Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kiyoko Ozeky yang Menjungkirbalikkan Tradisi

25 Maret 2018   11:03 Diperbarui: 25 Maret 2018   14:15 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak tampak tanda lanjutnya usia yang menonjol  ketika Kiyoko Ozeki wanita yang kini berusia 88 tahun ini  menerima ijazah Doktornya dari Ritsumeikan University di Kyoto kemaren.  Tanda yang tampak hanya cara berjalan menuju panggung yang agak pelan dan diperlukan sedikit bantuan ketika menapak tangga panggung tempat wisuda.

Paling tidak ada dua tradisi yang dilanggar oleh Kiyoko Ozeki.  Sebagai seorang wanita umumnya  orang  seusianya akan lebih banyak menghabiskan masa tuanya di rumah dan sekitarnya dengan kegiatan yang ringan ringan.

Usia di atas 80 tahun memang mengharuskan orang mengurangi kegiatan fisiknya karena biasanya kesehatan dan aktivitas  metabolisme mulai melambat  akibat bertambahnya usia.  Disamping itu tentunya pada usia ini biasanya daya ingat seseorang sudah mulai menurun.

Di usianya yang ke 88 tahun Kiyoko Ozeki membuktikan bahwa sebagai seorang wanita dia berhasil mengatasi kendala penurunan kualitas fisik akibat penuaan dan juga sekaligus membuktikan bahwa di usianya yang sudah sangat lanjut tersebut pikirannya masih jernih.

Kiyoko Ozeki berhasil meraih gelar doktor dengan topik penelitian yang masih mencerminkan kewanitaannya dengan meneliti teksil Jepang kuno.  Tidak tanggung tanggung, Kiyoko Ozeki menghabiskan waktunya selama lebih dari 30 tahun meneliti teksil kuno ini mulai dari era Jomon (10,500–300 B.C) yang dianggap sebagai salah satu awal era tekstil Jepang.

Ketekunan inilah  yang dituangkan Kiyoko Ozeki dalam disertasinya yang berjudul the origin of fabric culture in Japan and its characteristics  sekaligus  berhasil memenuhi syarat untuk meraih gelar PhD di Ritsumeikan University.

Photo: Ritsumeikan University (www.ondmc.com)
Photo: Ritsumeikan University (www.ondmc.com)
Tradisi  kedua yang dilanggar oleh Kiyoko Ozeki adalah tradisi batasan menempuh ilmu yang umumnya didominasi oleh kelompok usia muda dan produksif.

Kiyoko Ozeki telah berhasil membuktikan bahwa  menempuh ilmu itu tidak mengenal usia, bahkan di usianya yang sudah sangat lanjut dimana kebanyakan orang beranggapan bahwa orang seusianya akan mengalami hambatan besar dalam menempuh studi, apalagi untuk meraih gelar akademik tertinggi yaitu gelar doktor.

Kiyoto Ozeki ketika menerima ijasah. Photo: newsonjapan.com
Kiyoto Ozeki ketika menerima ijasah. Photo: newsonjapan.com
Kondisi fisik yang tampak sehat dan kecantikan yang masih melekat diwajahnya membuat Kiyoko Ozeki sangat berwibawa dengan toganya saat melangkah naik panggung dan menerima ijazah doktornya yang diserahkan oleh pihak universitas.

Perjalanan berliku

Kiyoko Ozeki lahir di Nagoya pada tahun 1929 lalu dan ketika Perang Dunia II berakhir Kiyoko sudah berumur 16 tahun dan tidak memiliki kesempatan untuk kuliah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun