Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sikap Tidak Toleran, Mengapa Dapat Muncul?

28 April 2017   06:09 Diperbarui: 28 April 2017   17:00 9943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disamping itu orang dengan tipe ini percaya bahwa hidup nya berada dalam lingkungan yang membahayakan  yang membuat dirinya membenarkan sikapnya untuk berbuat sesuatu yang buruk pada orang lain karena mengganggap bahwa orang lain akan berbuat buruk terhadap dirinya.

Orang yang tidak toleran biasanya juga menunjukkan kekakuan sifat dan sikapnya. Kekakuan orang yang tidak toleran ini biasanya hanya mempercayai adanya dua pilihan saja, yaitu mengendalikan orang  lain atau dikendalikan oleh orang lain dan tidak ada ruang diantara dua pilihan ini.

Faktor lain yang cukup dominan yang membuat seseorang memiliki toleransi yang rendah adalah rasa iri pada orang lain.  Rasa iri ini biasanya mengarah pada kemarahan kepada orang lain yang memiliki sesuatu yang  tidak dimiliki oleh dirinya.

Orang yang memiliki sikap tidak toleran ini biasanya sulit untuk keluar dari permasalahannya, karena biasanya dia tidak menyadari bahwa sikap tidak toleran ini merupakan bentuk kelainan psikologis. Sikap ini akan terus berkembang jika orang ini hidup dan berkumpul dengan orang yang memiliki  sikap yang hampir sama dengan dirinya atas dasar merasa lebih aman di dalam kelompok ini.

Terapi psikologis memang diperlukan untuk mengurangi atau menyembuhkan kelainan ini untuk mengidentikasi penyebabnya dan mencari jalan keluarnya. Namun sayangnya banyak orang yang tidak menyadari bahwa sikap tidak toleran ini adalah kelainan psikologis dan menganggap bahwa sikap tidak toleran ini merupakan sesuatu yang wajar.

Rujukan:  satu, dua, tiga, empat, lima

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun