Pada hari kamis lalu tepatnya pukul 7.32 waktu setempat, Amerika menjatuhkan bom GBU-43 yang dikenal sebagai   "mother of all bombs"  di Afganistan.
Timbul pertanyaan besar mengapa  Amerika sampai menggunakan jenis bom ini ? Sebelumnya Amerika belum pernah mengggunakan bom ini karena disamping jumlahnya tidak banyak juga  karena  bom ini dibuat dengan tujuan sangat spesifik.
Bom GBU-43 ini tercatat memiliki  ukurannya terbesar diantara bom yang tidak memiliki hulu ledak nuklir.  Bom GBU-43 ini memiliki   bobot  seberat  9.797 kg, yaitu hampir mencapai 10 ton. Disamping ukuran bom ini yang sangat besar, bom ini dilengkapi juga dengan sistem GPS-guided.  Menurut catatan bom ini pertama kali diuji coba pada tahun 2003 lalu sebelum dimulainya perang Irak. (lihat videonya di sini)
Bom yang memiliki ukuran dua kali lebih besar dari ukuran bom yang atom yang menghancurkan kota Hiroshima ini  memiliki kemampuan untuk menghancurkan target serangan yang terpencar dan juga yang ada di bawah permukaan tanah.
Bom yang  merupakan bom terbesar yang pernah digunakan Amerika dalam peperangan ini dijatuhkan di wilayah Achin di distrik Nangarhar, Afganistan Timur dengan menggunakan pesawat MC-130 dengan tujuan untuk menghancurkan lorong dan bungker yang dibangun di bawah tanah dan juga untuk menghasilkan dampak kehancuran maksimal. Menurut catatan Amerika baru pertama kali menggunakan bom ini di wilayah konflik.
Biaya yang diperlukan  untuk membuat 1 bom ini mencapai US$16 juta.  Bom ini memiliki daya ledak sangat besar sehingga menghasilkan debu ledakan berbentuk jamur yang dapat dilihat dari jarak 20 mil.
Kini wilayah ini kembali menjadi basis militan  ISIS yang dikenal sebagai ISIS-K ini  kemungkinan besar menerapkan taktik yang hampir sama yang digunakan oleh para militan Taliban.Â
Salah satu hal yang paling menyulitkan untuk mencari dan menyerang para militan  ini adalah dibangunnya bungker dan lorong bawah tanah untuk persembunyian sekaligus sebagai bagian strategi  penyerangan.
Dengan kemampuan bom ini diharapkan menghancurkan kekuatan militan ISIS sekaligus memaksa militan yang selamat  keluar dari persembunyiannya sehingga akan dapat menjadi target serangan tertara Afganistan dan tentara Amerika yang ada di lapangan. Diperkirakan militant ISIS yang ada di wilayah ini jumlahnya mencapai  1500 orang.
Penggunaan bom GBU-43 ini kemungkinan besar sebagai langkah realisasi janji kampanye Trump yang akan segera menyelesaikan masalah ISIS, karena selama 8 tahun dibawah kepemimpinan Obama kebijakannya justru dianggap Trump membuat ISIS menjadi besar.
Disamping itu tentu saja baik serangan ke pangkalan militer Syria dan juga Afhanistan ini menjadi pesan kuat Trump kepada Korea Utara atau negara lain bahwa Amerika di bawah pemerintahan Trump berbeda dengan Amerika di bawah kepemimpinan Obama. Â Amerika memiliki kemampuan untuk menghancurkan kekuatan militer negara lain dengan kemampuan militernya.
Sudah dapat dipastikan dampak dari ledakan bom GBU-43 ini akan memiliki dampak kerusakan fisik yang sangat besar dan berpengaruh pada mental lawan karena dampaknya hampir menyerupai bom nuklir walaupun bom ini tidak memiliki hulu ledak nuklir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H