Di penghujung tahun 2017 lalu, dunia seolah merayakan kemenangan atas penentangan pengakuan sepihak Amerika bahwa Jerusalem adalah ibukota Israel. Â Kemenangan ini tercermin dari hasil voting di Majelis Umum PBB yang sebagian besar negara di dunia menolak pengakuan Trump ini.
Dunia juga merayakan kemenangan ini sekaligus secara serempak melakukan aksi solidaritas menentang keputusan Trump ini. Â Bahkan sampai hari inipun di wilayah pendudukan Israel di Pelestina masih terjadi demonstrasi yang telah memakan korban jiwa.
Namun mengingat pengalaman sebelumnya yang menunjukkan keberpihakan Amerika pada Israel  yang dicerminkan  oleh jumlah veto Amerika di Dewan Keamanan PBB dalam kurun waktu 1972-2017 yaitu  sebanyak 43 kali yang melindungi Israel dan juga 65 resolusi Dewan keamanan PBB yang dilanggar oleh Israel maka pertanyaan yang muncul adalah akankah kemenangan dunia ini bersifat semu?
Minggu ini serangan balik Amerika dan Israel menjadi kenyataan.  Serangan balik itu berupa akan dipotongnya bantuan luar negeri Amerika kepada otoritas Palestina dan hasil perubahan  status hukum terhadap Jerusalem yang diputuskan parlemen Israel.
Ucapan Trump kemaren yang menyatakan bahwa  Palestina sama sekali tidak menghargai dan mengapresiasi keputusan Amerika terkait pengakuan Jerusalem sebagai ibukota Israel menunjukkan bahwa Amerika akan melakukan tindakan nyata di lapangan untuk mengamankan keputusan tersebut.
Tindakan nyata Amerika ini adalah berupa pemotongan bantuan luar negerinya kepada Palestina. Â Melalui Duta Besarnya di PBB, Nikki Haley, Amerika akan memotong bantuan kepada UNRWA, yaitu badan PBB yang mengurusi pengungsi Palestina kecuali jika Palestina kembali ke meja perundingan.
Tindakan Amerika di lapangan tidak hanya  sampai di sini saja namun juga akan memotong bantuannya kepada otoritas  Palestina sebesar US$260 juta ditambah $50 juta lagi yang selama ini diberikan kepada pihak keamanan Palestina.
Bantuan luar negeri Amerika terhadap PBB dalam urusannya dengan Palestina dan juga bantuan kepada pihak keamanan Palestina ini memang selama ini tidak banyak diketahui orang.
Amerika juga mengancam akan memberikan hukuman kepada pendukung voting yang menentang keputusan Jerusalem sebagai ibukota Istrael di Majelis Umum.
Lagi lagi ucapan Trump ini bukan hanya gertak sambal belaka namun sudah direalisasikan di lapangan. Â Dengan alasan dukungan dan perlindungan terhadap terorisme, Amerika memutuskan memotong bantuan luar negerinya kepada Pakistan yang jumlahnya mencapai US$255 juta per tahun nya.
Tindakan Trump yang mulai memotong bantuan luar negerinya baik langsung kepada otoritas Palestina dan negara pendukung Palestina menjadi strategi pertempuran baru Amerika melawan dunia. Terkait bantuan luar negeri Amerika ini memang banyak kalangan yang tidak mengetahui betapa pentingnya bantuan Amerika ini bagi negera negara pendukung Palestina yang umumnya tergolong pada negara berkembang yang perekomiannya  pas pasan.
Israel pun tidak kalah gesitnya mengamankan keputusan Trump yang terkait dengan Jerusalem ini. Hari Selasa  parlemen Israel telah mengetok palu terkait dengan undang-undang barunya yang semakin mempersulit untuk memecah wilayah Jerusalem.
Perubahan isi undang undang yang paling penting adalah dinaikannya  jumlah suara anggota parlemen jika ingin mengubah status Jerusalem dari yang tadinya hanya memerlukan 61 suara dari 120 anggota parlemen kini menjadi 80 suara.
![Batas wilayah dan tembok yang dibangun Israel pasca kemenangannya tahun 1967. Photo: www.haaretz.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/01/04/israel4-5a4d46bab9850c0e156485f8.jpg?t=o&v=770)
Keputusan ini menunjukkan semakin sulitnya untuk melepas bagian dari wilayah Jerusalem kepada pihak otoritas Palestina yang selama ini  menginginkan  wilayah Jerusalem sebagai ibukota Palestina.
Undang undang baru ini juga mengeluarkan wilayah yang dihuni oleh warga Palestina seperti kamp pengungsi Kufr Aqab dan  Shuafat dari wilayah Jerusalem.  Bagi warga Palestina yang memegang status warga tetap Jerusalem  sewaktu waktu juga dapat dikeluarkan dari wilayah Jerusalem.
Undang undang  baru ini akan berdampak luas mengingat  saat ini ada sebanyak 100.000 warga Palestina yang tinggal di Jerusalem yang akan terancam sewaktu waktu dapat dikeluarkan dari kota ini.
Tindakan Israel ini tidak dapat dianggap hanya sebagai gertakan semata mengingat sejak Israel menguasai Jerusalem dan wilayah sekitarnya pada tahun 1967 sudah sebanyak 15.000 warga Palestina yang dikeluarkan dari Jerusalem.
Pendudukan Israel  di wilayah Jerusalem sejak kemenangannya  dalam perang tahun 1967 memang tidak diakui dunia, namun di lapangan dunia sama sekali tidak berdaya untuk menghentikan tindakan sepihak  Israel ini.
Pertanyaan yang muncul sekarang adalah apa tindakan yang akan dilakukan  dunia untuk mengantisipasi serangan balik  Israel-Amerika ini? Penghentian bantuan Amerika terhadap pihak otoritas Palestina jelas akan berdampak besar.
Akankah negara negara pendukung Palestina mengambil tindakan nyata dengan melakukan bantuan langsung secara bergotong royong untuk mengantikan porsi bantuan Amerika yang dihilangkan?
Melihat perubahan drastis dalam 2 hari ini terkait langkah Israel dan Amerika tampaknya masalah Jerusalem ini tidak akan dapat diselesaikan hanya melalui aksi unjuk rasa solidaritas terhadap Palestina semata.
![Situasi terkini menyebabkan semakin sulit bagi Palestina dan Israel kembali ke meja perundingan. Photo: AFP](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/01/04/israel1-jpg-5a4d476db9850c0e2e5d9154.jpg?t=o&v=770)
Jika dunia melalui PBB tidak segera mengambil tindakan nyata untuk mengambil alih kekosongan bantuan luar negeri yang selama ini diperankan  oleh Amerika, maka seperti yang terjadi sebelumnya apapun bentuk resolusi PBB dan juga tindakan aksi solidaritas di berbagai wilayah dunia ini tidak akan berdampak besar pada Israel dan Amerika yang selama ini memang sudah biasa mengabaikan  keputusan PPB.
Dunia kini  kembali menunggu langkah PPB dalam mengantisipasi dampak keputusan parlemen Israel yang semakin mempersulit kemungkinan pihak Palestina dan Israel kembali ke meja perundingan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI