Inggris menjadi pusat perhatian dunia ketika untuk pertama kalinya  seorang muslim yang bernama Sadiq  Khan terpilih sebagai walikota London. Dunia mungkin bertanya tanya terkait keberhasilan Sadiq  Khan ini di tengah arus  penggalangan dunia melawan terorisme dunia yang dikaitkan dengan ekstrimis Islam seperti ISIS.
Di negara demokrasi yang kental tradisi aristokat ini,  Inggris ternyata memilili penduduk sebanyak 2,7 Juta muslim yang tinggal baik di Inggris dan Wales.  Sadig Khan berhasil menarik simpati 57% warga London yang mempercayainya  sebagai walikota London.
Pengaruh Islam di dalam kerajaan Inggris memang tidak lepas dari era kolonialisasi kerajaan Inggris.  Di akhir era Victoria,  Inggris menjadi salah satu kerajaan yang banyak melakukan kolonialisasi wilayah yang sebagaian besar  penduduknya beragama Islam.  Disinilah letak  titik awal dimulainya ketertarikan kaum  aritokrat kerajaan Inggris  terhadap Islam.
 Jika ditelusuri sejarah lebih lanjut, maka akan ditemukan fakta bahwa orang Inggris yang tertarik dan akhirnya masuk Islam di era tersebut pada umumnya datang dari kalangan aristokrat muda dan juga anak pedagang terkenal. Disamping itu tercatat juga para pejelajah, kaum intelektual, adminstrator tingkat tinggi yang bekerja di negara negara yang berada di bawah hukum Inggris.
Para pakar sejarah  menyebutkan bahwa ketertarikan kaum aristokrat Inggris terhadap Islam ini disebabkan karena kedamaian, pengalaman spiritual, serta  kesederhanaan  masyarakat Islam.
Jika membicarakan sejarah muslim di tengah tengah kerajaan Inggris kita tentunya wajib membicarakan William Quilliam (catatan: di kemudian hari dikenal sebagai William Abdullah Quilliam) anak seorang pendeta dan pengrajin arloji di Liverpool.
Pada tahun 1857 Quilliam lahir sebagai Methodist dan beralih memeluk Islam di awal tahun 1880. Ketertarikan Quilliam terhadap Islam dimulai ketika dia menghabiskan masa mudanya Maroko, Tunisia dan Algeria. Di usianya yang ke 17, untuk memulihkan kesehatannya dia dianjurkan untuk tinggal di wilayah yang beriklim hangat.
Ternyata ketika tinggal di wilayah tersebut, Quilliam sangat tertarik terhadap Islam dan mulai memperlajarinya dengan tekun sampai akhirnya dia memutuskan untuk memeluk agama Islam di Maroko.
Sekembalinya dari wilayah tersebut Qulliam mulai mempromosikan Islam di Liverpool dengan nama Islamnya Abdullah. Â Di usianya yang masih di bawah 30 tahun, Â Quilliam yang memiliki profesi sebagai pengacara ini mendirikan mesjid pertama di Inggris yang diresmikan bersamaan dengan hari perayaan natal pada tahun 1889 di Liverpool.
Dalam perjalanan sejarah selanjutnya buku yang ditulis oleh Abdullah Qulliam terkait Islam dan sejarah Islam di Inggris ini menjadi rujukan dunia tentang perkembangan Islam di Inggris. Â Bahkan Ratu Victoria saat itu sangat menyukai buku ini dan meminta Quilliam untuk mengirimkan beberapa buku lagi untuk anak anaknya.
Pada tahun 1932, Quilliam meninggal dunia dan dimakamkan di Brookwood Cemetery yang lokasinya berdekatan dengan pemukiman muslim Inggris. Â Kini walaupun Abdullah Qulliam telah berpulang, namun legasinya sebagai Anglo Muslim terus tercatat dalam sejarah dan dikenal sebagai salah satu tokoh Islam Inggris.
Disamping Abdullah Quilliam masih banyak lagi kalangan aristokrat Inggris yang memeluk islam diantaranya Lady Evelyn Cobbold  yang di kemudian hari dikenal sebagai Zaenab Cobblod, yaitu seorang aristokrat dari Skotlandia yang hidup di era 1867-1963. Zaenab Cobblod tercatat sebagai wanita Inggris pertama yang menunaikan ibadah haji.
Anggota Aristokrat Inggris lainnya yang memeluk Islam adalah Rowland Allanson-Winn yang dikenal sebagai Lord Headly. Lord Headly yang kemudian dikenal sebagai Shaikh Rahmatullah al-Farooq yang hidup di era 1855-1935 merupakan orang Inggris pertama yang memasuki Ka'bah karena posisinya saat itu sebagai  Baron Headley ke 5 di tahun 1913, pada saat yang bersamaan dengan tahun dia memeluk Islam. Pada tahun 1914, Lord Headly tercatat sebagai pimpinan masyarakat muslim Inggris dan pada tahun 1923 dia menunaikan ibadah hajinya.
Ketika pada  tahun 1913 Lord Headly seorang aristokrat Irlandia yang lama  tinggal di India ini beralih memeluk agama Islam, dia  menjadi pemberitaan  utama media Inggris.
Pickhall yang terkenal sebagai penulis ini salah satunya menulis terjemahan Al Qur'an yang dinamakan a modern English translation of the Quran yang kelak dikemudian hari diotorisasi oleh Universitas Al Azhar di Kairo dan  sampai saat ini menjadi acuan terjemahan Qur'an dunia.
Atas karyanya ini the Times Literacy Supplement menjuluki hasil karyanya sebagai  "a great literary achievement"
Dalam kata pengantar terjemahan Al Qur'an yang menjadi acuan dunia ini dia menulis:
" ... The Quran cannot be translated ....The book is here rendered almost literally and every effort has been made to choose befitting language. But the result is not the Glorious Quran, that inimitable symphony, the very sounds of which move men to tears and ecstasy. It is only an attempt to present the meaning of the Quran and peradventure something of the charm in English. It can never take the place of the Quran in Arabic, nor is it meant to do so ...."
Jika kita simak perjalanan sejarah, maka berkembangnya islam di Inggris yang dimulai dari kalangan anggota kerajaan Inggris, para penjelajah dunia, ilmuan, pedagang dan tokoh masyarakat lainnya menandakan keberadaan Islam di Inggris bukanlah merupakan sesuatu yang baru.
Justru karena kiprah dari angggota kreajaan Inggris yang dimulai di era Victoria  inilah yang membuat Islam lebih dikenal dan berkembang dengan subur di Inggris.
Rujukan : Satu, Dua, Tiga, EmpatLima,enam, tujuh, delapan,sembilan, sepuluh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H