Dalam rangka memeperbaiki kemaslahatan umat  manusia PBB telah mencanangkan Sustainable Development Goals (SDG) yang mencakup 17 bidang target yang diupayakan tercapai pada tahun 2030 mendatang (sumber1, sumber2).
Salah satu bidang dari SDG yang menjadi sorotan adalah bidang kesehatan, karena akan berdampak langsung pada kualitas sumberdaya manusia dan tingkat kesejahteraan manusia 13 tahun ke depan yaitu pada tahun 2030.
Hasil evaluasi upaya berbagai negara dalam mencapai target perbaikan di bidang kesehatan berdasarkan evaluasi terhadap berbagai indikator kesehatan di 188 negara di dunia yang dipublikasikan di Jurnal Lancet akhir September lalu.
Hasil evaluasi ini memang cukup mengkhawatirkan dan jika tidak disertai dengan upaya serius, kemauan politik dan tentunya alokasi anggaran perbaikan kesehatan yang memadai dari berbagai negara ini, maka diperkirakan target SDG kesehatan tahun 2030 yang telah dicanangkan sulit tercapai.
Kekhawatiran ini memang cukup beralasan karena berdasarkan hasil penelitian dan evaluasi capaian perbaikan di bidang kesehatan yang dilakukan oleh berbagai negara di dunia ini tren perbaikannya tidak seperti yang diharapkan.
Sebagai contoh dalam hal mencapai target pengurangan angka kematian di jalan raya, kegemukan pada anak, bunuh diri dan tuberkulosis, ternyata hanya 5% negara di dunia saja yang berhasil mencapai target ini.
Dalam hal pencapaian target pengurangan merebaknya malaria, kematian pada anak, kematian saat melahirkan dan kematian bayi lebih menggembirakan karena  60% negara di dunia berhasil mencapai target yang dicanangkan.
Jika dilihat secara target keseluruhan di bidang kesehatan, maka 10 negara terbaik dalam hal pencapaian target perbaikkan dari 188 negara adalah Singapura di peringkat pertama, diikuti dengan Iceland, Swedia, Norwegia, Belanda, Finlandia, Istrael, Malta dan Swiss.
Sedangkan 10 negara terburuk dalam percapaian perbaikan dalam bidang kesehatan adalah Afganistan diperingkat paling  bawah dan diikuti dengan Central African Republic, Somalia, Sudan Selatan, Chad, Nigeria, Kongo, Lesoto dan Burundi.
Posisi perbaikan kualitas kesehatan di negara negara di Eropa mendominasi 20 peringkat teratas, sedangkan Amerika menempati posisi 24.
Tiongkok yang menduduki peringkat 74 memiliki masalah dalam hal polusi udara, tingginya kecelakaan lalulintas, tingkat keracunan, dan angka perokok. Sedangkan India yang menempati urutan ke 128 memiliki masalah dalam hal polusi udara, sanitasi dan hepatitis B.
Jika dilihat dari tren perbaikan yang terjadi dan prediksi sampai tahun 2030, maka negara yang masuk dalam kategori mengalami perbaikan kesehatan yang pesat adalah , Kazakhstan, Nigeria, Swaziland dan Timor-Leste. Perbaikan yang sangat pesat ini disebabkan oleh karena Universal Health Coverage (UHC) dan angka kematian anak di negara ini utamnya karena telah memenuhi target diterapkannya yaitu program keluarga berencana dengan menggunakan alat kontrasepsi modern dan adanya bantuan tenaga terampil dalam melahirkan (sumber3)
Sebaliknya Serbia, Sri Langka, Ukrania dan Venezuela tercatat sebagai negara yang mengalami tren terburuk dalam perbaikan kesehatan sampai tahun 2030, utamanya disebabkan karena faktor angka kegemukan pada anak dan konsumsi alkohol.
Negara negara yang dianggap berhasil melakukan perbaikan kesehatan masyarakatnya melalui program reformasi kesehatan dan kebijakan lainnya yang menunjang seperti misalnya penyediaan asuransi kesehatan bagi masyarakat di wilayah pedesaan untuk membantu kelompok masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah adalah Tiongkok, Kambodia, Equatorial Guinea, Laos, Rwanda dan  Turki.
Dalam hal pencapaian target pengurangan angka HIV/AIDS hanya ada 7% negara yang berhasil mencapai target tersebut, sedangkan target SDG untuk pengurangan dan eradikasi Tuberkulosis ternyata tidak ada negara yang akan dapat mencapai target SDG tahun 2030.
Bagaimana dengan Indonesia?
Prestasi Indonesia dalam pencapaian target SDG kesehatan tahun 2030 ini memang tidak masuk kelompok atas yang terbaik dan juga tidak masuk dalam kelompok negara yang terburuk.
Dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat masih tentunya berbagai masalah kesehatan yang terjadi akan semakin komplek dan memerlukan perhatian khusus dalam peningkatan kualitas kesehatan masyarakatnya.
Dari hasil penelitian tersebut Indonesia masuk dalam negara yang jika tidak dilakukan upaya khusus, maka akan masuk dalam kelompok negara yang tidak dapat mencapai target SDG 2030.
Ada dua hal penting yang harus diperhatikan jika Indonesia ingin mencapai target SDG kesehatan 2030 ini, yaitu keberpihakan politik dan faktor investasi dan anggaran kesehatan.
Pengalihan dan pengurangan subsidi di berbagai sektor yang selama ini membebani keuangan negara ke bidang bidang yang memerlukan perbaikan seperti kesehatan merupakan suatu keharusan.
Pencapaian perbaikan fasilitas dan pelayanan kesehatan yang telah dicapai Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini memang sangat berperan bagi tren perbaikan kesehatan di Indonesia, sehingga Indonesia walaupun dengan permasalahan jangkauan geografis dan banyaknya penduduk ternyata membantu Indonesia tidak masuk kategori negara negara yang sangat buruk fasilitas dan perbaikan kesehatannya.
Investasi di bidang kesehatan oleh negara memang sangat mahal, namun mengingat bidang kesehatan ini memegang peran sangat vital bagi kualitas generasi mendtang, maka mau tidak mau target SDG kesehatan 2030 harus dijadikan program prioritas pembangunan nasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H