Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ketika Australia Butuh Kelapa, Siapkah Indonesia Memasoknya?

26 Agustus 2017   20:59 Diperbarui: 28 Agustus 2017   15:03 3207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kita menganalisa data perdagangan kelapa dunia, mungkin diantara kita tidak banyak yang menduga bahwa bisnis kelapa dunia cukup besar dan Indonesia yang memiliki garis pantai dan wilayah area tanaman kelapa yang cukup masif seharusnya dapat  berperan.

Angka Perdagangan Kelapa Dunia

Dalam memahami perdagangan kelapa dunia kita perlu mengetahui bahwa pasokan terbesar kelapa dan air kelapa dunia  90% berasal dari negara negara di Asia karena memang tanaman kelapa memerlukan iklim tropis dengan curah hujan yang memadai. Jadi dengan adanya hambatan ini dapat dimengerti bahwa produsen kelapa dunia sangat terbatas.

Dalam sepuluh tahun terakhir ini permintaan kelapa dunia tumbuh sebesar 500% dan perdagangan air kelapa saja kini telah mencapai lebih dari US$300 juta. Jika kita pilah lebih lanjut, maka kita akan mendapatkan angka peningkatan harga minyak kelapa dunia lebih dari 200% dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini.

Australia merupakan salah satu negara di dunia yang kebutuhan akan kelapa dan air kelapa meningkat sangat tajam.  Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir ini angka impor kelapa Australia meningkat  50%.

Ketergantungan Australia akan impor ini memang dapat dipahami, mengingat  produksi kelapa Australia sangat  terbatas, yaitu hanya di wilayah utara benua nya saja yang beriklim tropis.

Peningkatan permintaan akan kelapa dan air kelapa di Australia akhir akhir ini terkait dengan penggunaan kelapa sebagai  makanan dan minuman kesehatan seperti air kelapa murni dan juga virgin coconut oil.  Disamping itu beberapa produk seperti kue berbasis kelapa, santan, es krim dan tepung kelapa permintaannya mulai meningkat juga, demikian juga permintaan akan kelapa segar juga mulai tumbuh.

Sebagai gambaran tahun lalu nilai impor kelapa Australia telah mencapai $35 juta dan angka ini jika dibandingkan dengan 10 tahun terakhir telah meningkat sebesar 300%.

Mereka yang dapat menangkap peluang

Jika kita lihat peta produsen kelapa dunia  kita akan mendapatkan bahwa Indonesia, Philipina, India, Brazil, Sri Langka, Vietnam, Mexico dan Malaysia tercatat sebagai produsen utama kelapa dunia. Philipina tercatat sebagai negara produsen minyak kelapa terbesar dunia dan angka perdagangan air kelapa asal Philipina juga semakin meningkat.

Di tengah tengah meningkatnya permintaaan kelapa dunia termasuk di dalamnya Australia, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini ternyata negara produsen kelapa tidak dapat memenuhi permintaan dunia  karena ternyata jumlah tanaman kelapa nya yang terus menurun karena utamanya terjadi alih fungsi lahan dan sedikitnya regenerasi tanaman kelapa tradisionalnya.  Disamping itu secara alami setelah mencapai umur 60 tahun tanaman kelapa tidak produktif lagi.

Oleh sebab itu, saat ini negara seperti Philipina dan Sri Langka mulai menyadarinya dan melakukan penanaman kelapa dalam skala besar.  Sebagai contoh  Sri Langka melakukan penanaman 6 juta  pohon kelapa  setiap tahunnya untuk menangkap peluang ini.

Indonesia perlu banyak belajar

Indonesia sebagai produsen kelapa memang sudah seharusnya dapat menangkap peluang ini.  Namun sayangnya kebutuhan Australia sebagai negara tetangga Indonesia ternyata sebagian besar tidak berasal dari Indonesia namun  dari Thailand, Philipina dan negara negara Pasifik lainnya.

Sudah menjadi rahasia umum, produk pertanian dan makanan asal Indonesia mengalami kesulitan menembus pasar Australia karena aturan dan standar mutu produk yang diminta sangat ketat.  Sudah berberapa kali produk pertanian dan makanan asal Indonesia ditolak masuk karena alasan mutu dan keamanan pangan ini.  Jadi hanya negara negara seperti yang telah disebutkan di atas dapat memenuhinya dan memasok kebutuhan ini secara rutin dengan mutu yang memenuhi standar.

Terlepas dari hambatan  tarif dan hambatan perdagangan lainnya utamanya yang terjadi pada produk pertanian antara Indonesia dan Australia  menyebabkan volume perdagangan Indonesia hanya menempati urutan 11-12 di Australia, kemampuan untuk memproduksi produk pertanian yang memiliki mutu tinggi dan dapat memasoknya secara rutin merupakan keharusan.

Sayangnya disinilah umumnya letaknya kelemahan produk pertanian Indonesia yang menyebabkan kesulitan untuk menembus Australia.  Sebaliknya produk Australia seperti gandum dan kapas dengan derasnya masuk ke Indonesia.

Di tengah tengah upaya Australia untuk memproduksi kelapanya sendiri seperti  misalnya  menggunakan teknologi cloning dan rekayasa genetik lainnya, menggunakan robot dan drone  untuk memetik kelapa dll  ternyata hambatan utamanya adalah kecocokan lahan dan iklim yang tidak memungkinkan untuk memproduksi kelapa dalam skala besar.

Berdasarkan perhitungan di atas kertas bisnis budidaya kepala di Australia memang cukup menggiurkan.  Di wilayah utara Australia yang beriklim tropis seperti di wilayah Northern Territory terdapat potensi lahan tanaman kelapa sebesar 150 hektar.

Jika dalam 1 hektar dapat ditanami kelapa sebanyak 125 pohon dan akan memproduksi sebanyak 200 kelapa per pohonnya, maka produksinya akan mencapai 25 ribu kepala setiap tahunnya.  Dengan harga kelapa di Australia untuk konsumsi segar sebesar $2 maka pendapatan petani kelapa Australia per hektar mencapai $50 ribu per hektar nya atau setara dengan  Rp 500 juta per tahunnya.

Mestinya jika industri perkelapaan Indonesia dapat ditangani dengan baik,  Indonesia dapat memanfaatkan peluang ini sebagai pemasok utama kelapa dan air kelapa untuk kebutuhan Australia. 

Dalam hal ekspor kelapa ini Indonesia dapat belajar dari Thailand dan Philipina yang produknya dapat menembus Australia karena adanya jaminan keberlanjutan pasokan dan kualitas produk yang memenuhi standar mutu produk  yang diminta.

Semoga Indonesia ke depan lebih jeli menangkap peluang bisnis kelapa ini dari tetangga Australia.

Rujukan :  Asian and Pacific Coconut Community, ABC,  ABS Trade Data.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun