Jika dikatakan emas masa depan itu adalah pasir, mungkin sebagian orang tidak mempercayainya karena bagaimana mungkin pasir yang demikian melimpahnya itu akan bernilai seperti emas di masa mendatang ?
Tidak usah jauh jauh, bagi Anda yang pernah membangun rumah coba bandingkan harga pasir sekitar 25 tahun yang lalu dengan harga pasir saat ini seberapa jauh lonjakan harganya. Padahal ini baru ditinjau dari satu sisi keguanan pasir saja belum lagi manfaat pasir bagi industri lainnya.
Sebelum membahas betapa vitalnya fungsi pasir di masa mendatang ada baiknya kita membahas kasus pasir yang membuat pemerintah Singapura selalu waswas.
Pertambahan penduduk Singapura dari hanya 3 juta pada tahun 1990-an menjadi 5,6 juta pada tahun 2017 ini tentu saja membuat pemerintah Singapura sakit kepala. Dalam memenuhi kebutuhan ruang bagi penduduknya, ternyata pembangunan vertikal saja tidaklah mencukupi, di samping itu tentunya ada batas maksimumnya juga.
Pertambahan penduduk yang pesat ini membuat Singapura harus membangun secara horizontal dengan menambah lahan pembangunannya melalui reklamasi. Gencarnya program reklamasi Singapura ini tercermin dari pesatnya pertambahan daratan dari hasil reklamasi ini.
Proses reklamasi yang dilakukan oleh Singapura tidaklah murah. Sebagai gambaran untuk mereklamasi 1 Km persegi daratan diperlukan sebanyak 37,5 juta meter kubik pasir. Pada tahun 2016 lalu Singapura tercatat mengimpor sebanyak 35 juta metrik ton pasir.
Sebelumnya Singapura banyak mengimpor pasir dari Indonesia, Malaysia, dan Vietnam, dan juga Kambodia. Pada tahun 2016 kontribusi terbesar pemasok pasir ke Singapura adalah Malaysia sebesar 56,6%, Vietnam 22,4%, Kambodia 18,8%, dan Myanmar sebesar 2,2%
Mengingat dampak kerusakan lingkungan penambangan pasir ini sedemikian besarnya maka Indonesia, Malaysia dan Vietnam telah membatasi ekspor pasirnya ke Singapura. Demikian juga Kambodia yang pada tahun 2107 ini melarang ekspor pasirnya ke Singapura. Pelarangan ini tentu saja menimbulkan masalah baru yaitu semakin suburnya penyelundupan pasir ke Singapura.
Demikian besarnya skala penambangan ini, sehingga dalam kurun waktu 1995-2013 saja penambangan pasir di wilayah ini telah merubah lansekap di wilayah ini untuk selamanya.
Pasir akan semakin berharga
Menurut laporan PBB pada tahun 2014 lalu saja di seluruh dunia jumlah penambangan pasir dan kerikil mencapai lebih dari 40 milyar ton setiap tahunnya. Sebagai pembanding, penambangan batubara jumlahnya hanya mencapai 7460,4 juta ton, sedangkan penambangan minyak hanya mencapai 4382,4 juta ton.
Pertumbuhan penambangan pasir ini melonjak dengan sangat cepat dan jika dihitung dari beratnya maka penambangan pasir ini menempati porsi sebesar 85% dari berat seluruh hasil penambangan yang dilakukan di dunia.Â