Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pelacuran Ilmu dalam Polling Pilkada

16 Februari 2017   05:12 Diperbarui: 16 Februari 2017   10:41 1226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: rlv.zcache.com

Pemilu Pilkada baru saja usai kemaren dan hasil sementara quick count dari lembaga berbagai Polling sudah keluar. Saya tidak tidak membahas hasil pilkada namun lebih pada akurasi hasil Polling yang dilakukan oleh berbagai lembaga baik sebelum dan saat dilakukan pemilihan.

Kita semua tentunya dengan kasap mata tentunya dapat membandingkan berbagai hasil Polling dan survei ini dan dapat menilai lembaga survei mana yang hasilnya lebih akurat dan dapat dipercaya.

Filosofi ilmu

Jika kita lihat rekam jejak sejarah perkembangan ilmu pengetahuan sejak zaman Socrates sampai saat ini maka ada satu hal yang menjadi benang merah, yaitu menjunjung tinggi kebenaran.

Ilmu Polling masuk dalam kategori ilmu pengetahuan sosial yang mengharuskan pelakunya menjunjung tinggi filosofi kebenaran.

Di dalam melakukan Polling ada tiga unsur yang paling menentukan akurasi hasilnya, yaitu: (1) Struktur pertanyaan yang termuat dalam kuisener, (2) teknik pengambilan sampel dan (3) teknik pengolahan data.

Jika dilakukan dengan menggunakan kaidah yang benar seperti misalnya merancang kuesioner dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran preferensi umum masyarakat terhadap semua kandidat dan dilakukan pengambilan sampel secara acak sehingga mewakili semua unsur masyarakat dan selanjutnya data diolah dengan menggunakan alat statistik yang tepat, maka sudah dapat dipastikan hasil yang dikeluarkan oleh berbagai lembaga survei tersebut tidak akan jauh berbeda.

Margin of Error

Ilmu pengetahuan sebenarnya memberikan ruang bagi perbedaan hasil suatu penelitian dalam bentuk “margin or error”. Hal ini disebabkan karena adanya faktor yang tidak sepenuhnya dapat dikendalikan saat melakukan suatu penelitian.

Perbedaan hasil yang masih dalam kisaran “margin of error” merupakan ruang yang diberikan oleh ilmu pengetahuan karena tidak mungkin semua lembaga survei tersebut itu akan menghasilkan hasil yang sama, karena kondisi dan situasi saat dilakukan survei tidak akan pernah sama.

Pada umumnya ilmu sosial menggunakan metode statistik kualitatif dalam mengolah datanya untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan. Mengingat kondisi sosial yang selalu  dinamis  dan berfluktuasi, maka margin or error dalam ilmu sosial persentasenya lebih tinggi jika dibandingkan dengan ilmu pasti. Sebagai patokan dalam pengujian data, uji signifikasi yang diterapkan di bidang ilmu sosial masih diperbolehkan sampai dengan 20%, sedangkan dalam ilmu pasti kisarannya hanya 0,1 – 5% saja.

Jika suatu lembaga survei menyampaikan hasil polling dengan margin of error sebesar 5% hal ini bermagna bahwa jika ada orang lain melakukan survei dengan metode yang sama maka peluang untuk mendapatkan hasil pooling yang sama adalah sebesar 95%.

Dalam ilmu yang membutuhkan presisi tinggi seperti penerbangan dan teknologi nano ruang margin or error ini sangat kecil sekali bahkan menacapai 0,01%.  Sebagai contoh dalam membuat satu baut untuk komponen pesawat yang sangat vital harus benar benar akurat.

Melacurkan ilmu

Hasil yang sangat berbeda yang dikeluarkan oleh suatu lembaga survei merupakan akumulasi dari pengambilan sampel yang bias yang memang ditujukan untuk menghasilkan hasil yang diinginkan untuk melihat dukungan bagi kandidat tertentu. Pengambilan sampel yang “disengaja salah” atau dalam ilmu statistik dinamakan systematical error ini kemudian diperkuat lagi dengan struktur pertanyaan pertanyaan yang juga dirancang untuk meningkatkan popularitas kandidat tertentu.

Dua unsur inilah yang berperan besar dalam menghasilkan perbedaan yang mencolok. Sedangkan untuk faktor ketiga alat statistik yang digunakan rasanya sudah menggunakan alat yang umum digunakan untuk menganalisa data. Hal lain yang mungkin juga terjadi adalah “menukangi” data kuisener yang masuk agar hasilnya sesuai dengan yang diinginkan.

Tindakan tindakan seperti ini dalam ilmu pengetahuan sama sekali tidak dibenarkan karena melanggar kaidah filosofi ilmu yang menjunjung tinggi kebenaran seperti yang telah diuraikan di atas. Bagi orang orang yang mengaku ilmuwan yang berada di balik suatu lembaga survei, jika tindakan tidak terpuji ini dilakukan maka Anda termasuk golongan yang melacurkan ilmu pengetahuan. Tindakan melacurkan ilmu pengetahuan ini merupakan tindakan yang paling rendah dalam dunia ilmiah.

Dari segi sosial mungkin lembaga survei ini hanya akan mendapatkan sentimen negatif berupa kehilangan kepercayaan masyarakat. Namun dari segi ilmu pengetahuan dan filosofi ilmu pengetahuan tindakan orang-orang yang mengaku ilmuwan ini merupakan tindakan paling hina yang sama tabu dilakukan dalam dunia ilmiah.

Saran saya hanya satu, jika anda yang melakukan itu ilmuwan maka segeralah kembali ke jalan yang benar dengan mematuhi norma kejujuran yang selalu menjadi acuan dan  kebanggaan dunia ilmiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun