Pagi ini waktu Indonesia, Dewan Keamanan PBB secara aklamasi  menyetujui sangsi terbaru terhadap Korea Utara sebagai respon uji coba bom hidrogen yang dilakukan Korea minggu lalu.
Sangsi ini di atas kertas merupakan sangsi terkeras yang pernah dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB sekaligus disetujui secara bulat. Â Namun banyak kalangan yang menyangsikan apakah sangsi terbaru ini akan berpengaruh menekan Korea Utara untuk menghentikan provokasi ujicoba persenjataannya.
Bagian terpenting dari sangsi ini adalah embargo minyak, larangan ekspor Korea Utara dan bahan bakar lainnya dengan pengurangan sebanyak 30%,  larangan ekspor Korea Utara dan meneruskan blokade transportasi dari dan  Korea Utara.
Sebenarnya  jika diamati lebih cermat proses dan pidato pada duta besar untuk PBB dari berbagai negara, proses ini tidaklah mulus karena sangsi yang diberikan tersebut hanya mengakomodasi sebagian kecil saja dari keinginan Amerika dan sekutunya seperti misalnya diinginkannya embargo minyak total dari dan  Korea Utara.
Demi lolosnya resolusi yang berisi sangsi terbaru ini Amerika dan sekutunya terutama dari Uni Eropa menahan keinginannya, sebab jika tidak melakukan kompromi maka sudah dipastikan resolusi ini akan diveto oleh Rusia dan Tiongkok.
Walaupun tampak dari luar resolusi Dewan Keamanan PBB ini sebagai kemenangan yang diraih oleh Amerika dan sekutunya karena sangsi ini diterima secara bulat, namun tidak seluruh keinginan kubu ini terkomodasi dalam resolusi ini.
Dari pidato para Duta Besar dari Amerika dan sekutunya sangat menekankan akan komitmen negara lain untuk menerapkan sangsi ini. Â Kekhawatiran ini memang cukup beralasan, sebab selama ini sangsi Dewan Keamanan PBB tidak sepenuhnya dipatuhi oleh negara lain, sehingga Korea Utara masih dapat bertahan dan terus menentang dunia dengan melanjutkan ujicoba persenjataanya.
Walaupun Rusia dan Tiongkok yang selama ini berpihak terhadap Korea Utara turut mengutuk uji coba nuklir Korea Utara ini, namun dalam sambutan Duta Besarnya di PBB tercermin peringatan kepada Amerika dan sekutunya.
Pesan keras yang disampaikan oleh kedua negara ini adalah mereka tidak ingin ada upaya untuk mengganti regim yang berkuasa dan dilakukannya tindakan militer terhadap korea Utara. Mereka juga memperingatkan bahwa latihan militer Amerika dan Korea Selatan yang sedang berlangsung harus segera dihentikan karena tindakan ini dinilai sebagai sebagai tindakan provokasi yang membahayakan stabilitas di wilayah ini.
Kedua negara ini menekankan pentingnya dialog dengan Korea Utara dibandingkan dengan kekuatan militer, sehingga penerapan sangsi terbaru ini harus disertai dengan upaya dialog.
Sikap Korea Selatan walaupun selama ini merupakan negara yang terlibat langsung dalam konflik dan yang  paling rentan diserang Korea Utara mencoba untuk meredakan ketegangan dengan Korea Utara.
Hal ini tercermin dalam pidato Duta Besar nya di PBB saat setelah dilakukannya voting di Dewan Keamanan PBB. Â Korea Selatan menekankan tidak ingin melakukan perang dengan Korea Utara dan terus membuka pintu dialog untuk menyelesaikan masalah dan juga menjaga keamanan dan keseimbangan di wilayah ini.
Sikap Korea Utara terutama di bawah regim pemerintahan terakhir ini yang selalu menentang resolusi PBB dan menentang dunia memang cukup beralasan karena sangsi yang selama ini diterapkan walaupun berpengaruh tapi tidak membuat negara ini terpuruk.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Rusia dan Tiongkok merupakan dua negara yang berada di pihak Korea Utara terutama dalam menentang keinginan Amerika dan sekutunya untuk mengganti regim yang berkuasa di Korea Utara ini.
Minyak dari Tiongkok masih mengalir deras ke Korea Utara walaupun ada sangsi dari PBB demikian juga ekspor tekstil dari Korea Utara ke Tiongkok dan Rusia masih mengalir. Batu bara sebagai bahan bakar utama rakyat Korea Utarapun masih terus mengalir.
Dengan adannya sangsi terbaru ini tampaknya Tiongkok dan Rusia  akan menunggu langkah yang akan diambil oleh Amerika dengan sekutunya.  Jika Amerika dan sekutunya terus memaksakan kehendaknya sudah dipastikan sangsi PBB ini tidak akan efektif karena Tiongkok dan Rusia akan melanggarnya untuk membendung keinginan Amerika dan sekutunya ini.
Bagi regim yang berkuasa di Korea Utara menjadi negara nuklir merupakan satu satunya pilihan karena tanpa nuklir sudah dapat dipastikan negara ini tidak akan diperhatikan oleh dunia. Â Menentang dunia merupakan salah satu cara yang dilakukan agar Korea Utara terus dapat mempertahankan eksistensi nya.
Di bawah sangsi terbaru ini diperkirakan untuk menjalankan negara nya Korea Utara terus akan menjalin hubungannya dengan negara  negara yang selam ini secara tradisi terus mendukung Korea Utara.  Bahkan diperkirakan Tiongkok akan terus memberikan pinjaman lunaknya ke Korea Utara dan pengembalian pinjaman ini dilakukan jika Kore Utara  sudah punya uang.
Bagi dunia mungkin regim yang berkuasa saat ini boleh saja dianggap sebagai rezim yang membahayakan dunia, namun bagi rakyat Korea Utara regim ini tampaknya dicintai karena dapat membawa Korea Utara untuk bertahan.
Terlepas dari rasa ketakukan, tekanan dan pembatasan informasi, Â paling tidak sikap rakyat Korea Utara merasakan keberpihakan regim ini untuk memperhatikan dan melindungi rakyatnya.
Segera setelah resolusi ini keluar, pemerintah Korea Utara menyatakan sikapnya akan terus menentang dunia sebagaimana sikap yang ditinjukkannya selama ini dalam menentang resolusi dan sangsi dari PBB.
Tidak dapat dipungkiri bahwa ketegangan yang saat ini terjadi di semenanjung Korea terjadi akibat campur tangannya negara negara lain yang berkepentingan di wilayah dan kawasan ini. Â Selama kekuatan pro dan kontra ini seimbang, maka krisis ini dapat diredam dan status keamanan di kawasan ini masih dalam keadaan status quo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H