Sebagaimana Indonesia, Filipina tercatat sebagai salah satu negara yang mengirimkan tenaga kerjanya ke luar negeri. Namun perbedaan yang paling mencolok adalah kualitas tenaga kerja yang dikirimkannya. Data jumlah pekerja Filipina yang bekerja di luar negeri mencapai 2,3 juta pekerja di seluruh dunia dengan negara tujuan favorit UEA, Qatar dan Saudi Arabia.
Proporsi tenaga kerja yang memiliki keahlian (skilled worker) yang dikirimkan oleh Filipina jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan tenaga kerja yang dikirimkan Indonesia yang sebagian besar adalah pekerja rumah tangga (domestic worker) yang tidak memiliki keahlian tertentu.
Filipina juga tercatat banyak mengirimkan domestic worker, namun kualitas dan standar keahliannya lebih terukur karena memang sebelum dikirim ke luar negeri telah dilatih agar mencapai standar kompetensi tertentu oleh pihak berwenang di Filipina.
Mengapa Mereka Menguasai?
Keunggulan tenaga kerja asal Filipina tidak hanya sekedar dapat berbahasa Inggris dengan lebih baik, namun juga terletak pada standarisasi kompetensinya yang memang telah dipersiapkan dengan sangat baik oleh pemerintah dan juga oleh pihak terkait lainnya.
Sebagai contoh untuk bidang perawatan yang sudah menjadi trademark tenaga kerjanya di seluruh dunia memang menjadi fokus institusi pendidikan di sana untuk menghasilkan perawat dengan standar kompetensi tertentu.
Program studi keperawatan di Filipina tergolong sebagai program studi elit sekaligus favorit, sebab minat mahasiswa untuk mengambil bidang ini sangat tinggi. Jadi tidak heran sejak penerimaannya, sudah terjadi seleksi yang sangat ketat.Â
Di samping itu tidak semua univeristas boleh membuka program studi nursing kecuali sudah memenuhi standar yang telah ditentukan oleh pemerintah terkait dengan kualitas akademis dan fasilitas penunjang lainnya.
Campur tangan pemerintah terlihat sekali ketika untuk menjadi certified nurse, lulusan program perawatan ini harus mengikuti ujian negara yang sangat ketat terkait dengan pengujian tingkat kompetensinya. Sehingga untuk menyelesaikan program keperawatan mahasiswa harus menghabiskan sekitar 5 tahun.
Bagi Philippina pengiriman tenaga kerja ke luar negeri ini tidak saja dianggap sebagai pekerja penghasil devisa, namun juga sebagai prestise yang mengharumkan nama bangsa. Setiap bulannya sebanyak US$ 2 milyar devisa mengalir masuk ke Philipina dari tenaga kerja ini sekaligus menjadi salah satu andalan perekonomiannya.
Aspek Perlindungan
Kekerasan yang menimpa para pekerja rumah tangga  di negera negara Timur Tengah sudah menjadi rahasia umum. Seringkali negara pengirim tenaga kerja rumah tangga "enggan" untuk menyelesaikan secara tuntas terkait dengan masalah kekerasan yang dialami oleh tenaga kerja ini dengan pertimbangan hubungan baik dua negara dan juga aspek devisa yang dihasilkan.
Minggu ini Presiden Philipina Rodrigo Duterte turun tangan langsung menangani kasus kekesaran yang menimpa pekerjanya di Kuwait. Pemerintah Filipina langsung menyelidiki kasus kematian paling tidak 4 orang pekerja rumah tangga di Kuwait. Pemerintah Filipina langsung menyetop pengiriman tenaga kerjanya ke Kuwait tanpa  menunggu hasil penyelidikan.
Keempat pekerja Filipina yang meninggal ini diduga melakukan bunuh diri akibat kekerasan dan abuse yang diterimanya termasuk kekerasan seksual yang dilakukan oleh majikannya.
Dugaan adanya kekerasan dan abuse yang dialami oleh tenaga kerja wanita Phillipina ini mulai muncul bulan Januari lalu akibat  meningkatnya angka kematian akibat bunuh diri di kalangan pekerja wanita Philipina ini.
Langkah yang diambil oleh pemerintah Philipina ini menunjukankan bahwa Philipina tidak semata mata memperioritaskan pendapatan devisa dari pengiriman tenaga kerjanya, namun juga sangat memperhatikan aspek perlindungan dan keselamatan tenaga kerjanya. Philipina tidak takut akan kehilangan kesempatan mengirimkan sekitar 250.000 orang yang berkerja ke  Kuwait ini yang  sebagian besar adalah pekerja rumah tangga.
Pekerja yang dikirim ke luar negeri tentu saja bukan sabagai benda mati yang semata mata diharapkan mendatangkan devisa  saja, namun merupakan duta bangsa yang menyangkut harga diri bangsa.
Oleh sebab itu pemerintah Indonesia sudah seharusnya mengurangi pengiriman jumlah pekerja rumah tangga secara signifikan yang rawan mengalami abuse dan kekerasan sekaligus beralih kepada pengiriman tenaga kerja yang memiliki keahlian tertentu yang memiliki nilai jual dan nilai tawar yang tinggi.
Dengan persiapan yang baik dan program yang terstuktur, ke depan Indonesia akan menjadi salah satu negara pengirim skilled worker terbesar dunia yang dapat dijadikan andalan perekonomian Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H