Oleh sebab itu, saat ini negara seperti Philipina dan Sri Langka mulai menyadarinya dan melakukan penanaman kelapa dalam skala besar.  Sebagai contoh  Sri Langka melakukan penanaman 6 juta  pohon kelapa  setiap tahunnya untuk menangkap peluang ini.
Indonesia perlu banyak belajar
Indonesia sebagai produsen kelapa memang sudah seharusnya dapat menangkap peluang ini.  Namun sayangnya kebutuhan Australia sebagai negara tetangga Indonesia ternyata sebagian besar tidak berasal dari Indonesia namun  dari Thailand, Philipina dan negara negara Pasifik lainnya.
Sudah menjadi rahasia umum, produk pertanian dan makanan asal Indonesia mengalami kesulitan menembus pasar Australia karena aturan dan standar mutu produk yang diminta sangat ketat. Â Sudah berberapa kali produk pertanian dan makanan asal Indonesia ditolak masuk karena alasan mutu dan keamanan pangan ini. Â Jadi hanya negara negara seperti yang telah disebutkan di atas dapat memenuhinya dan memasok kebutuhan ini secara rutin dengan mutu yang memenuhi standar.
Terlepas dari hambatan  tarif dan hambatan perdagangan lainnya utamanya yang terjadi pada produk pertanian antara Indonesia dan Australia  menyebabkan volume perdagangan Indonesia hanya menempati urutan 11-12 di Australia, kemampuan untuk memproduksi produk pertanian yang memiliki mutu tinggi dan dapat memasoknya secara rutin merupakan keharusan.
Sayangnya disinilah umumnya letaknya kelemahan produk pertanian Indonesia yang menyebabkan kesulitan untuk menembus Australia. Â Sebaliknya produk Australia seperti gandum dan kapas dengan derasnya masuk ke Indonesia.
Di tengah tengah upaya Australia untuk memproduksi kelapanya sendiri seperti  misalnya  menggunakan teknologi cloning dan rekayasa genetik lainnya, menggunakan robot dan drone  untuk memetik kelapa dll  ternyata hambatan utamanya adalah kecocokan lahan dan iklim yang tidak memungkinkan untuk memproduksi kelapa dalam skala besar.
Berdasarkan perhitungan di atas kertas bisnis budidaya kepala di Australia memang cukup menggiurkan. Â Di wilayah utara Australia yang beriklim tropis seperti di wilayah Northern Territory terdapat potensi lahan tanaman kelapa sebesar 150 hektar.
Jika dalam 1 hektar dapat ditanami kelapa sebanyak 125 pohon dan akan memproduksi sebanyak 200 kelapa per pohonnya, maka produksinya akan mencapai 25 ribu kepala setiap tahunnya.  Dengan harga kelapa di Australia untuk konsumsi segar sebesar $2 maka pendapatan petani kelapa Australia per hektar mencapai $50 ribu per hektar nya atau setara dengan  Rp 500 juta per tahunnya.
Mestinya jika industri perkelapaan Indonesia dapat ditangani dengan baik, Â Indonesia dapat memanfaatkan peluang ini sebagai pemasok utama kelapa dan air kelapa untuk kebutuhan Australia.Â
Dalam hal ekspor kelapa ini Indonesia dapat belajar dari Thailand dan Philipina yang produknya dapat menembus Australia karena adanya jaminan keberlanjutan pasokan dan kualitas produk yang memenuhi standar mutu produk  yang diminta.