan oleh keputusan Kim Jong Un untuk menghentikan ujicoba senjatanya sebelum pertemun bersejarah di semenanjung Korea ini.  Bahkan Presiden Trump juga tidak bisa menutupi keterkejutannya dengan mengatakan "Korea Utara memutuskan untuk menghentikan uji coba rudalnya bahkan sebelum diminta".

Korban Media?

Kim Jong Un memang sangat jarang sekali tampil di media, sehingga orang sangat jarang sekali menyaksikan bagaimana pimpinan Korea Utara ini berbicara.  Biasanya memang sikap dan ucapannya disampaikan oleh penyiar perempuan TV dengan pakaian tradisional  yang sudah sangat dikenal dunia dengan nada yang berapi api.

Dunia memotret sikap dan keprbadian Kim Jong Un hanya dari penyampaian berita di TV Korea Utara. Photo: Youtube
Dunia memotret sikap dan keprbadian Kim Jong Un hanya dari penyampaian berita di TV Korea Utara. Photo: Youtube
Jarangnya dunia menyaksikan Kim Jong Un berbicara langsung di depan media membuat pimpinan Korea Utara ini digambarkan sebagai sosok pimpinan yang dingin, kejam dan penuh misteri.

Namun pandangan ini sirna ketika setelah mengisi buku tamu dan kedua pimpinan Korea ini duduk berhadapan di rumah   "perdamaian"  dunia baru mengetahui bagaimana gaya bicara dan sikap Kim Jong Un ini.

Ketika berbicara sebagai sambutan pendahuluan sebelum dilaksanakannya perundingan bilateral, Kim Jong Un membuka pembicaraannya dengan mengatakan bahwa keputusannya untuk melakukan perundingan di tanah Korea Selatan merupakan keputusan yang sangat bersejarah.

Selanjutnya dia mengatakan : 

 "entah mengapa pertemuan bersejarah ini sangat sulit dilaksanakan sebelumnya, padahal petemuan ini sangat penting bagi rakyat kedua negara serumpun ini"

Gaya bicara Kim Jong Un yang mengalir alami dengan ucapan yang lembut, tegas dan berwibawa  disampaikan secara spontan tanpa teks ini kembali  mengejutkan dunia karena sangat jelas berbeda sekali dengan apa yang digambarkan oleh media selama ini.

Kejutan  demi kejutan yang didapat oleh media dalam hitungan jam saja sejak saat pertama  kunjungan Kim Jong Un ini membuat heboh dunia.  Stasiun TV CNN misalnya menyiarkan secara langsung pertemuan ini sejak Kim Jong Un melangkahkan kakinya di tanah Korea Selatan. Bahkan secara khusus CNN mengundang pakar pakar terkemuka untuk secara  langsung membahas setiap langkah dan perkembangan pertemuan ini.

Sikap, gestur dan gaya bicara Kim Jong Un ini memang mengejutkan dunia karena memang selama ini   gambaran terhadap dirinya hanya didapat dari sosok hasil potret media saja.

Sikap ramah, bersahabat dan intelektualnya memang sangat jelas ditunjukkan oleh pimpinan Korea Utara ini ketika pertama  kalinya melangkahkan kakinya di tanah Korea Selatan.

Kini perundingan kedua negara sedang berjalan dan dunia sedang menunggu hasilnya.  Apakah Kim Jong Un  adalah korban keganasan media yang menggambarkannya sebagai pimpinan "setan" akan sangat tergantung dari hasil pertemuan yang dalam beberapa jam ke depan akan segera diumumkan hasilnya.

Jika hasil pertemuan ini kesepakannya bermanfaat tidak saja bagi rakyat Korea, kawasan sekitar dan dunia, maka  pertemuan ini akan melejitkan nama Kim  Jong Un sebagai salah satu pimpinan Asia yang disegani dunia.

Pertemuan kedua pimpinan Korea yang menghasilkan hasil yang bermanfaat bagi kemanusiaan tentu saja akan membuat dunia semakin menyadari bahwa media itu bagai sebuat pisau tajam yang dapat digunakan untuk kebaikan sekaligus dapat juga digunakan untuk membunuh karakter seseorang.

Memang mungkin saja ada kalangan yang berpendapat bahwa melunaknya sikap Kom Jong Un ini tidak lepas dari sangsi dunia terhadap negaranya, namun sejarah mencatat baik kakeknya maupun ayahnya tidak pernah tunduk terhadap tekanan negara lain.

Kesuksesan dan kesepakatan  yang sedang dinanti oleh dunia dalam pertemuan lanjutannya dengan Trump mendatang akan membuktikan siapa sebenarnya sosok Kim Jong Un ini.

Semoga perdamaian abadi terwujud di semenanjung Korea.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun