Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Trump Mengancam, Akankah Resolusi PPB Terkait Jerusalem Berhasil?

21 Desember 2017   08:12 Diperbarui: 21 Desember 2017   20:04 1086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam wawancara TV yang baru saja berlangsung Trump secara jelas mengatakan "kita akan mengamati dengan seksama, negara negara mana saja yang berpartisipasi mengambil suara menentang Amerika di  Majelis Umum PBB. Saya akan memberikan hukuman bagi negara tersebut dengan memotong bantuan Amerika.  Dengan melakukan hal ini kami akan menghemat dana jutaan  bahkan milyaran dollar ....biarlah mereka menentang kita....kita akan menghemat banyak uang....saya akan lakukan hal tersebut...lihat saja nanti....saya tidak perduli".

Ucapan Donald Trump ini didukung oleh langkah sebelumnya yang dilakukan oleh Duta Besar Amerika untuk PBB Nikki Haley yang memberikan peringatan kepada negara yang akan melawan Amerika di Majelis umum PBB pada hari Kamis ini.

Rencananya hari kamis ini Majelis Umum PBB melakukan voting  untuk menentang keputusan Amerika mengakui Jerusalem sebagai ibukota Israel.   Walaupun draft resolusi ini tidak mencantumkan nama Amerika, namun sangat jelas resolusi ini menyatakan bahwa keputusan terkait Jerrusalem harus dibatalkan.

Sebanyak 193 anggota Majelis Umum PBB akan mengadakan pertemuan khusus pada hari Kamis ini atas permintaan negara Arab dan negara muslim lainnya untuk menentang keputusan Trump terkait Jerusalem awal bulan ini.

Sebelumnya di Dewan keamanan PPB  telah mengangkat isu yang didukung 14 negara ini, namun diveto oleh Amerika. Setelah kegagalan di Dewan Keamanan, Draft resolusi yang tidak mengikat ini akhirnya dibawa oleh Turki dan Yaman ke Majelis Umum untuk dilakukan voting.

Terkait dengan langkah ini, secara gamblang Duta Besar Amerika untuk PBB  Haley mengirimkan surat peringatan kepada 180 negara yang akan melakukan voting di Majelis Umum yang berisikan ancaman bahwa Amerika akan memberikan sangsi bagi negara yang menentang meloloskan resolusi ini di Mejelis Keamanan PBB. Disamping itu surat ini yang dikirim sehari sebelum sidang di Majelis umum ini berisikan permintaan kepada negara negara yang akan menghadiri pertemuan ini untuk kembali mengingat akan sejarah persahabatan untuk menghargai  keputusan Amerika.

Ada dua skenario terkait apa yang terjadi nantinya setelah pertemuan di Majelis Umum.  Pertama resolusi menentang keputusan Amerika akan Jerrusalem ini akan lolos dan dengan cara ini dunia secara moral akan mengucilkan Amerika. Skenario kedua resolusi ini akan gagal karena banyak diantara  negara yang akan mengubah sikapnya karena ada ancaman pemotongan bantuan luar negeri Amerika dan sikap keras Amerika.

Jika diamati langkah diplomasi luar negeri Trump selama ini yang berada di luar rel diplomasi normal, maka diperkirakan Trump akan melakukan pemotongan bantuan luar negerinya terhadap negara yang menentang resolusi ini sekaligus tidak perduli dengan apapun keputusan Majelis Umum PBB.

Jika resolusi ini lolos, maka keberhasilan resolusi ini akan merupakan kemenangan moral negara negara pendukung resolusi ini, namun dalam kenyataan seperti yang terjadi sebelumnya resolusi ini tidak akan mengubah sikap Amerika untuk mengakui Jerusalem sebagai ibukota Israel dan tidak berdampak nyata di lapangan.

Sikap Amerika ini sangat jelas terlihat Duta Besar Amerika untuk PBB secara keras menyerang Turki sebagai inisiator pembawa draft ke Majelis Umum PBB.

Sikap Turki yang lantang dalam kasus Jerusalem ini disamping memang sebagai solidaritas Islam, namun tidak dipungkiri terkait dengan pergolakan politik dalam negeri dan internasional Turki.  Di tingkat internasional Turki memang sudah "disingkirkan" secara halus oleh Uni Eropa karena masalah dekomkrasi dan HAM di negaranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun