Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Dilema Meluasnya Penggunaan Susu Formula Bayi

27 Juli 2017   09:34 Diperbarui: 28 Juli 2017   07:56 1637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo: ichef.bbci.co.uk

Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini bisnis susu formula bayi  dunia memang sangat besar. Angka pemasaran susu formula memang sangat masif yaitu mencapai US $300 milyar.  Angka ini terus mengalami kenaikkan dan dekaligus mencerminkan pesatnya perkembangan industri susu formula ini.

Dalam kehidupan modern saat ini, jumlah wanita yang aktif bekerja semakin tinggi.  Data empiris menunjukkan bahwa peningkatan  ini umumnya didominasi oleh dua hal yaitu  kebutuhan ekonomi dan juga alasan pengembangan karir wanita.

Tuntutan untuk meluangkan waktu yang lebih untuk keperluan kerja di luar rumah membuat waktu untuk menyusui anak semakin berkurang.  Dalam kondisi seperti ini tampaknya susu formula merupakan alternatif pemecahan masalah untuk menggantikan sebagian ASI bayi bayi.

Disamping kedua alasan ini, secara alamiah memang terdapat variasi produksi ASI pada wanita dalam periode menyusui. Ada wanita yang memproduksi ASI cukup dan bahkan berlebihan untuk bayinya, namun di lain pihak ada ibu menyusui yang tidak cukup memperoduksi ASI  untuk bayinya.

Berbagai alasan yang dikemukakan di atas membuat para ibu menyusui mulai menggunakan susu formula untuk tambahan. Namun perlu ditegaskan kembali walaupun kecenderungan penggunaan susu formula semakin meningkat, namun harus tetap diingat bahwa kualitas susu formula tidak akan pernah menyamai kualitas ASI.

Penemuan susu formula

Sebelum susu formula ditemukan dan diluncurkan pada tahun 1865, di Eropa keluarga yang ibu bayinya tidak memproduksi susu cukup biasanya menyewa wanita yang sedang menyusui.  Namun tentunya tidak semua keluarga mampu melakukan hal ini karena harus mengeluarkan biaya yang sangat mahal.

Dalam mengatasi masalah kekurangan ASI ini mereka juga mengatasinya dengan memberikan susu kambing dan susu keledai sebagai susu tambahan untuk bayinya.

Saat itu penggunaan susu tambahan selain ASI memicu kematian bayi karena adanya kontaminasi bakteria akibat kurangnya pengetahuan akan higienis, sehingga  tidak heran di era tahun 1800 an angka kematian bayi sangat tinggi.  Angka kematian bayi tahun pertama sejak kelahiran yang tidak disusui dengan ASI mencapai 2 dari setiap 3 bayi.

Mungkin tidak banyak yang mengetahui bahwa penemuan susu bayi ini sangat erat kaitannya letusan gunung Tambora.  Pada tahun 1815 gunung Tambora memuntahkan berbagai materi dan menyebabkan korban yang sangat besar.

Dasyatnya letusan gunung Tambora ini menyebabkan gunung ini terpangkas dan menjadi lebih pendek sekitar 1200m. Dampak letusan yang sangat dasyat ini menyebabkan muntahan gunung ini mencapai belahan bumi utara sehingga menutupi sinar mahatari.

Bahkan di tahun 1816 akibat tertutupnya sinar matahari di belahan bumi utara, wilayah ini dikenal sampai tidak memiliki musim panas atau yang dikenal dengan "the year without a summer". Saat itu kegagalan panen terjadi secara meluas  sehingga banyak orang di wilayah ini memakan tikus, kucing dan rumput agar dapat bertahan hidup.

Pada saat itulah  dunia mengenal nama Justus von Liebig penemu susu formula asal Darmstadt, Jerman.  Ketika kejadian meletusnya gunung Tambora,  Liebig masih berusia 13 tahun dan  gemar membantu ayahnya bekerja di bengkelnya dengan kegiatan  mencapur cat dan bahan pemoles lainnya.

Justus von Liebig. Photo: getty Images
Justus von Liebig. Photo: getty Images
Ternyata  pengalaman membantu ayahnya di kemudian hari membuat Liebig berkembang menjadi ahli kimia yang memicu dirinya untuk terus berpikir bagaimana mengatasi kelaparan.   Liebig menurut catatan memang aktif meneliti pembuatan pupuk buatan dan juga tercatat menjadi penggagas ilmu nutrisi dan juga penemu ekstrak daging.

Dengan kejeniusan ini Liebig akhirnya pada tahun 1865 dia berhasil menemukan susu formula untuk bayi dalam bentuk bubuk dengan menggunakan camputan susu sapi, tepung gandum, tepung malt dan potassium bicarbonate.

Susu formula pertama. Sumber: ALAMY
Susu formula pertama. Sumber: ALAMY
Peristiwa ini tercatat sebagai peristiwa pertama ASI digantikan dengan susu formula yang dihasilkan dari rangkaian penelitian ilmiah yang cukup panjang yang dilakukan oleh Liebig.

Seiring dengan penemuan susu formula Liebig, pengetahuan akan bahaya mikroorganisme dan cara mengatasinya semakin baik.  Pada saat yang bersamaan juga dikembangkan gigi karet untuk kelengkapannya.

Berbagai perkembangan inilah yang merupakan awal dari meluasnya penggunaan susu formula ke seluruh dunia karena dianggap memberikan kebebasan bagi kaum wanita untuk menentukan pilihannya apakah menyusui bayinya dengan ASI, mengkombinasikan dengan susu formula dan bahkan ada yang sebagian besar memberikan susu formula pada bayinya.

Dilema

Seperti yang dikemukakan di atas, kualitas susu formula memang lebih rendah dari ASI.  Disamping itu penggunaan susu formula sangat erat hubungannya dengan higienis dan menjadi masalah besar di berbagai negara berkembang.

Hasil penelitian  yang dipublikasikan di Jurnal Ilmiah Kedokteran Lancet pada tahun 2016 menunjukkan bahwa resiko sakit bayi yang diberi susu formula lebih tinggi jika dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI. Bahkan disebutkan bahwa penggunaan ASI di dunia dapat menyelamatkan kematian bayi sebesar 800 ribu bayi setiap tahunnya.

Disamping itu berdasarkan hasil penelitian ini juga disebutkan bahwa bayi yang diberi ASI IQ nya lebih tinggi 3 poin jika dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula.

Semakin meluasnya penggunaan susu formula ini memunculkan dilema tersendiri yaitu antara pilihan kepraktisan dan dampak penggunaan terhadap kualitas kesehatan bayi jika dibandingkan dengan ASI.

Oleh sebab itu,  ditengah tengah gelombang meluasnya susu formula ada baiknya para ibu yang sedang menyusui untuk berpikir matang dan jauh ke depan sebelum memutuskan mengganti sebagian atau seluruh ASI dengan susu formula untuk bayinya.

Rujukan : Satu, Dua, Tiga, Empat,Lima

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun